Welcome to my second fanfic ..

Setelah gagal buat fanfic yang pertama, akhirnya aque memutuskan untuk membuat fanfic yang kedua ..

Yaah .. masih tentang persahabatan .. Moga-moga ntar ada love story-nya meskipun dikit .. eheh ..

Okey, enjoy!

Sweet Dreams

Desclimer : Masashi Kishimoto-sensei pastinya ..!

Genre : Friendship aja de ..

Rated : T kali yah? *bingung*

Chapter 1 : Probably ..

"Maafkan Ayah dan Ibu.."

"Karena telah meninggalkanmu.."

Dengan tersentak karena sedikit kaget, seorang cowok berambut pirang membangunkan dirinya yang baru saja merasa mimpi buruk yang sama berulang kali. Dengan bingung dia menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya disertai dengan cucuran keringat di sekujur tubuhnya. Tanpa pikir panjang lagi, dia beranjak dari ranjangnya dan langsung menuju kamar mandi dan membasuh mukanya dengan cepat seakan-akan ingin mimpi buruk yang sama itu menjauh dan menyadarkan dirinya kembali.

Ya, Naruto memang sudah tidak lagi memiliki orang tua sejak lahir. Dia telah hidup sebatang kara selama ini. Tapi, entah kenapa mimpi buruk itu akhir-akhir ini terus menghampirinya tanpa jeda saat dirinya terlelap tidur. Mimpi yang seakan memberikan gambaran bagaimana orang tuanya meninggalkan dirinya untuk selamanya. Mimpi yang seakan memberikan gambaran bagaimana orang tuanya berpamitan pilu pada dirinya yang saat itu tidak tahu apa-apa..

"Kenapa mimpi itu selalu saja datang..?" teriaknya tertahan di kamar mandi. "Nggak seperti biasanya aku mimpi seperti itu akhir-akhir ini.." ucapnya sambil memejamkan matanya rapat-rapat seakan menahan air mata yang ingin sekali keluar dari matanya yang biru cerah itu.

"Naruto!"

Sekali lagi cowok pirang itu tersentak dikarenakan suara cewek yang menggema dan terdengar di luar kamarnya. Bergegas dia menuju jendela kamarnya dan mendapati cewek berambut pink cerah yang sudah siap dengan mengenakan seragam sekolahnya salah satu sahabat baiknya yang dulu sempat menarik perhatiannya. Naruto menyibakkan gorden kamarnya lebih luas.

"Ada apa, Sakura..?" ujarnya sambil membuka jendela kamarnya.

Dengan sedikit mendengus, Sakura menatap tajam Naruto dengan mata emerald cerahnya. Lalu menunjukkan tangannya pada jam dinding di kamar Naruto. "Sekarang udah jam berapa?" ucapnya tertahan menahan kesal.

Naruto menoleh ke jam dinding yang ditunjuk Sakura dan bergidik melihat jarum jam yang menunjuk angka 7 dan 9, maksudnya yang pendek ke angka 7 dan yang panjang ke angka 9. Artinya lagi waktu sudah menunjukkan jam 7 kurang 15 menit.

"I tto.."

Dirinya terpaku dan sedikit melirik Sakura ngeri. Taulah ya, gimana Sakura kalau lagi kesal alias marah.

Namun, yang dilihat alias Sakura sendiri mulai menghela napas mencoba menenangkan diri, lalu mendengus kembali ke arah Naruto. Tapi, kali ini dia memberikan tatapan pasrah padanya. "Sampai kapan, sih, kamu bakalan kayak gini terus? Nggak capek apa bangun telat mulu? Kita itu udah kelas 3, tau?"

"Ehm.. iya.. aku.." jawab Naruto terbata sambil menggaruk kepalanya, malu.

"Udah, ah.. mending kamu cepet mandi, gih! Mumpung masih sempet! Aku juga ikut telat gara-gara kamu, tahu!" ujar Sakura bermuka sebal tapi pasrah. "Aku tunggu di teras depan, lho, ya? 15 menit harus selesai!" lanjutnya sambil menunjuk jam tangannya sendiri.

"Ok!" jawab Naruto sambil mengacungkan jempolnya ceria.

Sakura hanya menghela napas sambil tersenyum, kemudian menghilang dari hadapan Naruto untuk menuju teras depan.

