Disclaimer : I Own Nothing
Love Behind The Contract
Rating :T
Genre : Romance / Friendship
Warning : Grimmjow and Ulquiorra Languages, Aizen OOCs
Chapter 1
Thanks for My beta : October Lynx
" Zaman dahulu kala ada seorang putri yang sangat cantik. Dua Pangeran bersaudara telah jatuh cinta pada putri itu. Sang putri tidak bisa memilih salah satu di antara mereka karena putri cantik itu tidak ingin menghancurkan ikatan persaudaraan mereka. Akhirnya Sang putri mengadakan suatu sayembara dengan syarat Sang pangeran harus menerima keputusan akhir dengan lapang dada jika salah satu diantara mereka berhasil mendapatkan cinta Sang Putri. Kedua pangeran itu menyetujui persyaratan itu," cerita seorang pemuda.
Seorang gadis kecil yang akan tertidur itu mendengarkan cerita dongeng yang dibacakan oleh kakaknya. Setiap kata demi kata dari buku cerita dongeng sebelum tidur diceritakan dengan penuh penghayatan oleh pemuda itu. Sang adik mendengarkan dengan serius.
"Sang Putri menerima cinta salah satu di antara mereka, pangeran itu sangat senang mendengarnya sementara saudaranya harus merelakan cintanya dan menerima kebahagiaan mereka berdua dengan lapang dada. Tamat." Pemuda itu mengakhiri ceritanya.
"Ne, Onii-chan, apakah suatu hari orihime akan seperti putri itu?" tanya gadis kecil itu dengan polos.
Pemuda itu tersenyum kecil melihat sang adik kecilnya bertanya seperti itu dan menjawab, "Tentu saja, Orihime. Suatu hari Orihime akan menemukan pangeran itu."
"Saatnya kau tidur, Orihime. Kamu sudah berjanji akan tidur kalau aku membacakan cerita dongeng ini," perintah Kakak gadis cilik itu sambil membenarkan selimut adiknya.
Gadis cilik itu sudah mulai mengantuk dan tertidur. "Selamat tidur, Sora nii-chan," gumam Orihime sebelum tidur.
Pemuda itu mengecup kening adik perempuannya dengan lembut dan beranjak meninggalkan kamar adiknya.
"Selamat tidur, Orihime. Mimpi yang indah" balas pemuda itu sambil mematikan lampu kamar Orihime dan menutup pintu kamarnya supaya adiknya tertidur lelap.
Orihime yang kecil tertidur lelap dengan memeluk erat buku dongeng itu sambil tersenyum-senyum .
Tapi kemudian mimpi buruk mulai menghantuinya.
Kakak laki-laki yang paling disayanginya telah meninggalkannya untuk selamanya. Tidak ada lagi yang akan membacakan cerita sebelum tidur untuknya. Tidak ada lagi yang menemaninya jika dia ketakutan. Tidak ada lagi yang akan tersenyum hangat setiap hari.
Orihime hanya melihat tubuh Kakaknya yang kaku dan pucat. Orihime rasanya ingin menangis sekeras mungkin tapi dia mengurung niatnya. Ditangannya terdapat dua pasang hairpin pemberian kakaknya sehari sebelum dia meninggal, dank arena ia tidak ingin menangis, Orihime pun melampiaskan kesedihannya dengan menggenggam erat kedua hairpin itu.
11 tahun kemudian,
"Orihime!" panggil Seorang gadis berambutkan pendek agak spike.
Merasa namanya dipanggil, Orihime pun menoleh, "Tatsuki-chan"
"Boleh pulang bersama?", tanya Tatsuki dengan nada menawarkan, Orihime terdiam sebentar, lalu ia tersenyum sambil mengangguk setuju.
"Sora nii-chan, Orihime telah menjadi murid Karakura High School. Orihime punya banyak teman dan mereka selalu membuat Orihime tersenyum. Sora nii-chan tidak usah khawatir di sana. Orihime tidak sendirian lagi," Orihime berbisik pada kakaknya di Surga dalam hati.
