High Pressured
Pertemuan kembali
"Brrrmmmmm..."
Nampak seorang lelaki mengendarai motor sambil mengenakan headset ditelinganya. Bergaya santai dengan T-shirt hitam dan celana jeans selutut lengkap dengan jacket berwarna orange. Dari tadi kira-kira sudah dua kali putaran dilaluinya di tempat yang sama sambil memperhatikan rumah partnernya yang kira-kira sudah setahun tak ada kabarnya. Tiba-tiba pada putaran terakhir, yaitu ketiga kalinya-dia tersentak melihat apa yang ada didepan matanya.
"Souji-apa itu kau, Souji?"
Dengan cepat dia turun dari motornya dan setengah berlari seraya membuka helemnya menuju kearah lelaki yang sudah lama tak dilihatnya itu. Beberapa kali dia menggosok matanya untuk memastikan apa benar orang itu yang dia kenal selama ini. Rambut yang berwarna silver, mata yang bulat, bibir yang kecil dan warna kulit putih pucat. Tidak salah lagi, dia Souji, sahabat karibnya dulu.
"Yosuke-lama tidak bertemu"
Souji mengucapkan salam seraya tersenyum tipis kearah Yosuke.
"Hey, partner. Apa yang kau lakukan dengan koper itu?-hhmm...biar kutebak-aku tahu!Kau pasti berencana untuk tinggal disini lagi ya!
Yosuke berteriak riang sambil merangkul sahabatnya.
"Aaa...sebenarnya aku berniat menghabiskan tiga hari untuk berlibur disini"
"Ooww, tidak asyik!-hmm..bagaimana kalo kau menginap ditempatku saja? Soalnya, kemarin Nanako bilang kalo hari ini dia dan ayahnya berwisata dua hari dua malam di Izu. Jadi rumah ini kosong, gimana?"
"Aku tidak mau merepotkan mu, Yosuke"
"Tentu saja tidak, kita kan teman. Santai saja,Ok. Sini, kopermu kan kecil, taruh didepan saja"
Yosuke meletakan koper Saoji di motornya dan kemudian membonceng Saoji
"Pegangan, partner. Tarikan motor gw agak kencang hehe..!"
(Brrrrmmmmmm...!)
Motor melaju dengan kencang menuju ke kediaman Hanamura.
Yosuke sama sekali tidak dapat menyembunyikan wajah senangnya karena bertemu lagi dengan Souji. Sepanjang perjalanan dia tidak berhenti mengoceh walaupun lawan bicaranya tidak terlalu banyak memberikan respon.
Kediaman Hanamura
"Kau pasti lelah. Mandi saja dulu, sebentar lagi makanan bakal diantar ke kamar ini, ok"
"Thanks,Yosuke. Kalau begitu aku mandi dulu"
Souji melangkah kekamar mandi sambil membawa handuk yang dikeluarkanya dari dalam koper.
"Oh ya, bagaimana hubungan mu dengan Satonaka?". Terdengar suara Saoji dari dalam kamar mandi,
"Hmmmffh..itu lah, bro-gw sama sekali ga ngerti isi kepala Chie. Terakhir kali, gw digampar gara-gara nyium dia di bioskop...hikzz..."
"Ha?ckckckckck..paaayyyaaahhhh... sudah hampir setahun tapi kau sama sekali belum berubah ya, Yosuke-hmmfffhh..."
Terdengar suara Saoji yang menahan tawa. Yosuke hanya bisa kesal mendengar output dari sahabatnya. Memang harus diakuinya, dia masih kalah jauh dari Souji bila menyangkut wanita dan akademis. Dia pun berpikir untuk minta wejangan dari Saoji agar hubungannya denga Chie bisa berkembang.
Beberapa menit kemudian Saoji keluar dari kamar mandi.
"Ah..Yosuke terima ka...si..."
Beberapa saat Souji terdiam. Didepanya sudah tersedia makanan lengkap dan mengundang selera. Disana juga sudah ada Yosuke dalam posisi terlentang dilantai. Nampaknya sahabatnya ini tertidur karena menunggunya selesai mandi.