"Si Naruto selalu saja begitu.. haah.." ucapnya di teras sambil tersenyum polos membayangkan sifat Naruto yang dari dulu sampai sekarang sama sekali tidak pernah berubah.

Sekilas tentang cerita masa kecil Naruto dan Sakura. Dulu, Naruto dan Sakura sama sekali nggak akur, atau lebih bisa disebut kurang akrab dan nggak mungkin banget bisa jadi sobat baik. Naruto sering sekali menyapa Sakura dengan cerianya saat mereka bertemu. Namun, Sakura menjawabnya dengan dengusan. Begitu seterusnya, sampai pada suatu hari, saat Naruto menyapa seperti biasa, Sakura membalasnya sambil tersenyum lebar yang membuat Naruto heran dan kemudian membalas dengan senyumannya yang lebih lebar. Sejak saat itu, mereka sering bermain bersama. Lagipula, Sakura sangat kagum pada Naruto yang meskipun tidak memiliki orang tua yang mengasihinya masih bisa bersikap ceria seolah-olah tidak ada kesedihan dalam dirinya.

Baiklah, kembali ke masa kini.

Lima belas menit telah berlalu, namun si Naruto sama sekali belum menampakkan dirinya di balik pintu. Tapi, lima menit kemudian, Naruto mulai menampakkan dirinya. Sakura hanya menatap Naruto sebal, sebab, untuk memarahinya hanya akan membuang waktu mereka untuk ke sekolah yang jaraknya cukup jauh.

Tanpa banyak omong lagi, mereka meluncur mencari taksi yang lewat dan langsung ngebut ke KHS, pada tau 'kan? Yap, pastinya Konoha High School. Sesampainya di tempat, langsung Naruto and Sakura kebut-kebutan menuju pintu gerbang yang untungnya belum ditutup! (Leganya.. hoho..). Dengan hati lega, Naruto dan Sakura langsung masuk kelas yang berbeda, kenapa? karena emang beda.

Di kelas Naruto sendiri, seperti biasa dia memandang pemandangan yang membuatnya bedmud dikelas. Sasuke, nama cowok itu dengan angkuhnya dia memalingkan wajahnya yang emang cakep ke luar jendela tanpa memandang sedikitpun ke Naruto yang udah bermuka masam. Dialah orang yang sering sekali membuatnya kesal Naruto di kelas itu. Namun, dia mengalihkan pandangannya pada bangkunya yang jaraknya selisih 1 bangku diseberangnya. Sedangkan Sasuke hanya bersikap tak acuh sambil tetap memandang keluar jendela. Sai, nama cowok yang duduk diantara bangku Naruto dan Sasuke itu memandang Naruto heran.

"Nggak mau duduk, yah? Kok tempat duduk sendiri dipelototin gitu?" tanya Sai tiba-tiba.

Naruto yang emang sedari tadi ngelamun entah apa sambil menatap bangkunya pun tersentak kaget (lagi?). "Haaahh! Kamu itu ngagetin aja, tau!" ucapnya akhirnya.

"Lhah, ngagetin gimana? Wong aku cuma nanya begitu kok dibilang ngagetin? Kamu aneh, tau nggak?" sambung Sai dengan santainya.

Naruto hanya terdiam cemberut dan langsung duduk dibangkunya sambil melirik sebal si cowok jabrik hitam di seberangnya. Entah apa yang dipikirkan Naruto sampai-sampai dia selalu bedmud saat melihat Sasuke di kelas itu.

Sementara di kelas lain, Sakura duduk diam di bangkunya yang berseberangan dengan cewek cantik indigo berambut panjang indah bernama Hinata. Hinata terlihat kurang sehat, terbukti dengan syal berwarna lavender yang melingkar lembut di lehernya. Sakura menatapnya heran.

"Hinata, kamu sakit?" tanyanya sambil menghampiri Hinata yang merebahkan kepala di tangannya yang terlipat.

"Ano.. Sakura.. tidak apa-apa, kok.." jawab Hinata lembut, sambil tersenyum perih.

"Kamu kurang sehat banget, deh, Hinata.. kamu nggak bisa bohong sama aku.." ujar Sakura lembut sambil memegang kening Hinata. Maklumlah, Sakura 'kan jago banget kalau menyangkut soal kesehatan. "Aku anter ke UKS, ya?" tiba-tiba dia teringat sesuatu, "Oh iya, kok jam segini belum masuk? Apa ada rapat?"

