peblish
presents
a krisho fanfict
.
Another You
.
cast :
- suho
- kris
.
enjoy, happy reading, and dont forget to leave review! ^^
.
.
.
.
.
.
.
i repeat it in my heart
i recall you many times
afraid that I would lose you
though I can erase, though I can forget
without saying anything, you went away...
ㅡThere Was Nothing - Jung Yeop
.
.
.
Bagi Kris, Joonmyun adalah segalanya.
Joonmyun adalah nafasnya, denyut nadinya, detak jantungnya, bahkan aliran darahnya...
.
.
.
Sejak umur mereka masih sewindu pun, Kris sudah terpesona akan sosok seorang Kim Joonmyun.
Di balik tubuh mungil, wajah polos, bibir merah yang kerap tersenyum dan kepribadiannya yang selalu ceria itu, Joonmyun menyimpan sebuah masa kecil menyedihkan yang tak diinginkan oleh anak kecil manapun. Tetapi dengan tegarnya Joonmyun selalu mengisi hidupnya dengan senyum dan keriangannya. Mengabaikan godaan untuk terpuruk di masa lalu dan memilih untuk selalu bersemangat menyongsong masa depan cerah yang menantinya.
Dan Kris belajar banyak dari namja itu.
Kehidupan Kris dan Joonmyun memang tidak jauh berbeda. Keduanya sama-sama korban. Korban dari keluarga yang sudah tak bisa merawat dan membesarkan anak-anaknya lagi. Joonmyun yang hidup sendirian sejak kecil karena meninggalnya kedua orangtuanya sementara Kris yang dibuang oleh kedua orangtua yang tak mampu membiayai kehidupannya.
Hingga akhirnya keduanya bertemu di sebuah tempat yang sama.
.
.
.
"Anak-Anak... Mulai hari ini, kita kedatangan teman baru." Ucap seorang wanita paruh baya sambil mengusap lembut kepala seorang anak kecil berwajah datar yang sedang memainkan kedua kakinya itu, memperkenalkan anak asuh barunya kepada anak-anak asuhnya yang lain. "Ayo, perkenalkan dirimu pada teman-temanmu. Mulai hari ini, mereka yang akan jadi keluargamu."
Bukannya mengangguk atau memperkenalkan dirinya, anak kecil itu malah semakin dalam menundukkan kepalanya sambil tetap memainkan kedua kakinya.
"Kris?" Bisik wanita paruh baya itu sambil menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh anak bernama Kris itu. "Ayo, jangan diam saja. Lihat, teman-temanmu ingin tahu siapa namamu. Mereka tidak mungkin berteman denganmu tanpa mengetahui namamu, bukan?"
"Mungkin dia malu, Bu!" Tiba-tiba terdengar suara dari kerumunan para anak-anak asuh itu.
Kris mengangkat wajahnya, ingin mengetahui asal suara itu.
Seorang anak berdiri dari kerumunan itu, kemudian maju ke depan menghampiri Kris dan wanita paruh bayaㅡyang merupakan ibu asuh di panti asuhan ituㅡberdiri. Kris diam memandangi anak itu. Ia terlihat seperti seekor anak itik di rumpunan para induk itik. Tubuhnya yang mungil, kaus putih kebesaran yang ia kenakan dan kedua matanya yang berbinarㅡyang juga sedang memandang ke arah Krisㅡ, menjadikannya berbeda dari anak-anak panti yang lain.
"Kalau kamu malu memperkenalkan dirimu, bagaimana kalau kami saja yang memperkenalkan diri kami?" Masih dengan kedua matanya yang berbinar dengan indah disertai senyum ramahnya, anak itu menyodorkan tangannya di hadapan Kris.
"Namaku Joonmyun! Kim-Joon-Myun." Dengan ekspresi yang begitu menggemaskan anak kecil bernama Joonmyun itu mengeja namanya sekaligus memperkenalkan dirinya pada Kris.
.
.
.
Perlahan-lahan tangan Kris terulur menyambut uluran tangan namja mungil itu.
.
.
.
"Kris..."
.
.
.
Joonmyun membuka mulutnya dengan gembira, kemudian ia berpaling pada teman-temannya. "Wah, Teman-Teman! Namanya Kris! Ayo, sekarang giliran kalian yang berkenalan dengan Kris! Ayo! Ayo!" Serunya riang yang kemudian langsung disambut tak kalah riang oleh anak-anak panti itu. Anak-anak panti yang tadinya bungkam seribu bahasa itu tiba-tiba menjadi riang dan menyenangkan. Mereka nyaris berebut untuk menyodorkan tangan mereka pada Kris dan memperkenalkan diri mereka masing-masing.