Diangkatnya Yosuke keatas tempat tidur sambil geleng-geleng kepala. Sepertinya tidak ada yang berubah dari sahabatnya ini semenjak kepergiannya tahun lalu.
"Hoaaaammm..."
Lelaki berambut silver itu membaringkan badanya di atas tempat tidur. Nampaknya diapun letih dengan perjalananya. Ditariknya selimut menutupi tubuhnya dan Yosuke yang sedang tertidur disebelahnya.
Beberapa jam Kemudian
"Souji-ji-Souji-..."
"Hmmm-?"
Souji berusaha membuka matanya yang masih berat, pandanganya masih kabur dan samar-samar suara yang memanggilnya terdengar.
"Souji, ayo bangun!Ini aku-CHIE!"
Suara yang memanggilnya makin jelas lengkap dengan teriakan melengking yang memekakan telinga. Tampaknya Souji kedatangan tamu.
"Oh-maafkan aku Satonaka.."
Lelaki itu mengambil kacamatanya sambil menyalami sahabatnya yang datang berbondong-bondong ke dalam kamar.
"Shensei, lama tidak bertemu!Teddy sengaja kembali lagi kemari karena—"
"Senpai, bagaimana kabarmu?sepertinya fitsekali. Ingat kalau ada yang macam-macam disana panggil saja a-"
"Souji, apa kau sudah punya pacar disana?disini Yukiko masih setia menunggumu lho!Iya kan?"
"A-apa apaan sih, Chie...". Wajah Yukiko memerah.
"Sudah-sudah, jangan terlalu semangat teman-teman. Dia kan baru bangun-lihat saja tampangnya saja masih kebingungan"
Akhirnya Souji terselamatkan dengan kata-kata Yosuke barusan. Jujur saja dia masih agak kaget melihat teman-temanya sudah berkumpul dan memberondong nya dengan banyak pertanyaan. Cukup membuat pening orang yang baru saja bangun.
"Begitu kuberitahu mereka kalau kau ada dirumahku—mereka langsung bergegas kemari"
Yosuke berjalan kearah Souji dan langsung duduk disebelahnya, melingkarkan lenganya ke leher sahabatnya itu. Souji menatapnya beberapa menit dan tersenyum kecil.
Semalaman orang-orang ini menghabiskan waktu dengan mengobrol dan tertawa-tawa.
Setelah beberapa jam berlalu akhirnya beberapa dari mereka sudah tertidur. Adapun yang tersisa memilih untuk mengobrol diberanda.
"Senpai, kalau aku lulus nanti aku mungkin akan ke kota". Kanji menatap dengan serius sambil melipat tangan kedadanya.
"Aku juga, terpisah rasanya sedih sekali. Bagaimana kalau Teddy ikut dengan Shensei. Kudengar Shensei tinggal sendirian disana."
Teddy memotong pembicaraan Kanji dan malah sibuk memeluk Souji lengkap dengan tingkah manja ala gadis yang sedang puber (?).
"Apa-apaan kau beruang bodoh! Kalau kau tinggal dengannya, yang adanya kau malah merepotkan, Souji. Benar-benar tidak boleh!"
Yosuke membentak Teddy sambil memicingkan matanya. Dia bisa membayangkan betapa merepotkanya mengurus Teddy. Pasti temanya bakal melarat dan stres tiap hari.
"Hmfh, jangan dengarkan dia, Shensei. Yosuke pasti cemburu karena Teddy lebih suka tinggal dengan Shensei daripada dengannya"
Teddy menunjukan wajah yang super duper menyebalkan kearah Yosuke
"Ha-? Sini kau beruang bodoh!"
Tiba-tiba Yosuke menarik tangan Teddy kemudian siap-siap memukul beruang itu.
"Sudalah, Senpai. Tidak usah didengarkan omongan Teddy. Lagipula mana mungkin Senpai Souji tinggal sendirian."
Kanji melerai perkelahian Yosuke dan Teddy.
Beberapa saat Yosuke berpikir tentang ucapa Kanji namun kemudian dia mengerti
"Maksudmu-?Oh ya-aku mengerti!"
"Haaa!Jangan bilang padaku Shensei sudah punya pacar!"
Teddy Freak out dengan pikiranya sendiri. Sementara itu Souji hanya diam melihat tingkah laku mereka.
