Title : Waiting For You...
Author : Adrien Lee
Cast : Lee Donghae, Lee Hyukjae, Choi Siwon, Lee Jinki.
Genre : Yaoi, Family, Friendship, Angst T_T
Rating : PG
Warning : Angst! Awas nangis -_-
A / N:
Apa ya? Saya ga pandai merangkai kata-kata. Saya juga ga pandai ngajak ngobrol -_-
Jadi langsung aja ya. Ini FF 100% punya saya. Diketik dengan peluh yang bercucuran. #lebay-_-
FF ini pernah di publish juga di Facebook, jadi jangan kaget ya. Dan FF ini aneh, kalau di tengah jalan, tiba-tiba pusing, mual atau gatel-gatel, lebih baik berhenti baca. -_-
Oke deh, saya ga banyak cingcong. Mohon review yang ikhlas ya ;)
Oke!
Cue...
Donghae POV
Bolehkah aku mengharapkanmu mencintaiku? Bolehkah aku berharap kau mencintaiku? Ani, cukup menyadari perasaanku saja tak apa. Bolehkah?
Mata indahmu terlihat sangat berbinar saat sosok itu datang. Senyuman itu hanya kau tunjukan saat sosok itu berjalan ke arahmu. Semburat merah di pipimu hanya akan muncul saat –lagi-lagi- sosok itu menyapamu. Tawa itu hanya akan terdengar saat kau bercanda dengan –masih- sosok itu.
Bisakah mata berbinar itu menjadi milikku? Bisakah senyuman itu menjadi milikku? Bisakah semburat merah di pipimu itu hanya karenaku? Bisakah tawa itu hanya untukku? Bisakah kau menjadi milikku? Hanya milikku! Bukan sosok itu. Bisakah? Bisakah?
Ya tuhan, mungkin ini terdengar egois, tapi aku mohon biarkan dia menjadi milikku. Buat dia menyukaiku. Buat dia menyadari aku yang sangat amat mencintainya. Buat dia menoleh ke arahku yang selalu memimpikannya. Buat dia selalu mengucapkan kata cintanya hanya untukku. Buat dia menyadari ada aku yang selalu memperhatikan setiap hal kecil yang dia lakukan. Buat dia menyadarinya. Hanya menyadarinya. Tak apa jika tak bisa membalasnya. Tak apa.
Aku berani menukar apapun yang kupunya untuk membuatnya berpaling padaku. Aku berani menukar nyawaku agar dia bisa menyadari ada aku yang selalu disampingnya. Demi tuhan, aku sungguh –amat- menginginkannya. Tolong...berpalinglah...Lihat aku...disini.. Aku selalu...disampingmu...kumohon lihat aku...tolong...
Dengan egoisnya aku masih mencintaimu
Dengan percaya diriku aku masih akan menunggumu berpaling padaku
Bahkan jika dunia ini runtuh, aku akan selalu disini menunggumu
Mohon jangan tertawakan aku yang bodoh ini
Berpalinglah, lihat aku disini
Aku menoleh ke arah namja manis disampingku. Matanya yang bulat terlihat sangat berbinar. Ku arahkan pandanganku ke arah pandangan mata berbinarnya. Sosok asing itu ternyata. Tak heran kenapa matanya sangat berbinar. Sosok itu sedang berjalan ke arah kami –persisnya ke arah namja manis disampingku- yang sedang berdiri di depan gerbang Universitas tempat kami menuntut ilmu. Kualihkan –lagi- pandanganku ke arah namja manis di sampingku. Mataku dan mata berbinarnya bertemu. Bibir merahnya menyunggingkan senyuman yang sangat indah. Refleks aku ikut tersenyum melihatnya –walaupun dengan terpaksa.
"Hae, dia datang dan dia...sangat...tampan" ucapnya menyadarkanku. Semburat merah terlihat di wajahnya.
NYUT
Sakit itu kembali menghampiri hatiku saat dia mengucapkannya. Apa masih belum menyadarinya? Apa masih belum melihatku? Hyuk, sampai kapan aku harus seperti ini? Sampai kapan aku harus selalu menyembunyikan perasaan ini? Eum? Apa tak bisa? Apa kau benar-benar tak bisa melihat mata terlukaku saat kau berbicara tentang namja itu?
"Ne, dia memang selalu terlihat tampan dimatamu" sahutku riang berusaha menyembunyikan perihnya hatiku. Kembali menolehkan pandangannya pada namja yang tersenyum kepadamu.