Membuat Kris benar-benar terperangah.
Ia sama sekali tak menyangka bahwa perkenalannya bisa selancar dan seceria ini.
Tadinya ia pikir ia harus menanggung malu seorang diri untuk memperkenalkan dirinya di depan anak-anak panti asuhan ini.
"Namaku Baekhyun!" Ucap salah seorang namja yang sama mungilnya dengan Joonmyun. Ia tersenyum sangat lebar pada Kris hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. "Senang berkenalan denganmu!"
"K-Kris..." Kris mencoba tersenyum dengan canggung. Saking senangnya karena keadaannya diterima dengan baik di tempat ini, Kris bahkan tak bisa tersenyum dengan normal. "Senang berkenalan denganmu juga."
"Aku Chanyeol!" Kali ini seorang namja yang tinggi badannya sepadan dengan Kris muncul dan menyodorkan tangannya. "Apa kamu suka main basket? Setiap hari Minggu, kamu bisa bergabung denganku dan teman-teman yang lain untuk adu basket di lapangan belakang! Hehehehe."
Kris membulatkan kedua matanya antusias. "Ba-basket? Aku suka sekali!" Seru Kris cepat. Kali ini ia berhasil tersenyum dengan sangat lebar begitu menemukan seseorang yang berminat sama dengannya. "Bolehkah? Terimakasih! Ah, namaku Kris! Senang berkenalan denganmu!"
Chanyeol tersenyum tak kalah senang. "Tentu saja boleh! Baguslah kalau begitu! Ah, Ibu Kim, bolehkah aku meminta Kris untuk tidur di ranjang susun yang sama denganku? Kita bisa menjadi teman baik!" Seru Chanyeol pada wanita paruh baya yang sejak tadi berdiri di sebelah Kris itu.
Ibu Kim mengangguk. "Tentu saja, Chanyeol."
"Yeaaahh!" Seru Chanyeol senang kemudian dengan akrabnya ia ber-high-five ria dengan Kris.
"Nah... Sekarang semuanya sudah berkenalan dengan Kris, kan?" Tanya Ibu Kim pada anak-anak asuhnya sambil tersenyum senang. Ia sendiri juga tidak menyangka bahwa perkenalan Kris bisa menjadi semenyenangkan ini.
"Iya, Bu!" Seru anak-anak panti itu serempak.
"Kris, kau sudah mengenal semua teman-temanmu, kan?" Ibu Kim sedikit merunduk, menyamakan pandangannya dengan tubuh Kris.
Kris tersenyum. Tersenyum lebar sekali. Kemudian mengangguk-angguk. "Hm."
Ibu Kim ikut tersenyum, kemudian mengusak rambut Kris dengan bangga. "Baguslah."
.
.
.
Diam-diam Kris memandangi kerumunan anak-anak panti itu.
.
.
.
Kemudian pandangannya terhenti di sebuah titik.
.
.
.
Titik di mana namja mungil berkaus putih kebesaran itu berada.
.
.
.
...Joonmyun.
.
.
.
Dan saat itu juga, Joonmyun sedang memandangi Kris.
.
.
.
Lalu mengedipkan sebelah matanya.
.
.
.
.
.
.
Mungkin... Mungkin saat itulah...
.
Saat di mana Kris mulai terpikat pada seorang Kim Joonmyun.
Bagi Kris, Joonmyun adalah segalanya.
Joonmyun adalah nafasnya, denyut nadinya, detak jantungnya, bahkan aliran darahnya...
.
.
.
Seiring mereka beranjak remaja, tidak banyak hal yang berubah di panti asuhan.
Salah satunya mungkin hanyalah perubahan saat Joonmyun menjadi teman sekamar Kris.
Di suatu malam musim dingin, datanglah pasangan muda yang berniat untuk mengadopsi salah seorang anak panti, dikarenakan sang istri dinyatakan tidak dapat mengandung lagi oleh dokter. Setelah melihat-lihat dan berkenalan dengan semua anak panti, akhirnya mereka memilih Chanyeol sebagai anak angkat mereka. Sebetulnya Chanyeol senang sekali karena dipilih untuk diadopsi oleh pasangan muda itu, tapi di sisi lain ia begitu berat untuk meninggalkan teman-temannya dan panti asuhan ini, sudah terlalu banyak kenangan indah dan menyenangkan yang ia alami di sini. Dengan janji dari calon sang ayah angkat, Chanyeol diizinkan untuk tetap berkunjung ke panti asuhan setiap bulan, sekedar untuk bertemu dan bermain-main dengan teman-temannya. Dan jadilah malam itu juga Chanyeol resmi diadopsi pasangan muda itu dan tinggal bersama mereka.