"Ckckck... Kau benar-benar partnerku Souji hehe...Katakan pada kami siapa gadis itu?"
Yosuke mendekat kearah Souji dengan pandangan menyelidiki. Souji membalas tatapan teman-temannya dengan wajah datar.
"Tidak tinggal sendiri"
Souji menjawab seadanya. Meninggalkan wajah kecewa pada teman-temanya yang sedari tadi menunjukan minat yang sangat besar pada kehidupannya.
"Kalau begitu, Teddy minta alamat Shensei,ya. Biar bisa mampir kesana sekali-kali"
"..."
"..."
Suasana tiba-tiba hening sejenak. Souji melangkahkan kaki ke dalam kamar dan merebahkan diri diatas karpet. Dia sudah siap untuk tidur.
"Lho?Shensei kan belum menjawab pertanyaan Teddy, kok malah tidur?"
Teddy menyusul ke tempat Souji sambil menggoyang-goyangkan tubuh temannya Souji tidak bergeming.
"Sudalah jangan ganggu Senpai,Teddy. Dia pasti masih kecapean. Biarkan Senpai istirahat. Kalau begitu kami permisi dulu ya"
Kanji menyeret Teddy keluar dari kamar sambil berpamitan. Sementara Yosuke mengambil posisi tidur disebelah Souji.
"..."
"..."
"Maaf-"
"Ha?"
"soal tadi-aku—"
"kau-sudah hampir setahun tidak memberi kabar-"
Yosuke menutupi wajahnya dengan tangan sambil terus berbicara.
"..."
"Setidaknya sekali saja kau menelpon. Kita kan teman-",Dengan nada sedih Yosuke setengah berbisik.
"..."
Souji tidak berkata apa-apa. Hanya diam melihat sahabatnya sedih karena sikapnya. Sayang sekali dia belum bisa mengatakan alasanya. Belum sekarang-.
"Oh ya, besok Yukiko mengundang kita untuk menginap sehari di ikut ya! Tidak boleh tidak!"
Lelaki berambut silver ini kaget dengan perubahan sikap sahabatnya yang tiba-tiba.
"Eee...,Ok—"
"Baiklah, sudah diputuskan!Besok kita akan bersenang-senang di pemandian air panas!"
Yosuke berteriak dengan kencang lengkap dengan senyum kemenangan yang memperlihatkan semua gigi putihnya.
"BERISIK!"
(BRUAAAAAAAAAAAAAKKK!)
Tiba-tiba sebuah bantal guling mendarat dibelakang kepala Yosuke. Sepertinya lemparan yang cukup keras sampai lelaki itu oleng dan jatuh dengan bagian wajah menghantam lantai. Darah mengucur dari hidungnya dan wajahnya lebam. Dengan cepat Yosuke bangkit dan melihat kearah gadis yang sedang tertidur dengan posisi kepala yang nyaris membentur lantai dan kaki yang terlentang. Benar-benar gaya tidur yang aneh.
"Awas kau Souji lebih baik pindah kekamarku sebelum kita habis dihajarnya"
Yosuke cepat-cepat menarik Souji dan bergegas menuju kamarnya.
Kamar Yosuke
"Kau tidur disebelahku ya, tak apa-apakan? Disini tidak ada extra bed karena jarang ada yang berkunjung"
"Tak apa"
Souji langsung naik keatas tempat tidur dan merebahkan badannya.
"Oh ya, sebenarnya aku ingin minta bantuan"
"Ah?"
Yosuke tiba-tiba menghampiri Souji yang hampir tertidur disebelahnya. Dia makin mendektakan wajahnya kearah Souji. Makin dekat-
"Cepat katakan"
Souji memecah kesunyian. Wajah Yosuke langsung berubah memelas.
"Janji jangan ketawa ya!"
"Ada apa, Yosuke?"
"Be—Begini-besok kan kita mau pergi ke penginapan-"
"Lalu..."