"Akh, aku malu" ringismu saat namja itu semakin dekat. Hyukjae...kau membuat hatiku kembali tercabik.
Ini sakit.
Sangat sakit.
Jika aku boleh memutar takdir, aku tak akan mau menjadi seseorang yang harus menanti entah sampai kapan.
Jika aku bisa memutar takdir, aku tak ingin menjadi sahabatmu.
Jika aku sanggup memutar takdir, aku ingin menjadi sosok itu.
Jika aku...ya tuhaaan...apa yang harus kulakukan?
"Hae, dia melambaikan tangannya padaku...hhh" tiba-tiba tangannya menggenggam tanganku dengan erat lalu menundukan wajahnya malu. Menangkup wajah imut itu hingga aku kembali bisa melihat semburat merah itu lagi.
"Jangan menunduk, sayang wajah manismu nanti tak terlihat olehnya. Tunjukan pada Siwon-ssi kalau kau pantas untuknya. Kau sangat manis dan cantik. Pasti dia menyukaimu. Ah, dia datang" pujiku. Kuberikan senyuman hangatku padanya. Menurunkan tanganku dari wajahnya saat Siwon –namja itu- sudah berdiri di hadapan Hyukjae.
"Hyukkie...mianhae membuatmu menunggu lama. Kajja, kita pergi" ucap Siwon saat sudah di hadapanku dan Hyukjae. Sedikit mengeratkan mantel biru mudanya sebelum tangan kekar Siwon menggenggam jari-jemari Hyukjae dengan lembut. Saling melemparkan senyuman. Tak tau kalau diantara mereka bertiga ada aku disini yang hatinya sedang terkoyak. Berjalan meninggalkan aku disini dengan sejuta sesak yang berkumpul dihatiku.
"Hati-hati...Hyukkie" sedikit berteriak karena mereka sudah cukup jauh dariku. Bahkan Hyukjae tak membalas teriakanku. Selalu seperti ini. Saat sedang berdua dengan Siwon, aku selalu dilupakan. Aku yang sudah 12 tahun berada disampingnya akan dilupakan begitu saja saat dia sudah berdua dengan Siwon. Sosok asing yang ia kagumi sejak kami masuk ke Universitas ini. Sesak. Sangat amat sesak. Tuhaaaann...cabut saja nyawaku sekarang.
Tes...tes...tes
Airmata yang dari beberapa menit yang lalu kutahan, akhirnya menetes dengan seenaknya. Sedikit menghela nafas sambil mengeratkan mantel tipis yang kupakai. Lalu mulai berjalan gontai menuju cafe dekat sini untuk bekerja.
Ya, aku bekerja sebagai pelayan di cafe milik keluarga Siwon. Choi Siwon, kekasih Hyukjae sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya, perkenalkan namaku Lee Donghae. Namja imut yang amat sangat aku cintai yang juga selalu mengoyak hatiku tadi adalah Lee Hyukjae. Setelah pulang kuliah, aku langsung bekerja di cafe itu sampai tengah malam nanti. Kedua orangtua ku sudah meninggal 4 tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat saat akan kabur dari kejaran para penagih hutang. Hutang perusahaan appa yang tiba-tiba bangkrut saat itu. Meninggalkan aku dan namdongsaengku dengan hutang dalam jumlah yang besar. Dan sekarang, aku harus bekerja keras untuk menghidupi kebutuhanku dan namdongsaengku. Untuk biaya sekolah namdongsaengku yang sekarang masih duduk di bangku Senior High School ditambah biaya membeli obat untuk namdongsaengku. Lee Jinki. Satu-satunya saudara kandungku yang kupunya di dunia ini. Jinki menderita penyakit Gagal Jantung. Aku sangat menyayangi Jinki sebagaimana aku menyayangi Hyukjae. Aku ingin menjaga keduanya sampai helaan napas terakhirku. Dulu, sebelum kedua orangtuaku meninggal, kami hidup mewah, namun semua kekayaan appa disita oleh orang-orang yang...ah aku muak mengingatnya. Ah, sengsara sekali bukan hidupku? Untung ada Hyukjae dan Jinki yang selalu menghiburku saat aku sangat terpukul dengan kepergian Appa dan Eomma. Hyukjae...namja manis itu.
Author POV
2 Month Laters..
"Hhhhh..." membuang nafasnya berkali-kali saat mendengar suara tawa Hyukjae dari arah belakangnya. Saat ini, Donghae berada di kantin kampusnya sedang menikmati segelas jus jeruk yang –baginya- terasa sangat masam. Mata kuliah berikutnya baru dimulai 15 menit lagi. Sedangkan Hyukjae dan kekasihnya itu...entahlah.