"Tadi, ada pengumuman dari kepsek, katanya sih, ketua komite sekolah ini mau dateng.." kata Ino yang tiba-tiba ikut nimbrung.

"Hooh.. ketua komite? Emang kenapa ketua komite dateng ke sekolah kita?"

Ino hanya angkat bahu tanda tak mengerti. Sakura terdiam sejenak sebelum akhirnya dia sadar harus mengantar Hinata ke UKS, "Oh iya, Hinata.. ayo ke UKS.."

"Aku nggak papa, Sakura.."

"Udah ayo ikut.. daripada ntar tambah parah.."

Akhirnya Hinata mengangguk pasrah sambil menuruti Sakura ke UKS.

"Ino, ntar kalo ada guru dateng, bilangin, ya.. aku nganter Hinata ke UKS."

Ino mengangguk mengerti, "Oke.. jaga Hinata, ya?"

Sakura hanya mengangguk, "Duluan, yah?"

Ino tersenyum.

Tak berapa lama kemudian, bel pun berbunyi pertanda masuk kelas. Sakura mempercepat langkahnya menuntun Hinata yang kondisinya sangat lemah.

Hari itu bel sekolah hanya berbunyi sekali yang menandakan bahwa ketua dan wakil kelas harus berkumpul di depan ruang TU. Saat itu Shikamaru yang merupakan ketua dari kelas Naruto tidak masuk dikarenakan sakit, sedangkan Sasuke yang merupakan wakil ketua kelas mulai beranjak dari bangku dengan cool-nya sambil mengambil sebuah buku dan alat tulis.

"Trus, gimana, nih, Shikamaru 'kan nggak masuk, ada yang mau gantiin, nggak?" tanya Sasuke ke seluruh kelas dengan muka diamnya.

Seisi kelas diam. Naruto menatap Sasuke tajam, lalu..

"Oke, biar aku yang pilih sekarang." Sasuke meneliti muka siswa disitu secara bergilir, sampai ujung-ujungnya tatapannya berhenti di Sai yang lagi anteng. Sempat Sasuke bertemu pandang dengan Naruto yang cemberut, namun dia tidak menghiraukannya, "Sai, kamu aja yang menggantikan Shikamaru.."

Sai yang ditunjuk seenakmaunya Sasuke itu langsung melotot kaget, "Apa? Kok aku?"

"Buat sementara doang, kok. Apa susahnya, sih?" jawab Sasuke sekenanya, "Lagian, ini cuman pertemuan masing-masing wakil kelas, kok. Nggak ada yang lain."

"Iya.. tapi.. Kenapa aku?" tanya Sai lagi sambil menunjuk dirinya sendiri, "Aku bisa apa, coba?"

"Kalo kamu nggak mau, siapa yang mau?"

"Eh, Sasuke! Nggak mesti aku juga.. aku agak grogi, tau."

"Ya.. aku tau! Tapi, cuman kamu yang memungkinkan untuk.."

Belum kata-kata Sasuke selesai, Naruto langsung protes, "Eh, teme!"

Sontak aja Sasuke menatap Naruto dengan pandangan tak terima, "Apa?"

"Kalau Sai nggak mau, nggak usah dipaksa napa? Lagian, kalau dipaksa ntar malah nggak berjalan baik, tau!"

"Trus, mau kamu gimana? Hah?" tanya Sasuke stay cool, "Apa kamu mau jadi penggantinya Shikamaru? Usuratonkachi?"

"Aku punya nama, baka!" sanggah Naruto kesal.

"Yah.. sama kalau gitu." Jawab Sasuke menatap sinis Naruto, "Yaudahlah.. kalau kamu emang mau, cepet kesana duluan."

Naruto semakin kesal dengan omongan Sasuke yang tambah ngawur gitu.

"Heh! Siapa yang bilang aku mau? Jangan asal nyimpulin seenak jidat kamu, ya!"

"Trus, kenapa kamu, kok motong omonganku ke Sai tadi? Pastinya karena kamu cemburu kalau aku milih Sai, 'kan?"

Naruto diem sebentar.

"Nggak bisa jawab, 'kan?"

Naruto menatap marah ke Sasuke.

"Yaudah, Naruto, turutin aja apa maunya dia, tuh.. yah?" ucap Kiba yang tiba-tiba ikut ngomong.

"Yah.. bener juga.. kenapa? Karena Naruto kayaknya juga cocok ngegantiin Shikamaru.." sambung Shino.