Souji tetap memasang wajah dinginya sedangkan Yosuke tiba-tiba memerah. Di sembunyikannya wajahnya yang tersipu malu-malu dengan tangan kanannya. Melihat tingkahnya membuat Souji makin ingin menggoda sahabatnya ini. Souji menghampiri sahabatnya kemudian menurunkan tangan kanan Yosuke yang sedari tadi menyembunyikan wajah malu-malunya dan menatap mata Yosuke dalam-dalam sambil setengah berbisik.
"Kau berniat melakukannya,ya?"
"Haa!, Kok tahu sih?apa terlihat jelas?
Lelaki berambut cokelat itu langsung kelabakan mendengar kata-kata sahabatnya.
"Kau pembohong yang payah, Yosuke. Lihat saja tampangmu sekarang hmmffhhh..."
Lagi-lagi Souji menggodanya sambil menahan tawa. Souji tak habis pikir Yosuke benar-benar masih polos sampai saat ini. Dia benar-benar anak yang baik.
"Kau harus menolongku!Ajarkan aku caranya!"
"?"
"Maksudku cara menaklukan Chie. Aku tidak mau memaksanya tapi aku juga menginginkanya-Jadi—kau harus menolongku sebagai sahabat, Ok!"
Terlihat semangat yang membara dan mata yang menyala-nyala pada diri Yosuke Hanamura sekarang. Entah ini hal yang bagus atau tidak, yang pasti dia benar-benar berharap banyak pada Souji.
"Baiklah, aku akan membantumu—"
Lelaki berambut silver ini benar-benar tak diberikan pilihan untuk berkata TIDAK.
"Step by Step, partner"
Yosuke mengedipkan matanya.
Beberapa menit Souji mengajarkan setidak nya ilmu-ilmu dan pengalaman yang dia punya. Namun nampaknya Yosuke hanya melongo dan bingung dengan penjelasan sahabatnya itu. Dia benar-benar tidak mengerti sedikitpun tentang petunjuk yang diberikan Souji. Melihat hal ini, Souji hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Arrgghhh!, gw ga ngerti!bagaimana kalau kau langsung tunjukan bagaimana caranya biar gw paham"
"Hee?apa kau serius?"
"Ya, tunjukan saja padaku!Praktek!"
"Apa kau tidak apa-apa?"
Souji memandang bingung kepada sahabatnya. Dia tahu Yosuke memang orang yang tidak sabaran tapi ternyata sahabatnya ini juga benar-benar polos atau sangat bodoh tepatnya. Tidak dapat dipercaya!akhirnya sambil menahan tawa, Souji mau saja melakukannya
"Pertama kau datang ke kamarnya, tujuan mu untuk minta maaf, ok"
"Ya,terus—"
"Kau pegang tangannya lalu tatap matanya dalam-dalam,bilang padanya kau minta maaf atas kejadian di bioskop kemarin. Dan hari ini kau ingin menebusnya"
Seraya memberikan penjelasan, Souji juga langsung memperlihatkan pada Yosuke langkah-langkahnya. Sekarang dia sedang memegang tangan Yosuke dan menatap mata temannya dalam-dalam dan mengucapkan kalimat permohonan maaf.
"Lalu-"
Yosuke terus bertanya sambil memperhatikan cara Souji memperlakukanya. Dia berpikir ini bagus untuk referensi agar acaranya dengan Chie berjalan lancar besok.
"Kau cium tangannya—tapi ingat,pasti pada saat itu Chie masih malu-malu dan bakal menertawakanmu atau bahkan memukulmu"
"Ha!gawat kalo gitu!Apa yang harus kulakukan?"
Yosuke memandang Souji dengan tatapan khawatir.
"Kau pegang dengan lembut pipinya kemudian kau dekatkan wajahmu kearahnya. Tatap dia dengan lembut dan makin dekat. Selanjutnya kau cium dia dengan lembut sambil tangan kirimu memegang tangan kirinya"
"Ha?"
Yosuke lagi-lagi melongo dengan tatapan bingung.
"Baiklah kali ini akan kutunjukan padamu dari langkah pertama sampai yang terakhir. Kau harus melakukanya dengan benar karena cara ini adalah 'pintu masuk' untukmu. Jangan sampai salah, Ok"
"Ok, Bos"
Yosuke segera mengangguk dan tersenyum penuh percaya diri.