"Baby, kau benar baik-baik saja kan?..." samar-samar terdengar suara Siwon yang bertanya keadaan Hyukjae.
'Baby? Sebutan yang sangat manis. Wajar Siwon memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Mereka sepasang kekasih. Jadi ada masalah apa Donghae-ssi? Sadarlah, kau hanya sahabatnya merangkap Hyungnya yang akan dilupakan olehnya, haha' batin Donghae pilu.
Hubungan Hyukjae dan Siwon memang sudah berjalan 2 bulan. Dan tentunya Donghae mulai terlupakan. Sekarang, Donghae benar-benar merasa sendirian. Dunianya yang semula manis, berubah menjadi pahit. Setiap hari hanya menangisi Hyukjae-nya itu disela-sela kegiatannya yang padat. Hyukjae hanya akan datang pada Donghae jika Siwon-nya itu sedang sibuk dengan Club Basketnya yang terkenal itu. Seperti malam seminggu yang lalu saat Hyukjae tiba-tiba menghubungi Donghae yang sedang bekerja.
Flashback
Hyukjae tiba-tiba menghubungi Donghae dengan suara yang terdengar kesakitan sementara kedua orangtuanya sedang berada di luar negeri untuk urusan bisnis. Donghae yang mendengar Hyukjae kesakitan, langsung meminta izin kepada atasannya di cafe untuk menemui Hyukjae dan berlari ke rumah Hyukjae yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat dengan cafe tanpa mengganti seragam pelayannya atau memakai mantelnya terlebih dahulu. Sesampainya Donghae di rumah Hyukjae,ia langsung menggendong Hyukjae di belakang punggungnya dan membawa Hyukjae ke rumahsakit dekat cafenya karena Hyukjae sudah tak sadarkan diri. Donghae tak punya cukup uang untuk membayar taksi untuk mengantar mereka ke rumahsakit dekat cafe tempat ia bekerja yang berarti jaraknya sangat jauh. Donghae terus berusaha berjalan di tengah-tengah dinginnya malam tanpa menggunakan mantel apapun. Sementara Hyukjae sudah memakai sweeter dan mantel ditambah selimut yang menutupi tubuhnya. Donghae mengabaikan tubuhnya yang berteriak kedinginan. Ia lebih mementingkan keselamatan Hyukjae yang masih kesakitan. Sampai di rumahsakit, Donghae langsung meminta bantuan para suster untuk membawa Hyukjae ke UGD. Donghae hanya bisa menunggu dokter keluar dari UGD dengan airmata yang berjatuhan, tubuh yang menggigil karena kedinginan dan terus berdoa pada Tuhan semoga Hyukjae baik-baik saja. Dokter keluar dari UGD dan mengatakan kalau Hyukjae hanya keracunan makanan. Tapi kondisinya tidak terlalu buruk sehingga malam ini pun sudah bisa pulang. Donghae menghapus airmatanya lalu mengucapkan terimakasih sambil membungkuk sopan. Teringat sesuatu, Donghae langsung merogoh saku celananya dan mengambil ponsel sederhana miliknya. Menghubungi kedua orangtua Hyukjae berharap mereka kembali ke Seoul. Tapi sia-sia, kedua orangtua Hyukjae tidak bisa kembali ke Seoul sekarang karena sedang terjadi badai salju di LA sana. Mereka baru bisa kembali ke Seoul besok pagi. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Donghae menghubungi Siwon untuk memberitahunya. Siwon terdengar sangat panik saat mengetahui kalau Hyukjae di rumah sakit. Langsung bersedia ke rumah sakit meninggalkan teman-teman Club Basketnya yang saat itu sedang latihan untuk pertandingan minggu depan. Setelah menghubungi Siwon, Donghae masuk ke UGD untuk melihat keadaan Hyukjae. Hyukjae masih tak sadar akibat obat bius yang diberikan dokter. Dengan langkah perlahan, Donghae berjalan mendekati Hyukjae yang masih menutup matanya.
Tes...
Airmata Donghae jatuh karena tak kuasa menahannya lagi. Rasa sesak itu kembali datang. Lebih sesak daripada melihat Hyukjae dan Siwon berjalan berdua dengan mesra. Lebih sesak daripada saat mengetahui kalau Hyukjae menyukai Siwon. Lebih sesak daripada saat melihat didepan kedua matanya sendiri bagaimana mereka menyatukan bibir dengan mesra. Donghae merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga Hyukjae. Kalimat 'Mianhae' terus terlontar dari bibir Donghae.
