haloo~~~ aku author baru di ffn. sebenernya dah lama aku jadi author, tapi baru kali ini aku publish ffku pertama yang aku publish yaitu FTI. do you know FTISLAND? hahaha itu lohh band kece dari negeri gingseng tapi terkenal juga di Jepang. oke dehhh gak banyak omong lagi.
HAPPY READING~~~
Menguap dengan mulut terbuka lebar seraya menggeliat malas, merentangkan tubuhnya diatas kasur dengan keadaan terduduk.
Mata hitam kelamnya masih setengah terbuka, sebetulnya ia masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya yang nyaman, namun aktifitas diluar sana sudah antri untuk menunggunya. Hah~ jika sudah seperti ini, ia ingin segera meloncat ke akhir pekan agar ia bisa bersantai dan melakukan hal yang ia suka. Mengacak rambut hitam legamnya, Jonghun akhirnya memaksakan diri untuk beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi yang memang berada didalam kamarnya.
Selesai membersihkan dirinya, pria yang memiliki wajah tampan ini keluar dari kamarnya. Berniat berjalan kearah dapur untuk makan, atau ia malah berharap ada makanan sisa dikulkas karena Jonghun sangat malas jika harus memasak pagi-pagi seperti ini –terlebih lagi ia sudah rapi dengan setelan kemejanya. Ia tidak mau nanti presentasinya dikantor hancur karena penampilan buruknya. Hah~ okey, yang tadi tidak masuk akal -_-
"YAA!"
Mata Jonghun terbelalak lebar tatkala ia menemui seseorang yang sangat ia kenal berada didapurnya. Bukan karena ia menghancurkan dapurnya –justru kebalikannya. Dengan apron merah muda bermotif bunga, dan berbagai makanan yang sudah tersaji dimeja makan cukup diketahui bahwa orang itu baru saja selesai memasak dan tentu saja dengan menggunakan dapur apartementnya.
"Oh? Kamu sudah bangun?"
Jonghun tidak memperdulikan pertanyaan pria yang sedang memandangnya itu. Jonghun malah mendudukkan dirinya dikursi. Menatap semua makanan yang sudah tersaji. Dilihat-lihat cukup menggugah selera –pikir Jonghun.
"Kau seharusnya mengucapkan 'selamat pagi' terlebih dahulu."
"Eh? Hehehe aku lupa. Aku terlalu terkejut melihatmu sudah bangun dan berada di dapur."
Hei! Seharusnya Jonghun yang harusnya berkata seperti itu, bukankah ini apartementnya? Sepertinya iya. Karena tadi malam Jonghun tidak mabuk sehingga tidak salah masuk ke apartement orang lain.
"Dasar aneh."
"Ya! Kau mengataiku, hah?! Cepat makan ini semua. Aku sudah capek memasaknya."
Pria cantik itu berkacak pinggang sambil memarahi Jonghun. Sedangkan yang sedang dimarahi tidak menggubrisnya sama sekali. Sibuk memilih makanan yang akan ia makan untuk pertama kali.
Tapi niatnya terhenti sesaat setelah Jonghun ingat ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada orang yang sedang duduk dihadapannya itu.
"Hongki-ah."
Hongki –pria cantik itu - mendongak menatap Jonghun dengan senyum manisnya. "Ne?"
"Sejak kapan kau berada disini?"
"Hmm… tadi malam aku kesini. Karena kau sudah tidur jadi aku masuk saja dan tidur di sofa."
Oh lihatlah senyum tanpa dosanya itu, membuat Jonghun ingin memukul orang itu yang seenak saja masuk ke apartementnya seperti apartementnya sendiri. Kenapa juga Jonghun harus memberi nomor sandi apartementnya. Bodoh! Bukankah nomor sandi antara mereka sama. Pantaslah Hongki tahu tanpa Jonghun memberi tahunya.
"…dan kau memasak ini semua?"
Hongki mengangguk dan kemudian ia meneruskan dengan bicara.
"Anggap ini bayaran untuk sewa tidurku semalam disini."
Jonghun hanya menghela nafas, sudah biasa sebenarnya ia menghadapi sifat absurd Hongki bahkan sudah menjadi hal wajar mengingat mereka sudah kenal lima belas tahun lebih.
Hongki berdiri, mengambilkan sebuah mangkuk untuk diisi sup yang masih mengepul panas dari panci.
"Ini makanlah. Hari ini kau ada presentasi kan dikantor? Fighting!"