Malam itu, semuanya menangis. Menangis karena terharu dan senang karena Chanyeol akhirnya menemukan pasangan dermawan yang mau mengadopsi dan menghidupinya, juga menangis karena terlalu sedih ditinggalkan oleh teman baik mereka yang selalu mengundang tawa dan keceriaan di panti asuhan itu.
Di antara semua anak-anak panti yang menangis, sepertinya Kris lah yang paling terpukul. Bukan, bukan karena ia menangis begitu hebat dan merengek-rengek meminta Chanyeol untuk tetap tinggal, tapi justru karena ia lebih banyak diam saat acara perpisahan mereka dengan Chanyeol. Saat Chanyeol memeluk dan mengucapkan selamat tinggal padanya, Kris hanya bisa tersenyum kaku sambil menepuk-nepuk punggung Chanyeol.
Yah, mungkin Kris sudah menganggap Chanyeol sebagai sahabat baiknyaㅡselain Joonmyunㅡselama 6 tahun ini.
.
.
.
Tok tok tok! "Kris?" Krek... Pintu kayu cokelat itu terbuka dan berdecit pelan, memunculkan kepala Joonmyun yang menyembul dari balik pintu. "Aku tidur di sini, ya?"
Kris yang sejak tadi berbaring di atas ranjangnya sambil memejamkan kedua matanya untuk mencoba tidur hanya bergumam pelan. "Hm."
Joonmyun tersenyum senang, kemudian ia segera menyeret selimut putih besarnya beserta bantal dan boneka Pororo-nya. "Ukhhh... Berat sekali, sih." Keluhnya.
Kris membuka kedua matanya kemudian melirik pada Joonmyun yang masih bersusah-payah menyeret 'teman tidur'-nya itu. Kemudian menyeringai kecil. Lalu bangkit dari ranjangnya dan membantu Joonmyun membawa selimutnya dengan mudah. "Dasar payah." Ledek Kris sambil mengacak-acak rambut Joonmyun.
Joonmyun mengerucutkan bibirnya. "Cihhh."
"Ngapain kau bawa-bawa selimut dan bantal segala? Di sini kan masih ada selimut dan bantal yang biasa dipakai Chanyeol." Tanya Kris heran setelah ia meletakkan selimut Joonmyun di ranjang susun atas.
"Habisnya aku nggak bisa tidur kalau nggak pakai selimut dan bantal kesayanganku." Gumam Joonmyun sambil menimang-nimang boneka Pororo-nya. "Ah, aku juga nggak bisa tidur kalau nggak ada Pororo." Lanjutnya polos sambil memeluk erat boneka kesayangannya itu. Membuat Kris tertawa geli dan gemas melihat tingkah Joonmyun.
Setidaknya, rasa sedihnya karena kehilangan Chanyeol sedikit terobati dengan kehadiran Joonmyun di kamarnya saat ini.
"Hahaha. Dasar." Kris kembali mengacak-acak rambut Joonmyun. "Tahun depan kita sudah mau masuk SMP, lho. Masa kau masih suka tidur dengan boneka? Gimana kalau teman-teman SMP-mu tahu? Bisa-bisa kau tidak punya teman." Ucap Kris sambil tertawa geli membayangkan kehidupan SMP-nya nanti.
"Bukan teman SMP-ku. Tapi, teman-teman SMP kita." Koreksi Joonmyun sambil memamerkan eye-smile-nya. "Kamu udah janji, kan, kalau kita bakalan masuk SMP yang sama?"
"Ah..." Kris sedikit menunduk gugup, kemudian tersenyum sekenanya. "I-iya."
"Biarin aja mereka nggak mau temenan sama aku. Bodo amaaaaaaatttt. Lagian aneh banget, masa iya mereka nggak mau temenan sama aku cuma gara-gara aku masih suka tidur dengan boneka?" Suho memaju-majukan bibirnya dengan lucu. "Lagipula, masih ada kamu, kan, Kris? Kamu pasti masih mau, kaaannn, jadi temen aku? Hahahahaha!"