NYUT
Kembali bertambah sesak saat indra pendengarannya menangkap sebuah suara walaupun hanya gumaman kecil yang menyakitkan. Gumaman Hyukjae yang memanggil nama Siwon dengan pelan. Sebegitu cintanya kah sampai-sampai saat sedang tak sadarkan diri pun hanya menggumamkan namanya? Cepat-cepat menghapus airmatanya dan mundur beberapa langkah dari ranjang Hyukjae saat indra pendengarannya kembali mendengar sebuah suara lagi. Kali ini bukan suara gumaman, melainkan suara decitan pintu yang terbuka.
Brukk..
Sengaja atau tidak, Siwon berhasil menabrak tubuh Donghae yang masih sedikit menggigil kedinginan saat dia berlari menghampiri Hyukjae-nya. Bertanya dengan nada suara yang bergetar. Mungkinkah Siwon menangis? Tak ada jawaban dari Hyukjae. Tak ingin mengganggu, Donghae mundur untuk beranjak pergi keluar. Berhasil keluar dari ruangan penuh sesak itu, Donghae langsung berlari kecil ke Toilet rumah sakit. Mengunci pintu dan jatuh terduduk di lantai. Bersyukurlah karena hari sudah malam, jarang orang datang ke rumah sakit untuk menjenguk pasien lain. Menangis sejadi-jadinya masih merutuki dirinya yang –menurutnya- tidak bisa menjaga Hyukjae. Berdiri lalu membasuh wajahnya yang penuh airmata dengan air di wastafel. Memandangi wajah berantakannya dari cermin yang ada di hadapannya. Mata yang sembab karena menangis. Bibir yang pucat karena kedingingan. Rambut berantakan. Hidung yang merah karena menangis ditambah kedinginan.
"Ya! Lee Donghae! Masih belum puas menyiksa dirimu sendiri? Eum? Belum puaskah kau? Mau sampai kapan kau seperti ini? Apa Selamanya? Eoh? Sampai kau mati membusuk karena rasa sesak itu? Kenapa tidak bisa membiarkannya begitu saja? Apa begitu suka hidup dengan rasa sakit seperti ini? Aku ingin berhenti. Aku ingin membuang cinta ini. Katakan padaku apa yang harus aku lakukan sekarang? KATAKAN PADAKU SEKARANG!"
Bruaakk...
Meninju cermin di hadapannya. Tak peduli darah yang mengalir di kepalan tangannya. Tak peduli rasa sakit yang menguar di jari-jari tangannya. Hanya bisa menunduk dan terus menangis.
Setelah merasa sedikit tenang dan baru menyadari kalau waktu terus berjalan, Donghae keluar dari toilet setelah sebelumnya membasuh wajahnya dan tangan kanannya yang terluka. Tak menghiraukan dengan cermin wastafel yang sudah hancur tak sehancur hatinya saat ini. Berjalan kembali ke ruang UGD dengan langkah terburu-buru ingin melihat keadaan Hyukjae setelah sadar. Tiba-tiba berhenti saat melihat Hyukjae sedang berjalan keluar rumah sakit dengan Siwon yang menuntunnya dengan hati-hati. Sebuah senyuman terlihat di wajah Donghae saat melihat Hyukjae sudah bisa pulang malam ini juga. Berjalan perlahan dibelakang Hyukjae dan Siwon yang sedang berjalan sambil sedikit berbincang ringan.
Deg
Deg
Deg
Sakit...
Appo...
Hurt...
Sakit itu kembali datang saat Hyukjae mengucapkan kata terimakasih kepada Siwon karena –menurut Hyukjae- telah membawanya ke rumahsakit. Sakit. Sesak. Semua bercampur menjadi satu saat itu juga. Seakan ada jutaan duri yang mengorek luka dalamnya. Harus bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan? Berlari menghampiri Hyukjae dan memberitahukannya kalau ia yang menggendong Hyukjae sampai ke rumahsakit tanpa menggunakan sehelai mantel apapun, haruskah dia melakukannya? Haruskah?
Bukan. Bukan dia Hyuk. Bukan sosok itu yang membawamu ke rumah sakit. Apa kau tak menyadarinya. Apa kau tak dapat merasakan hangat punggungnya ditengah-tengah dinginnya malam? Tolonglah sadar. Tolong berpalinglah ke belakangmu Hyuk. Tolong lihatlah dia. Namja bodoh yang berdiri dibelakangmu dan menatapmu dengan sendu. Tolong lihatlah dia yang kedinginan itu Hyuk. Tolong berpalinglah. Menengoklah.