"Mendengar kau menyemangatiku, seperti menjatuhkanku =,="
"Oh… ayolah Jonghunniee~ aku sungguh-sungguh mengatakan itu."
Melihat Hongki yang ber-aegyo, membuat Jonghun berkurang napsu makannya.
"Hentikan itu, bodoh!"
"Jonghunnie~ kau tidak percaya padaku?"
"Ugh! Kalau kau seperti ini, kau jadi seperti isteriku saja."
"Aku memang istrimu!"
Jonghun melebarkan kedua matanya mendengar pernyataan polos yang keluar dari mulut Hongki. Heii dia sedang gila atau apa? Ah entahlah. Jonghun malas memikirkan tingkah tidak wajar dari orang itu.
Dari pada berdebat dengan seseorang yang tidak nyambung sama sekali, lebih baik Jonghun makan masakan dari Hongki –yang sebenarnya ia ragu untuk memakannya. Semoga toilet di kantor nanti tidak ramai di datangi orang =,="
"OHOK! –YAA!"
Hongki memandang panik kearah Jonghun yang sedang terbatuk-batuk setelah memakan supnya, rasanya sungguh mengerikan. Segera saja Hongki menyodorkan segelas air putih untuk Jonghun.
Setelah hampir menghabiskan minumannya, Jonghun member Hongki pandangan mematikan. Membuatnya sedikit takut karena seakan-akan Jonghun akan benar-benar membunuhnya.
"Kau mau membunuhku, hah?! Kau masak sebelumnya dicicipi atau tidak sih?!"
Hongki menggaruk-nggaruk rambutnya dan tersenyum kikuk.
"Hehehe… tidak. –Ya!"
Hongki segera menundukkan dirinya untuk menghindari amukan Jonghun yang melemparkan sumpit kearahnya. Fiuhh~ untung ia dengan sigap menghindar, kalau tidak, mungkin matanya terkena sumpit itu.
"Kau gila ya? Kalau sumpit mengenai mata indahku bagaimana? Hah~ mungkin daya tarikku berkurang."
Jonghun meremas lap makan dengan begitu erat melihat Hongki yang masih dengan wajah tak berdosanya mengatakan hal laknat tadi. Pagi yang sungguh melatih ketegangan otot seorang Choi Jonghun.
"mamasak untukku, menggunakan apron bermotif bunga dan tidur di apartementku, kau pasti ada masalah. Benar kan?"
Seakan-akan mendapat lotre, Hongki berteriak dan melompat-lompat dengan girangnya.
"Waahh… daebak! Kau tahu semuanya. Selamat Choi Jonghun."
Bodoh? Atau idiot? Kenapa seseorang yang sedang menghadapi masalah bisa sesenang itu? Bila dipikir, dulu ibunya ngidam apa sampai-sampai keluar makhluk aneh semacam dia.
"Dimana-mana orang yang sedang mendapatkan masalah itu sedih bukannya senang."
"Oh.. iya! Baiklah. Aku akan memasang wajah sedih."
Detik itu pula, wajah Hongki berubah murung dari sebelumnya.
"Cepat kau ceritakan!"
"Huwee~ Jonghun… apa yang harus aku lakukan?"
Jonghun kaget saat Hongki dengan begitu tiba-tiba menerjangnya untuk memeluknya.
"Wae?"
Hongki melepaskan peluknnya. Memandang Jonghun dengan bibir yang dipoutkan. Seperti biasa.
"Biar kutebak, kau diputuskan pacarmu untuk kesekian kalinya?"
Hongki mengangguk.
"Hahh~ bukankah itu sudah biasa kalau wanita gila itu selalu memutuskanmu? Nanti juga kalian akan balik lagi."
"Tapi ini berbeda! Jonghun-ah! Dan… hei! Kau jangan mengatai dia wanita gila! Dasar gila! Jonghun-ah, jebal~"
Sekali lagi Hongki ber-aegyo, membuat Jonghun jengah atas tingkah kekanak-kanakkan sahabat sejak kecilnya itu.
"Mwo?"
"Kau ini bagaimana sih?! Ya jelaskan kalau aku tidak main perempuan lain dibelakangnya."
"Bohong! Aku kemarin melihatmu dengan seorang gadis di café. Apa itu, hah?!"
"Dimana? Dimana? Aku tidak ingat!"
Dengan gemas, Jonghun mendorong kepala Hongki kuat-kuat sampai ia hampir terjungkal dari kursi.
"Oh.. ayolah~ aku janji, nanti imbalannya aku akan memasakanmu setiap pagi."