Naruto memandang seluruh kelas dengan bingung dan heran.

"Ya! Setuju!" ujar Sai dengan cerianya, "Gantiin, yah, Naruto!"

Lama Naruto terdiam sambil kembali menatap tajam Sasuke yang juga menatapnya yang nggak kalah tajamnya.

"Haah.. ya, Oke.. Oke.." jawab Naruto akhirnya.

Seisi kelas mulai rame lagi, "Kalau gini, masalahnya selesai, 'kan?"

Naruto tidak menghiraukan. Dia langsung mengambil buku dan alat tulis dan beranjak dari bangkunya tanpa sepatah kata pun, berjalan beriringan dengan Sasuke keluar kelas.

Sementara, di kelas Sakura tidak ada masalah tentang perwakilan kelas karena Ino lah ketua kelasnya. Justru si wakil kelasnya tidak ada dikarenakan wakil kelas yang asli yaitu Sakura-yang sedang mengantar Hinata- masih belum kembali. Akhirnya Ino memutuskan untuk menunjuk salah satu diantara teman sekelasnya, tanpa ada masalah sedikit pun.

Sesampainya di Aula sekolah, masing-masing staf TU sekolah membagikan setumpuk surat edaran untuk wali murid kepada masing-masing wakil kelas. Tidak terkecuali Naruto sendiri yang sedikit ragu saat Sasuke membagi separuh dari setumpuk surat edaran yang didapatnya.

"Napa kau?"

"Bukan urusanmu."

Sasuke melirik Naruto yang gugup menatap surat edaran didepannya.

"Heran, deh. Takut sama surat edaran?" tanyanya santai.

"Nggak. Bukan gitu. Ini.."

Belum sempat Naruto menyelesaikan omongannya, Sasuke kebetulan melihat seorang wanita di depan ruang kepsek dan beranjak, "Tunggu bentar."

Naruto hanya diam menatap Sasuke yang berjalan menuju sesosok wanita itu, yang ternyata adalah Ibunya. Sebagai tambahan, Mikoto yang sekaligus Ibu Sasuke ini menjadi ketua komite di KHS. Naruto hanya menatap Sasuke dan Ibunya yang berbincang-bincang ringan sambil mengernyitkan alisnya dan menutup mata. Bukan berarti marah. Tapi, dia sedang berusaha menguatkan hatinya.

Baiklah, Naruto kau harus sabar. Batinnya berucap pelan. Tapi, kemudian dia bingung sendiri. Terus, gimana, nih? Aku harus meminta pada siapa? Aku 'kan sudah.. Naruto menghela napasnya pelan. Sudah tak punya orang tua..

Ah, sudahlah. Batinnya sambil menggeleng. Aku bisa meminta tolong pada orang tua Sakura untuk mewakilkan orang tuaku.

"Sampai kapan aku harus diem kayak gini? Si teme itu bener-bener, deh.." bisiknya pada diri sendiri kesal, menatap Sasuke yang belum selesai mengobrol dengan Ibunya itu dan beranjak menuju tempat mereka.

"Sasuke, apa masih belum?"

Sasuke dan Ibunya menoleh bersamaan ke Naruto yang menenteng surat edaran di tangannya.

Mikoto menatap Naruto kaget.

Sasuke memandang Ibunya heran, "Napa, ma?"

Naruto baru menyadari sedang diperhatikan oleh Mikoto, dan tersenyum canggung.

"Maaf, tante.. saya jadi mengganggu.."

Mikoto menghela napas dan tersenyum lembut, "Tidak apa-apa, kok.. lagipula, ini juga udah selesai bincang-bincangnya. Ya, 'kan, Sasuke?"

Sasuke hanya mengangguk pelan, "Oke, ma.. aku ke kelas dulu."

Mikoto tersenyum (lagi) melihat dua anak itu beranjak pergi menuju kelas. Tapi, saat dirinya hendak pergi juga, dia terlupa sesuatu.

"Oh iya, tunggu!"

Baik Naruto maupun Sasuke menoleh serentak.

"Ada apa lagi, ma..?" tanya Sasuke mendekati ibunya diikuti Naruto.

"Ehm," diam sejenak, "Namamu siapa, nak?" tanya Mikoto pada Naruto yang membuat Sasuke semakin heran.

Naruto apa lagi, "Eh, kenapa, Tante?"

"Nggak, tante cuma tanya saja, setidaknya tante bisa tau siapa saja yang jadi temannya Sasuke, 'kan..?"