Kris menyeringai. "Ih. Kalau teman-teman SMP kita nanti tahu kalau aku temenan sama kamu, bisa-bisa aku ikut nanggung malu."
BUGH! "Iiiihhhh... Kris, ahhhh..." Rengek Joonmyun, ia mengerucutkan bibirnya sambil memukul-mukuli lengan Kris.
"Hahahaha." Kris meredakan tawanya. "Bercanda, Myun. Hihihi."
"Eng?" Joonmyun mengerutkan keningnya, kemudian ia bangkit dari duduknya lalu mengambil sesuatu dari meja Kris. "Ini kan punya Chanyeol?" Gumam Joonmyun sambil menunjukkan sebuah wrist-band hitam pada Kris. "Ketinggalan, ya?"
"Ah... Benar juga." Ucap Kris sambil memegangi wrist-band itu. Kris masih ingat, minggu lalu Chanyeol meminjaminya wrist-band itu saat Kris mengikuti pertandingan olahraga di sekolahnya. Chanyeol bilang, wrist-band itu bisa menjadi jimat keberuntungan bagi Kris. Dan ternyata benar. Kris berhasil menjadi juara di pertandingan itu. "Taruh saja di sana. Kalau nanti Chanyeol datang ke sini lagi sama orangtuanya, biar aku kembaliin."
"Ah... Iya." Joonmyun kembali meletakkan wrist-band itu di meja Kris.
"Kenapa?" Kris mengerutkan keningnya saat Joonmyun menyandarkan kepalanya di bahu Kris kemudian diam untuk waktu yang cukup lama. Padahal biasanya Joonmyun selalu menemukan bahan obrolan apa saja yang bisa membuat mereka mengobrol terus-menerus.
"Ah... Enggak." Joonmyun tersenyum tipis, kemudian kembali bersandar di bahu Kris sambil memainkan kedua kaki boneka Pororo-nya.
"Kenapa, sih?" Kris mengusap pelan pipi Joonmyun. Kris tahu benar bahwa Joonmyun sedang kenapa-napa. "Kamu mikirin Chanyeol, ya..?" Tanya Kris pelan dan hati-hati. Joonmyun memikirkan Chanyeol? Apa itu artinya Joonmyun menyukai Chanyeol dan merasa sangat sedih karena kehilangan Chanyeol? Ah... Tiba-tiba Kris merasa wajahnya memerah. Entah kenapa, ia merasa kesal saat memikirkan bahwa Joonmyun menyukai Chanyeol.
Ya, tentu saja.
Pasti karena Kris tidak suka kalau Joonmyun yang ia sukai itu menyukai orang lain.
Tak diduga, Kris merasakan anggukan kecil Joonmyun di bahunya.
"Ke-kenapa memangnya dengan Chanyeol?" Tanya Kris lagi. Dalam hati ia berharap setengah mati bahwa alasannya bukan karena Joonmyun sedih saat kehilangan Chanyeol yang dianggapnya sebagai orang yang ia sukai.
Joonmyun menghela nafas.
.
.
.
"Karena Chanyeol udah punya orangtua."
.
.
.
Jawaban Joonmyun membuat Kris membulatkan kedua matanya. Lega karena ternyata Joonmyun tidak menyukai Chanyeol. Tapi juga heran dengan jawaban Joonmyun.
Memangnya kenapa kalau Chanyeol sudah punya orangtua?
"Soalnya aku juga ingiiiiin sekali punya orangtua, Kris..." Ucap Joonmyun lirih sambil mengeratkan pelukannya pada boneka Pororo-nya. "Mau itu orangtua kandungku... Tiri atau angkat sekalipun... Yang jelas... Aku ingin sekali punya orangtua yang utuh menyayangiku."
Kris diam.
Kembali, Joonmyun menyunggingkan senyum lirihnya. "Bukan maksudnya aku nggak bersyukur punya Ibu Kim, kamu dan teman-teman yang lain, Kris... Tapi... Tetep aja... Aku pengen punya orangtua yang bisa memerhatikanku... Menyayangiku... Hihihi." Joonmyun tertawa kecil sambil menutupi mulutnya.
Joonmyun menoleh kepada Kris. "Apa kamu nggak ingin punya orangtua juga, Kris?"
"Nggak. Biasa aja." Jawab Kris cepat.
Wajahnya mendatar.
Kris paling tidak suka dengan bahan pembicaraan seperti ini.
Tapi sebisa mungkin Kris menyembunyikan rasa tidak sukanya dan bersikap biasa saja.