"ANDWAE! Kau mau aku cepat tutup usia?"
"Iya –eh.. maksudku tidak. Hehehe…"
"Jika kau terus-terusan seperti ini, aku jadi takut padamu."
"Wae?"
"Lama-lama nanti kau jadi istriku yang sesungguhnya."
"Buahahaha…. Tak apa. Kalau bisa nanti kita buat anak yang sangaaat banyak dan menjadi keluarga ajaib didunia."
Jonghun memutarkan bola matanya. Lihat?! Bukankah dia sangat gila? Mana bisa sesama lelaki bisa melahirkan anak.
"Ayolah Jonghun! Jebal~ lagian selain itu juga ada alasan lain."
"Apa? Kau berhutang padanya karena saat makan kau lupa bawa dompet?"
"Ani."
"Lalu?"
"Wahh… kau tahu tidak? Film dewasa terbaru yang kemarin Seunghyun berikan pada kita?"
"Iya. Aku masih ingat. Wae? Errr… cukup bagus kan? Dia memang hebat dalam memilih hal seperti itu ."
"Bukan bagus lagi, tapi Amazing! ^^"
Hongki berucap dengan ekspresi senangnya
"Ya! Lalu hubungannya dengan masalahmu itu apa?"
"Nah itu! Aku… aish! Sungguh memalukan."
"Apa?!"
Jonghun ikut frustasi karena Hongki tidak segera menceritakannya.
Hongki melepaskan apronnya, berjalan mendekati Jonghun, membuat Jonghun semakin penasaran saja.
Hongki mendekatkan bibirnya pada telinga Jonghun, berniat membisikkan sesuatu. Tapi tiba-tiba saja Jonghun menjauh dari Hongki.
"Wae?" Tanya Hongki penasaran.
Jonghun semakin memperjauh jaraknya dengan Hongki dengan mendorong tubuhnya.
"Kau belum sikat gigi? Mulutmu bau naga yang belum buang air besar tiga hari."
"Ahh… Sialan! Kau tega sekali mengataiku seperti itu. Aku tadi tidak sempat gosok gigi karena tergesa-gesa membuatkanmu sarapan."
"Siapa suruh? Ya! Jadi apa masalah lainnya?"
Hongki mengembuskan nafasnya.
"Aku menyuruhnya melakukan adegan yang ada di film itu denganku."
Seketika itu, Jonghun langsung menyemburkan the yang tadi ia minum.
"Aish… kau membuat lantainya kotor Jonghun-ah!"
"Ya! Pikiran macam apa itu hah? Tentu saja orang seperti dia akan marah jika kau memintanya untuk itu."
"Tapi aku memintanya saat nanti kami sudah menikah, aku hanya berkata saja, bukan melakukannya sekarang."
"Ya! Kenapa kau jadi mesum seperti ini, huh?"
"Itu kan karenamu."
"Ya! Kenapa kau jadi menuduhku?"
Jonghun beranjak, mengambil mantel abu-abunya yang tersampir dan memasukkan laptopnya kedalam tas kantor, tidak memandang Hongki meski mereka sedang berbicara.
"Iya ini semua karena kau. Berapa kali bibirku terkena ciumanmu saat mabuk hah?"
"Bukankah itu sudah biasa?"
"Aishh… menjijikan! Kebiasaan aneh saat mabuk dan imbasnya adalah aku."
Jonghun mendekat kearah Hongki dengan memamerkan seringainya.
"Baiklah, lain kali kalau aku mabuk, aku akan memperkosamu."
Hongki tersentak, memberi deathglare pada Jonghun yang sedang terbahak dengan hasil ulah usilnya. Terkadang Hongki juga takut pada Jonghun, mengingat ia sering menyebut Hongki 'wanitanya' meski semua tahu bahwa mereka sudah memiliki kekasih masing-masing dan tentu saja itu adalah wanita! Ya… anggap saja hiburan tersendiri.
"Jika itu terjadi, sudah kupastikan pagi harinya kepamu terpisah dari tubuhmu."
"Hahaha takut~"
Ucap Jonghun sambil berpura-pura ketakutan.
"Sudah sana pergi."
"Kau tidak berangkat kerja?"
"Kantor ayahku sedang direnovasi. Jadi malas kesana."
"Alasan yang cukup masuk akal. Bailkah aku pergi. Tunggu aku dirumah isttriku yang tampan~"
"DIAM KAUU"
BLAAM
Jonghun segera mkeluar dan menutup pintunya sebelum sandal yang Hongki lemparkan mengenai kepalanya.
RNR?
