[Daddy]
A Touken Ranbu fanfiction
Disclaimer: DMM + Nitroplus
UNLEASH YOUR IMAGINATION!
.
.
.
[Saika Side Story]
Cast:
Hanairono Akari – Akari [OC – Saniwa]
Ishikirimaru
.
.
.
Ishikirimaru baru saja melatih para tantou dan tengah duduk di tatami sembari menikmati semilir angin sore yang menerbangkan surai gelapnya. Ia tersenyum memerhatikan para tantou berlatih bersama di halaman belakang rumah. Namun senyumnya perlahan pudar saat dilihatnya Akari berjalan melewatinya dalam keadaan menangis. Tanpa pikir panjang ia berdiri dan pergi dari sana menyusul Akari ke ruangannya.
Saniwa-nya baru saja memasuki kamarnya saat ia berdiri di depan pintu ruangan yang tertutup. Ishikirimaru menghela napas pelan dan memanggil Akari dari balik pintu.
"Akari-chan, bolekah aku masuk ke kamarmu?"
Suara baritone di balik pintu mengagetkan Akari. Ia bergegas mengusap air matanya dan berlari menuju pintu kemudian menggesernya. Didapatinya Ishikirimaru berdiri di sana dan menatapnya dengan tatapan khawatir.
"Ishikirimaru-san? Ada apa?" Tanya Akari.
Ishikirimaru mengelus kepala Akari pelan, "kau habis menangis, Akari-chan?"
"Eh?" Akari yang semula tertunduk, mendongakkan kepalanya dan menatap Ishikirimaru dengan tatapan bingung. Mengapa Ishikirimaru-san bisa tahu?
Ishikirimaru tersenyum. "Bersedia berbagi cerita denganku?"
Gadis berarga Hanairono itu sempat ragu tapi akhirnya dia meng-iya-kan ajakan Ishikirimaru, kemudian mereka berjalan santai menuju pekarangan rumah. Hening. Keduanya tidak ada yang berbicara sepatah katapun. Tidak suka dengan keheningan yang mengganggu, Ishikirimaru memulai percakapan.
"Apa yang membuatmu bersedih, Akari-chan?"
Gadis yang ditanya terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya angkat bicara, "aku kangen dengan papa."
Ishikirimaru menelengkan kepalanya.
"Memangnya papamu kemana Akari-chan?"
"Papa pergi meninggalkan aku dan mama dari waktu aku masih kecil. Aku juga tidak terlalu ingat wajah papa tapi entah kenapa aku merasa aku merindukan papa."
Penuturan Akari membuat hati pria itu mencelos. Baginya Akari gadis yang selalu bersemangat namun ia tidak menyangka bahwa gadis itu serapuh ini. Prihatin dengan keadaan Akari, ia menggerakkan kedua tangannya untuk merengkuh gadis itu ke pelukannya, mencoba menenangkan Akari yang kembali menitikkan air mata.
"Tenanglah Akari-chan, kami semua di sini akan selalu ada untukmu." Ishikirimaru menjeda sebentar sebelum melanjutkan perkataannya, "kami tidak akan meninggalkanmu."
Perasaan menyesakkan dalam rongga dada Akari seakan lenyap setelah mendengar Ishikirimaru berbicara demikian. Ia merasa begitu nyaman berada dalam dekapan Ishikirimaru. Ia merasa bahwa yang sedang memeluknya ini adalah papanya.
Terpikirkan sesuatu, Akari melepaskan dirinya dari pelukan Ishikirimaru dan kemudian menatap pria di hadapannya itu.
"Ishikirimaru-san, bolekah aku memanggilmu papa?"
Ishikirimaru terkekeh melihat perubahan mendadak sang gadis sekaligus permintannya.
"Hmm—kenapa kau ingin memanggilku papa?"
"Karena Ishikirimaru-san hangat seperti seorang papa. Rasanya nyaman sekali bersama Ishikirimaru-san." Jawaban polo situ keluar dari bibir Akari. Ishikirimaru tersenyum.
"Aku rasa tidak ada salahnya Akari-chan memanggilku papa."
"Eh! Benarkah?" Mata Akari berbinar setelah mendengar jawaban Ishikirimaru.
Yang ditanya tersenyum dan mengangguk, merasa senang melihat perubahan baik pada ekspresi Akari.
Akari tidak percaya bahwa Ishikirimaru mengijinkannya memanggil papa. Ia terharu, dan memeluk Ishikirimaru erat.
Ishikirimaru tersenyum dan membalas pelukkan Akari.
"Sudah ya, jangan menangis lagi. Jangan ragu berbicara padaku jika kau punya masalah ya." Ia mengelus rambut Akari.
"Terimakasih papa. Terimakasih…"
Dan sore itu Akari merasa begitu bahagia karena akhirnya dia memiliki sosok papa yang akan selalu ada di sampingnya.
.
.
.
Fin