"Baiklah kalau begitu kita mulai saja"
Terlihat senyum nakal di bibir Souji. Yosuke tidak memperdulikanya dan dengan gugup mengambil nafas panjang.
Dengan perlahan Souji menyentuh tangan kanan Yosuke. Digenggamnya tangan itu dan perlahan mencium nya. Ditatapnya mata Yosuke dalam-dalam dan perlahan lahan jarak antara mereka berdua makin tipis, sedikit lagi bibir mereka hampir bersentuhan satu sama lain. Namun kemudian Souji berhenti sejenak memandangi wajah sahabatnya yang sedari tadi diam dan tidak bicara sedikitpun. Menyadari dirinya sedang diawasi tiba-tiba Yosuke memandang balik ke arah Souji dengan wajah kesal bercampur malu.
"Ke—kenapa berhenti-?"
Yosuke memekik dan langsung memalingkan wajahnya.
"Hmmmffh...sudalah, yang penting kau sudah tahu kan bagaimana caranya, kan"
"A-apanya?"
Yosuke membalas kata-kata sahabatnya dengan terbata-terbata. Wajahnya merah padam.
"Coba lihat wajahmu sekarang. Merah padam, Yosuke. Merah padam"
"Gyahahahahah...!Ta—tak -kau mengada- ngada"
Lelaki berambut cokelat itu menyangkal seraya menutupi wajahnya dengan tangan
"Terserah"
Souji menatap Yosuke dengan wajah datarnya. Hal ini benar-benar membuat Yosuke kesal.
"Sudah kubilang tidak!"
Yosuke tetap tidak mau kalah.
" Kalau begitu mau diteruskan-?tidak apa-apa kan kalau begitu"
Melihat wajah sahabatnya yang mati-matian manyangkal benar-benar memancing Souji untuk terus menggodanya. Setidaknya menurut Souji, hal ini lah yang menjadi daya tarik Yosuke.
"Bagaimana,Yo-su-ke kun?"
"A—aku bukan Kanji! Aku tidak berniat ke arah itu-"
Menghadapi tantangan Souji, Yosuke hanya bisa memikirkan alasan untuk keluar dari permainan teman nya ini. Atau tepatnya, sepertinya lelaki berambut cokelat ini lah yang tanpa sengaja memulai permainan ini dan dia tidak mau terjebak didalamnya.
"Oww, kalau begitu bukan masalah kan. Karena kau bukan 'Kanji',jadi tidak mungkin hal ini bisa mengganggumu. Benar begitu kan Yo-su-ke kun?"
Souji benar-benar tahu bagaimana caranya membuat Yosuke mengikuti keinginanya. Dia tahu setelah mendengar kata-katanya barusan, pasti Yosuke tidak bisa menolak malahan bersemangat untuk membuktikan dirinya. Entah kenapa, merupakan hal yang sangat menyenangkan menggoda Yosuke.
"Kalau ini tantangan, maka kau akan ku ladeni So-u-ji kun"
Benar saja seperti perkiraanya, Yosuke benar-benar memakan umpanya.
"Baiklah"
Souji mendekatkan wajahnya kearah Yosuke. Tangan kirinya memegang tangan Yosuke yang lagi-lagi gemetar. Napas Yosuke yang tersengal-sengal karena menahan rasa takut dapat dirasakanya. Beberapa detik terdiam-kemudian perlahan Yosuke dapat merasakan sentuhan bibir Souji yang mendarat di pipinya dengan lembut. Tidak tahu kenapa tiba-tiba napasnya terhenti.
"Deg..deg..deg!"
Terdengar detakan jantung nya yang keras. Dengan pelan Souji melepaskan ciumanya dan bernapas pelan. Dilihatnya wajah partnernya yang merah padam. Tangan Yosuke gemetaran.
"Sampai disini saja ya 'Pelajarannya'. Aku sudah ngantuk". Souji menarik selimut
"..."
"Lebih baik kau tidur juga, Yosuke. Besok hari penting untuk mu, kan.."
Souji melirik disebelahnya, diatas tempat tidur—Yosuke menarik selimut. Dia tidak menggubris perkataan Souji. Kesunyian menyelimuti kamar itu.
Bersambung...
