Eyeshield 21© Yusuke Murata & Inagaki Riichiro
Winter and Spring© Me
For Eyeshield 21 Award September: Season
WARNING: Gaje, abal, norak, sok romance, maksain humor, bahasa gaul nyelip, tema dimasuk-masukin, typo nggak jamin, paragraf berantakan, super OOC, dan segalanya yang nista.
Don't Like? Don't Read!
.
.
Kalau aku jadi bunga, kau jadi apa?
Aku jadi lebahnya.
Kalau aku jadi laut, kau jadi apa?
Aku jadi pasirnya.
Kalau aku jadi gula, kau jadi apa?
Aku jadi semutnya.
Lalu, kalau aku jadi musim dingin, kau jadi apa?
.
.
Pertanyaan romantis yang menyita rasa gombal, bukan? Dan itu umumnya ditanya-jawabkan saat sepasang joli sedang berduaan, saat dunia merasa milik berdua saja. Membanding-bandingkan hal-hal yang ditakdirkan hukum alam selalu bersama, tak bisa hidup tanpanya, sumber kehidupan, dan sebagainya. Tapi, tidakkah mengherankan bila pertanyaan-pertanyaan yang marganya semacam itu diucapkan langsung, sendiri, oleh bibir dingin milik seorang Shin Seijurou?
"Jawab aku, kalau aku adalah musim dingin. Kau akan jadi apa?"
"Hah?" gadis yang berhadapan langsung oleh orang yang mengatakan itu tak lain tak bukan Shin Seijurou hanya bisa tercengang mencerna pertanyaan yang membuatnya syok. Lebih syok daripada Takami dan Otawara lipsync keong racun.
.
.
Two Days Before
"...Uwaaah," Wakana mengalihkan pandangannya pada langit kelabu yang menjatuhkan kristal es putih. "Salju turun lagi..!"
"Haha, ternyata bukan hanya dikomik saja perempuan suka heboh sendiri kalau lihat salju, ya," ujar Sakuraba yang duduk di bench tepat di samping sang manajer. "Dan tidak hanya dikomik saja kesadisan seorang pelatih terhadap tim-nya yang tetap harus berlatih meski sudah libur musim dingin..."
"Haha…," Wakana tertawa kecil melihat kejenuhan receiver jangkung satu ini.
"Kau suka salju, ya?" tanya Sakuraba.
"Hmm, iya. Aku suka sekali salju, dan musim dingin. Meski tanganku membeku, hati rasanya hangat kalau ada di musim ini," jawabnya dengan senyum lebar.
"Besok tempat ini pasti ada banyak tumpukan salju," kata Shin, nimbrung pembicaraan. Sayangnya nggak nyambung total.
"Aaah, iya pasti disuruh membersihkannya sama pelatih," desah Sakuraba. Uap-uap nafasnya ditampakan oleh hawa beku musim dingin.
"Bukankah itu baik? Dengan bergerak lebih banyak rasa dingin akan berkurang," ujar Shin, ngotot.
"Tapi di musim dingin seperti ini biasanya orang malas bergerak dan lebih banyak menghabiskan waktu berkulat di kotatsu," balas Sakuraba. Tak lama kemudian sang pelatih Shogun memanggilnya. Ia pun segera ke tempatnya. Meninggalkan Shin dan Wakana hanya berdua di pinggir lapangan.
Terjadi keheningan sejenak.
"…Kau suka salju?" tanya Shin, memecah kesepian. Sayang, nyambungnya telat.
"He-eh," Wakana mengangguk, "Mereka lucu, ya?"
'LUCU?' Shin mengerutkan dahinya penuh rasa heran. Apa lucunya benda-benda putih yang dijilat sedikit juga mencair ini?
"Ah, kau pasti berpikir aneh ya, Shin?" gumam Wakana, "Hal yang membuatku berpikir mereka lucu, soalnya mereka putih, dingin, dan mengagumkan. Kalau turun bersama-sama dan menumpuk. Mereka bisa dibuat menjadi orang salju!"
"Begitu menurutmu?" kata Shin, "Menurutku mereka berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfer Bumi, kumpulan uap air mendingin sampai pada titik kondensasi, kemudian menggumpal membentuk awan. Pada saat awal pembentukan awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut mengapung di udara – persis seperti kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air pun jatuh ke Bumi…"
Ya, kita tinggalkan saja Shin dengan teori salju versi geografinya. Wakana menatapnya kagum, keagungan otak Shin yang tidak hanya jenius di lapangan, di bidang pelajaran ia juga tak kalah ketinggalan—terkecuali di bidang elektronik.
"Hehe, begitu ya..." Wakana kembali tertawa kecil, "Menurutmu, kalau salju mencair ia akan jadi apa?"
'Anak ini mempermainkanku, ya?' batin Shin."Sudah pasti jadi air, kan?"
"Salah!"
Shin tercengang.
"Jadi musim semi!" Wakana tertawa lembut.
Shin menatapnya lekat-lekat kembali penuh rasa heran. Ia hanya mengangguk apa adanya. Pemikiran yang jauh berbeda dua otak antara keduanya berhasil dimaklumi sang Line Backer.
A/N: Cuma mau ngasih tau kalo scene 'saljumencairjadiapa' itu saya nyolong dari manga Fruits Basket© Natsuki Takaya. Itu lhoo…yang bagian Hatori ama Kana . (yang ujungnya bikin aku nangis..Kasian Hatori..TT^TT)
Mind to review? Sebelum baca chapter berikutnya? XD *ditendang* For next Chapter~-}