Ketika akhirnya mereka sampai diperbatasan yang memisahkan arah tempat tinggal keduanya, Tatsuki dan Orihime pun segera berbelok menuju arah rumah masing-masing,
"Bye. Sampai ketemu lagi!" ujar Tatsuki sebelum ia melanjutkan perjalannya menuju rumahnya,
"Sampai besok, Tatsuki-chan!", Orihime menyahut sambil melambaikan tangannya pada sosok Tatsuki yang sudah lebih dahulu meninggalkannya. Sepeninggal Tatsuki, Orihime pun meneruskan perjalanan menuju rumahnya seorang diri.
Hanya saja, ketika gadis itu tiba didepan gerbang apartemennya, ia melihat ada dua pria misterius dengan mengenakan setelan jas hitam dan berkacamata hitam berdiri dipintu pagar apartemen kecil Orihime.
"Inoue Orihime?", Tanya salah satu diantara mereka.
"Benar, namaku Inoue Orihime. Kalian siapa?", Orihime menjawab sambil berusaha menguatkan hati, mencoba sebisanya menutupi perasaan takutnya akan kehadiran dua pria misterius yang ternyata juga mengenal namanya itu.
"Tuan Aizen sudah menunggu anda. Tolong ikut dengan kami," kata pria misterius itu sambil menarik paksa tangan Orihime. Tentu saja Orihime tidak diam dan membiarkan dirinya ditarik begitu saja, memangnya dia sebodoh apa, sampai mau saja ditarik paksa oleh dua pria misterius yang bahkan belum menyebutkan nama mereka.
"Aizen? Siapa? Aku sama sekali tidak mengenalnya!", ia berseru sambil memberontak, berusaha untuk melepaskan genggaman orang itu ditangannya
"kami tidak perlu bicara panjang lebar. Kami mohon, ikut kami!" Pria misterius yang satu lagi menambahi sambil membantu kawannya, hei, tidakkah ini jadi terlihat seperti penculikan?
Didorong rasa takut atas apa yang baru saja terlintas dikepalanya, Orihime melakukan perlawanan terhadap dua pria itu. Dengan berbekal sedikit ilmu karate, dia berusaha menumbangkan kedua pria itu satu persatu. Sayangnya, lawan Orihime adalah dua pria yang bertubuh besar dan kuat, pukulannya yang masih amatiran tidak membuat mereka kesakitan dan menyerah. Tapi Orihime juga tidak mau menyerah, ia tetap melakukan perlawanan, sebaik yang ia bisa. Hanya saja, gadis berseragam Karakura High School tidak menyadari bahwa salah satu dari mereka telah berada di belakangnya karena ia terlalu terfokus untuk melumpuhkan yang satunya, maka yang kemudian adalah, pria yang berada dibelakangnya membius gadis itu dengan sapu tangan yang telah dibubuhi obat bius. Tidak butuh waktu lama sampai Orihime berhenti melakukan perlawanan karena lemas, dan iapun jatuh tergeletak di jalan.
"Maafkan kami. Kami hanya menjalankan tugas," ujar salah satu di antara mereka sambil menggendong Orihime ke dalam mobil.
Mobil sedan berwarna hitam itu lalu pergi meninggalkan wilayah itu, dengan membawa seorang gadis berambut jingga yang tertidur di kursi belakang akibat pengaruh obat bius yang digunakan kepadanya pada insiden didepan pagar apartemennya tadi.
Beberapa menit kemudian,
"Ughh..." gadis itu melenguh sambil mencoba mengumpulkan kesadaran dan ingatannya.
Panik.
Seketika hanya kepanikan yang berada dibenak Orihime setelah melihat sekelilingnya adalah bagian dalam mobil dan kedua pria misterius itu berada di depan matanya.
"Kalian ingin bawa aku kemana?" tanya orihime dengan suara yang dipenuhi oleh ketakutan, karena, betapapun ia mecoba memikirkannya, ia tetap tidak bisa menemukan alasan yang baik atas peristiwa yang menimpanya ini.
Kedua pria misterius itu tidak menjawab. Orihime pun menjadi semakin takut, namun begitu pandangan matanya tertuju pada pintu mobil yang berada tepat disampingnya, iapun mendapatkan sebuah gagasan, ia bisa saja melarikan diri dari kedua orang ini dengan membuka pintu dan melompat turun, dengan tidak memikirkan resikonya dulu, setidak untuk saat ini."TURUNKAN AKU SEKARANG JUGA!", gadis itu berseru dengan suara paling keras yang dia bisa, berharap dapat mengancam kedua orang itu, dan membuka pintunya untuk kemudian lompat.