"Kenapa begitu?" Joonmyun mengerutkan keningnya.
"Semua orang di dunia ini pasti tidak mau untuk tidak mempunyai orangtua, kan?"
.
"Semua orang. Kecuali aku."
.
Kali ini giliran Joonmyun yang diam.
.
"Kamu nggak akan pernah tahu gimana rasanya, Myun." Wajah Kris memerah. Nafasnya sedikit terengah, emosi tiba-tiba merasuki dirinya saat ia memikirkan kedua orang yang telah membuangnya mentah-mentah itu. "Dibuang dan ditelantarkan oleh kedua orangtuamu sendiri... Kamu nggak akan pernah tahu gimana sakitnya merasakan itu."
"Dengan kedok dan alasan mereka tak mampu menghidupiku, mereka bisa dengan mudahnya membuangku begitu saja seakan-akan aku ini sampah."
Kris tersenyum pahit.
Bayangan peristiwa bertahun-tahun yang lalu itu kembali teringat oleh pikirnya; saat ia ditinggal oleh kedua orangtuanya di depan panti asuhan.
.
"Sekarang kamu tahu kan kenapa aku nggak mau punya orangtua?"
.
.
.
"Aku tahu bagaimana rasa sakitnya."
.
.
.
Kris menoleh ke arah Joonmyun.
Joonmyun meraih tangan Kris dan menggenggamnya erat. "Kita ini sama Kris. Sama-sama ditinggalkan oleh kedua orangtua kita."
"Setidaknya kamu nggak dibuang, Myun." Sela Kris.
"Tapi kedua orangtua kita sama-sama pergi, kan?"
Joonmyun semakin erat menggenggam tangan Kris.
"Kamu nggak sendiri, Kris. Kita sama. Aku, Chanyeol, Baekhyun, dan teman-teman panti lainnya..." Joonmyun mengusak rambut Krisㅡseperti apa yang biasa Kris lakukan padanyaㅡdengan lembut sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Kami semua tahu bagaimana perasaanmu."
.
.
.
Joonmyun tersenyum, kemudian ia mengusap air mata Kris yang mengalir tanpa Kris sadari sendiri. "Kamu nggak sendirian. Masih ada aku dan teman-teman lainnya. Kalau kamu merasa kamu sangat kecewa dengan keputusan kedua orangtuamu yang telah meninggalkanmu, jangan jadikan kekecewaan mendalam itu sebagai dasar kebencianmu pada mereka."
"Karena mau bagaimanapun, mereka tetap orangtuamu, Kris."
Joonmyun mengusap lembut kepala Kris yang terisak pelan di pelukannya.
.
.
.
Terkadang, orang yang terlihat paling dingin sekalipun, bisa menjadi yang paling memilukan saat sedang menangis.
Kris, mungkin dia salah satunya.
Bagi Kris, Joonmyun adalah segalanya.
Joonmyun adalah nafasnya, denyut nadinya, detak jantungnya, bahkan aliran darahnya...
.
.
.
Tapi...
Ada satu hal yang Kris tidak mengerti...
.
.
.
"Myun?" Kris menatap khawatir pada Joonmyun yang sedang terbaring lemah di atas ranjang unit kesehatan sekolah. "Gwenchana..?"
Beberapa menit yang lalu kelas olahraga baru saja dimulai. Tapi tiba-tiba Joonmyun mengeluh perutnya sakit saat Tan seonsaengnim menghimbau murid-muridnya untuk praktik lari mengelilingi lapangan sekolah sebanyak 5 kali. Melihat wajah Joonmyun yang begitu pucat, Tan seonsaengnim mengizinkannya berobat ke unit kesehatan ditemani oleh Kris.
Joonmyun tersenyum lemah. Seakan mencoba menjawab bahwa ia baik-baik saja. Kris merasakan hatinya mencelos karena melihat senyuman Joonmyun yang terlihat sangat menyedihkan itu. Bibir Joonmyun memutih, tatapan matanya tak seterang yang biasanya dan kulit wajahnya benar-benar pucat.
Joonmyun... Tidak terlihat seperti Joonmyun yang biasa ia kenal.
.
.
Dan tiba-tiba Kris merasakan firasat buruk yang menyerang pikirannya.
.
.
Tapi Kris mencoba melenyapkan firasat itu.
.
.