Naruto dan Sasuke lirik-lirikan heran.

"Ehm, saya Naruto Uzumaki.."

Mikoto semakin kaget mendengar nama panjang Naruto.

"Ma, ada yang salah?"

Mikoto tersentak, "Tidak-tidak ada apa-apa, kok.." jawabnya tersenyum gugup. "Kalian berdua cepat masuk kelas, gih."

Sasuke dan Naruto mengangguk pelan bareng dan meninggalkan Ibu Sasuke tersebut terdiam terpaku memandang punggung Naruto.

"Mungkinkah dia.."

"Aku nggak habis pikir.."

Sasuke menoleh, "Apanya?"

"Mama kamu tiba-tiba nanya nama aku. Saat aku bilang nama aku, dia kayaknya kaget dan nggak asing lagi sama namaku? Apa ada yang salah, ya?"

"Haah, aku juga heran sama mama tadi. Kayak ada sesuatu yang disembunyikan." Pandangannya tertuju pada pintu kelas yang sudah tampak, "Lagian, mana mungkin juga mama kenal sama kamu, heh.."

"Dasar kau, kamu itu emang nggak pernah berhenti membuatku kesal mulu?"

"Hn? Biasa aja.."

Mungkin dah kebiasaan kali, ya? Batin Naruto sambil melirik tajam Sasuke yang santai dan tanpa ekspresi itu.

Sementara itu kelas sebelah disaat yang sama..

"Oke.. Oke.. guys! Yang sabar, yah! Semuanya bakal kebagian, kok!"

Ucap Ino yang berusaha nenangin masyarakat kelasnya yang udah berebutan buat dapetin surat edaran dari Ino.

Tak berapa lama kemudian, Sakura muncul dari luar kelas. Sontak aja dia kaget, "Ino! Apaan, nih? Sejak kapan kamu jadi artis?" Sakura melotot kaget mendapati anak-anak kelasnya pada berebutan di depan Ino.

"Eh! Sakura! Jangan bengong aja! Bantuin, dong!"

"Yah! Oke.. Oke..!" berjalan ke tempat Ino, "Cuma bagiin surat edaran doang, kok, kayak yang mau bagiin sembako?"

"Udah, ah! Yang penting, bagiin nih!"

Sakura mingkem dan mulai menenangkan teman-temannya sebelum membagikannya.

Tanpa waktu lama, seluruh surat edaran habis dilalap masyarakat kelas itu. Sakura diikuti Ino langsung duduk kelelahan.

"Haduh, selesai juga.."

"Siapa coba yang bantuin..?" Sakura melirik jenaka kearah Ino yang bermuka kusut.

"Thanks, yah." jawabnya pendek sambil mengatur napasnya. "Oh iya, tadi pas semua ketua dan wakil kelas kumpul, ada Sasuke, loh!" Ino kembali ribut yang membuat Sakura cengok.

"Ya iyalah, dia 'kan wakil kelas sebelah, tentunya sama Shikamaru juga, 'kan?" jawab Sakura santai.

"Nggak.."

Sakura menoleh pada Ino heran, "Kenapa?"

"Si Shikamaru nggak masuk karena sakit, jadinya digantiin ama Naruto." Tukas Ino.

Hening sejenak.

"Maksudnya.. Naruto menggantikan Shikamaru, terus bareng Sasuke mewakili kelas sebelah gitu?"

"Yap." Singkat Ino, "Napa, Sakura? Kok kayaknya asing banget?" tanya Ino lagi sambil mengambil buku paket pelajaran dari tasnya.

"Nggak, aneh aja.. Naruto bareng ma Sasuke? Mereka tuh 'kan nggak pernah akur.." Tambah Sakura masih dengan mimik herannya.

Ino hanya angkat bahu.

~ To Be Continued.. ~

Akhirnya selese juga, first chapter dari fanfic ini .. udah sejam-an lebih duduk di depan kompie .. pegel gila ..

Gomenasai kalau ada kata-kata yang salah, atw kalimat yang mungkin rada' nggak nyambung .. *membungkukkan badan*

Yaudah de .. aque minta review-nya, yah .. saudara-saudari sekalian .. (kayak pidato?) coz, fanfic ini tiba-tiba muncul in my mind .. jadinya, bingung gimana lanjutannya .. *lhaaa?*

See ya in the next chapter! ^^