Tetapi ternyata Orihime gagal membuka pintu yang di sampingnya, sehingga iapun berpindah ke pintu sebelahnya. Namun kedua pintu itu telah terkunci rapat sehingga Orihime tidak dapat melarikan diri.
"Kita sudah tiba di Kediaman Tuan Aizen, Nona Inoue."
Orihime melihat mobil yang ditumpanginya memasuki sebuah area kediaman yang sungguh megah. Taman berukuran luas dipenuhi dengan berbagai macam tanaman bunga dan pohon yang rindang. Orihime terkagum-kagum melihat kemewahan ini untuk pertama kalinya.
Mobil berhenti di depan sebuah rumah super megah yang entah tiga atau lima kali besarnya dari apartemen Orihime.
"Nona Inoue, Tuan Aizen telah menunggumu di dalam."
Orihime memasuki rumah megah itu didampingi oleh kedua pria misterius yang tadi 'menculik'nya. Masih dalam keterkejutannya, Orihime tidak bisa membayangkan bahwa kini dirinya berada di rumah megah. Dan meskipun dengan penuh keengganan, akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti kedua pria yang membimbingnya menuju Tuan besar mereka.
Setibanya di ruangan yang dituju, Orihime melihat sosok pria dewasa dengan setelan jas terduduk di sebuah kursi yang mewah, seakan telah menanti kedatangan dirinya.
"Selamat datang di kediaman Aizen, Inoue-san" sambut pria itu.
Orihime hanya dibuat bingung bagaiamana pria itu dapat mengenal namanya. Pria itu tersenyum.
"Silakan duduk, Inoue-san" Pria itu mempersilahkan Inoue untuk duduk. Dengan jentikan jari, para pelayan tiba dengan mendorong kereta yang dipenuhi makanan dan minuman.
Para pelayan itu menyediakan secangkir teh kepada Orihime kemudian meletakkan kue yang kelihatannya lezat tapi mahal, bagi Orihime.
"Silakan menikmati semuanya, Inoue-san. Tidak perlu sungkan. Anggap saja ini rumahmu sendiri. "
Orihime semakin bingung dengan apa yang terjadi sekarang, Apakah dia sedang bermimpi? Hari ini dia seperti sang tuan putri di dunia dongeng, kalau bukan karena 'penculikan' tadi.
"Kamu sudah tumbuh dewasa, Inoue-san. Padahal waktu Sora-kunmeninggal,kamu masih berumur 6 tahun."
"Ano...Bagaimana anda bisa kenal Sora nii-chan? Dan kenapa anda membawa saya kemari? Sebenarnya apa yang...?" Orihime hendak menyuarakan semua pertanyaan yang sejak tadi memenuhi kepalanya, tapi sebelum dia sempat menyelesaikannya, dari arah belakangnya, terdengar sebuah suara,
"Kami Pulang!", dan itu adalah suara seorang pria
"Ah~ Ulquiorra, Grimmjow. Kemarilah!" panggil pria paruh baya itu.
Kedua pemuda itu pun segera menuju ke ruang tengah. Orihime yang memutuskan untuk menoleh pun terkejut melihat mereka. Pandangan matanya jatuh pada seorang pria dengan rambut biru muda dengan gaya wild yang berada di depan, sedangkan di belakangnya, terlihat sosok pria berambut lurus yang kelihatannya lebih pendiam dari pemuda yang berada didepannya. Keduanya mengenakan seragam Hueco Mundo High School, sekolah super elit.
"Ada apa, paman Aizen?" Tanya pemuda berambut biru muda itu. "Siapa wanita itu? Calon istrimu?" lanjutnya.
"Bukan." Aizen menjawab pemuda itu, "Maaf, aku lupa kalau aku belum sempat memperkenalkan diriku, Nona Inoue. Namaku adalah Aizen Sousuke dan mereka adalah keponakanku. Yang berambut biru itu adalah Grimmjow Jaggerjaques dan di sebelahnya adalah Ulquiorra Shicffer."
"Ulquiorra, Grimmjow. Akan kuperkenalkan, wanita ini bernama Inoue Orihime, tunangan kalian."
Orihime langsung terkejut mendengarkan kata' Tunangan kalian'. Sementara kedua pria itu kelihatannya sama sekali tidak terkejut.