Masih berada disini.
Masih berharap disini.
Mencintaimu yang mengacuhkanku.
Menyayangimu yang mengabaikanku.
Masih berdiri mematung di depan pintu rumahsakit saat melihat Hyukjae dan Siwon memasuki mobil mewah yang sudah pasti milik Siwon. Bahkan Hyukjae tak menyadari sama sekali kehadiran Donghae disana. Mengepalkan tangannya kesal. Ingin marah. Tapi bagaimana caranya marah? Pada siapa ia akan marah? Ingin berteriak. Tapi berteriak pada siapa? Bagaimana ingin berteriak kalau bibirnya yang pucat itu sangat kaku sekarang. Apa memang Donghae sesemu itu sampai Hyukjae tak melihatnya? Harus berapa kali Donghae menangisinya? Menangisi sosok yang sama sekali tak pernah melihatnya. Ck, tuhan memang kejam.
Donghae masih tetap berdiri mematung di depan pintu rumahsakit. Masih dengan tubuh yang gemetar, tangan yang mengepal dan bibir yang semakin memucat. Berjalan dengan gontai menerobos dinginnya malam. Terus berjalan meninggalkan rumahsakit dengan pandangan kosong. Tak heran, banyak orang yang memandangi Donghae dengan pandangan yang seolah berbicara -apa-namja-ini-gila-. Wajar jika orang-orang melihatnya dengan pandangan seperti itu, karena hanya Donghae yang berjalan di hampir tengah malam begini TANPA memakai mantel satupun dan jangan lupakan temperatur suhu yang sudah dibawah 0 ini. Ingat, HANYA DONGHAE!
Langkah kakinya terhenti saat Donghae baru menyadari kalau ia harus kembali bekerja sampai tengah malam nanti. Lalu mulai berjalan lebih cepat –masih dengan tubuh yang gemetar- karena khawatir ia akan ditegur oleh atasannya karena pergi terlalu lama.
Sesampainya di depan cafe, Donghae berjalan masuk ke dalam cafe. Tubuhnya masih bergetar, sangat bergetar bahkan. Setengah jam berjalan dengan gontai di tengah dinginnya malam. Dan jangan lupakan, kejadian Donghae berlari menggendong Hyukjae sampai rumahsakit. Bukannya membantu Donghae duduk, atasannya langsung menyemprotnya dengan gerutuan-gerutuan kesal karena pergi terlalu lama meninggalkan cafe yang saat itu sedang ramai pengunjung. Donghae hanya bisa menunduk memandangi sepatu usangnya, toh perkataan atasannya memang benar.
Tiba-tiba Donghae merasakan sekelilingnya berputar. Detak jantungnya melemah. Semua anggota badannya kaku, sulit digerakan. Napasnya melambat. Pandangannya pada sepatu usangnya pun mulai mengabur. Suara atasannya terdengar samar-samar. Sakit. Sesak. Dingin. Ingin mengeluarkan suaranya, tapi tak bisa. Ingin berlari, tapi tak mampu bergerak sekalipun. Tubuhnya seperti mati rasa. Sekelebat bayangan kedua orangtuanya datang.
Bruukk...
Donghae jatuh terhempas ke lantai dengan tubuh yang menggigil kedinginan. Tubuhnya melengkung seperti janin dalam kandungan. Pengunjung cafe, pegawai cafe yang lain serta atasan Donghae sontak berteriak dan bergegas mengelilingi Donghae. Langsung membawa Donghae ke rumahsakit yang baru saja dikunjunginya beberapa menit yang lalu.
Setidaknya biarkan aku beristirahat dari semua kepahitan di hidupku.
Setidaknya biarkan aku melihat kedua orangtuaku walaupun tak lama dan melimpahkan semua keluh kesahku.
Setidaknya biarkan aku bisa menikmati sebentar saja nyamannya berbaring di atas kasur yang empuk.
Setidaknya biarkan aku melupakan rasa cintaku pada Hyukjae.
Setidaknya biarkan aku menghempaskan semua rasa sesak dan sakitku yang selama ini sudah menggerogoti kebahagianku.
Setidaknya biarkan aku merasakan menghirup udara tanpa beban.
-End Flashback-
A/N :
Gimana? Ada yang mual? Atau malah nangis? Kkkkkk~~
Yang mau review silahkan, yang engga juga gapapa. :)
Oke, sekian dulu. Wassalam.