"Kamu beneran nggak papa?" Kris menyentuh pipi Joonmyun yang terasa dingin. "Aku panggilkan petugas kesehatan, ya? Kita ke rumah sakit?" Tawar Kris, melihat kondisi Joonmyun yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai pasien yang harus segera dibawa ke rumah sakit.
"Nggak papa. Cuma sakit perut biasa." Joonmyun tertawa kecil. "Nggak usah khawatir. Kalau sudah istirahat nanti, pasti aku sudah sembuh."
"Tapi, Myun... Kamuㅡ"
"Nggak papa, Kris." Joonmyun menggeleng pelan sambil meletakkan telunjuknya di bibir Kris. "Nggak usah terlalu khawatir. Aku beneran baik-baik aja."
Kris menghela nafas. Merasa percuma kalau ingin menyangkal kata-kata Joonmyun lagi apabila Joonmyun sudah menggelengkan kepalanya sembari meletakkan telunjuknya di bibir Kris.
Maka akhirnya Kris pun duduk diam di samping ranjang tempat Joonmyun berbaring.
.
.
.
"Kris..."
"Apa, Myun?" Tanggap Kris cepat.
.
.
Joonmyun tersenyum.
.
.
.
"Apa besok kamu mau hidup dengan lebih baik lagi, Kris?"
.
Kris diam.
.
Apa?
.
.
Kenapa Joonmyun berbicara seperti itu?
.
.
"Maksud kamu?"
.
Joonmyun kembali tersenyum.
.
"Iya." Joonmyun mengangguk pelan. "Ayahku pernah bilang... Setiap akhir hari di dalam hidupmu, yakinkan dirimu untuk menjadi lebih baik dari hari ini."
"Jadi... Aku cuma ingin tanya padamu, Kris... Apa kamu mau menjadi lebih baik dari hari ini?"
.
Kris masih diam memandangi Joonmyun tak mengerti.
.
Tapi kemudian ia menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Joonmyun.
"Tentu saja."
.
Joonmyun tersenyum lagi.
"Baguslah..."
.
.
.
Mereka berdua kembali tenggelam dalam keheningan.
.
.
.
"Kamu janji mau berhenti untuk mengeluh pada hal-hal yang nggak sesuai sama keinginanmu, Kris?"
Kris mengangkat wajahnya cepat saat mendengar Joonmyun angkat suara untuk mengatakan hal-hal aneh lagi. "Maksudmuㅡ"
.
"Belajar untuk bersyukur pada hal-hal sekecil apapun?"
.
"Selalu bersemangat dan menganggap kegagalan itu sebuah anak tangga menuju puncak kesuksesan?"
.
"Terbiasa untuk memaafkan bahkan di saat kamu merasa bahwa dirimu tidak bersalah?"
.
.
.
Kris menatap Joonmyun dalam-dalam.
.
.
.
Apa..?
Kenapa dengan Joonmyun..?
.
.
.
"Kamu..."
.
.
.
"...Kamu masih kebayang sama adegan film Cina yang kemarin kita tonton?" Kris tertawa getir. Kemudian tawanya semakin keras. Keras hingga kedua matanya berair. "Ya ampun, Kim Joonmyun... Hahahaha..."
.
Joonmyun diam menatap Kris yang masih tertawa itu.
.
"...Ahahahaha... Ha-haㅡ"
Tapi kemudian tawa Kris mereda.
.
Dan ia kembali menatap Joonmyun dengan nanar.
.
Joonmyun tersenyum.
"Hmfh. Filmnya bagus, ya, Kris?" Tanggap Joonmyun pelan. "Kamu masih ingat, nggak, kata-kata yang diucapkan sang aktris yang meninggal itu ke si aktor yang berperan jadi suaminya..?"
.
Kris menggeleng lemah. Selain tidak ingat, Kris juga merasa tak mampu mengingatnya dalam keadaan seperti ini.
.
"Apa, Myun?" Tanya Kris lirih.
.
Joonmyun tersenyum dalam damai.
.
"'Aku mencintaimu.'"
.
.
.
.
.
.
Ya, 'aku mencintaimu'.
.
Selain sebagai kata-kata terakhir yang diucapkan sang aktris yang meninggal kepada si aktor di film itu...
...Kata-kata itu juga menjadi kata-kata terakhir yang diucapkan Joonmyun kepada Kris sebelum akhirnya nafasnya berhenti untuk selamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ya, satu hal yang Kris tidak mengerti.
.
.
.
Alasan mengapa Tuhan mengambil Joonmyun yang sangat Kris cintai melebihi apapun itu.
to be continued...