"Tunangan? Maksud anda, saya? Mereka tunangan saya? Apa maksud anda, Aizen-san?", gadis itu segera meminta penjelasan, ia bahkan tidak peduli kalau pertanyaannya terdengar bertubi-tubi, yang terpenting baginya sekarang adalah, mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Saya bicara langsung pada intinya," Aizen menjawab datar sambil mengeluarkan selembar kertas yang dibubuhi tanda tangan diatasnya.
"Sora-kun telah berhutang padaku sebesar 100 juta yen. Uang itu digunakan untuk biaya hidup kalian."
Bagaikan petir menyambar tubuh orihime, gadis ini syok berat mengetahui bahwa kakaknya berhutang kepada pria itu sebesar 100 juta yen.
"Sebelum dia meninggal, Sora-kun berjanji akan membayarnya tapi sampai sekarang tidak ada sepeser Yen yang kembali padaku."
"Oleh karena itu, Inoue-san. Aku akan melupakan uang 100 juta Yen dengan memilih salah satu dari mereka untuk kamu jadikan suamimu. Aku akan berikan waktu satu tahun untuk memutuskan siapa yang pantas menjadi suamimu."
"JANGAN ANDA PERMAINKAN PERASAAN ORANG! AKU TIDAK MUNGKIN MENCINTAI SESEORANG KARENA KONTRAK! DARI AWAL, AKU MERASA ANEH, TERNYATA AKAN SEPERTI INI AKHIRNYA. MAAF, SAYA HARUS PULANG!" Orihime berseru dengan suara marah yang memuncak sambil beranjak pergi.
"100 juta Yen bukan jumlah yang sedikit, Inoue-san. Lagipula, aku tidak yakin kamu bisa mendapatkan uang 100 Yen dalam waktu 3 bulan."
Orihime menghentikan langkahnya.
"Aku sudah memberimu langkah mudah untuk melenyapkan utang 100 juta Yen tapi kamu malah memilih jalan tersulit. Sora-kun pasti sangat sedih mendengarnya."
"Justru Sora-kun yang membuat kontrak ini, Inoue-san," lanjutnya dengan nada sedikit menekan.
"Oni-chan yang membuat kontrak itu?!"Orihime bertanya tanpa menyembunyikan keterkejutannya yang memang sudah terlihat sejak pengumuman besar tadi.
"Sora-kun meminta padaku untuk menjadikan dirimu sebagai calon istri dari kedua keponakanku dan sebagai gantinya hutang 100 juta Yen itu akan kuanggap tidak pernah ada."
...Suasana menjadi hening di antara mereka.
Ulquirra melangkah pergi meninggalkan mereka." Ulqui, mau kemana kamu?" tanya Aizen.
"Belajar. Berhentilah memanggilku Ulqui, paman Aizen."
"Tapi urusan kita belum selesai."
"Aku tidak tertarik. Lagipula aku tidak berminat dengan wanita. Paman, berikan saja pada Grimmjow."
"Oi. Emo. Apa maksudmu? Selera wanitaku sangat berkelas. Tidak mungkin aku tertarik dengan wanita sederhana seperti dia meski, wajah dan tubuhnya boleh juga."
"Aku tidak ingin waktuku terbuang untuk mengurus dia."
Ucapan kedua pria muda itu sangat menyakitkan hati orihime, ia merasa bagai tertusuk ribuan pisau menusuknya ketika kata-kata itu tertangkap di indera pendengarannya.
"Oi. Ulqui, Grimm. Tolong jangan berkata seperti pada Inoue-san. Dia'kan calon tunangan kalian."
"Tunangan? Paman Aizen, bisakah kamu mencari wanita yang modis dan menawan daripada dia, cewek kelas bawahan!" hina Grimmjow.
Orihime tertunduk menahan kemarahannya. " Aku...Aku…"
"Ada apa Inoue-san?" tanya Aizen.
"AKU TERIMA KONTRAK INI! AKU AKAN MENGAJARKAN MEREKA BAGAIMANA MENGHORMATI PEREMPUAN!" ia berseru dengan marah, suaranya terdengar menggebu-gebu.
Mendengar hal itu, Aizen tersenyum bahagia, sementara Ulquiorra dan Grimmjow terdiam menatap Orihime.
Bersambung...
