"Gue suka sama lo! Dan lo harus jadi pacar gue!"
Semua itu di awali olehnya, hanya karena rasa kagum. Tapi kita tidak tahu tentang cinta bukan? Cinta bisa tumbuh tanpa sepengetahuan siapapun.
Cinta mereka–atau bisa dibilang masih bibit–tumbuh dengan penuh kegilaan. Bahkan mereka sama sekali tidak nampak bagai pasangan normal tanda kutip lainnya. So, bisa dibilang, they baka and aho, 'right?
.
SUKI
A Kirigaya Kyuu Fanfiction
Kuroko no Basuke © Tadoshi Fujimaki
Starring: Aomine Daiki, and Kagami Taiga
Cover is not mine
.
Dan semua itu tidak seperti apa yang mereka harapkan.
Yang ada di otak Aomine saat menjalin kasih: gue mau Kagami untuk terus one on one sama gue. Buatin gue kare, terus kita jalan beli sepatu baru. Ngomentarin majalah Mai-chan terbaru sambil peluk-pelukan. Dia cium gue, kita pelukan–yah hal-hal romantis lainya lah. Gue gak tau apa aja–dan melakukan anu tanda kutip. Dan, nonton BL atau AV. Ah, JAV juga boleh. Gue punya satu lemari penuh JAV Horikata Mai dan souvenir-nya. Siapa tau Kagami mau pinjem, satu juga gak apa lah. Jadwal kalau ketemuan: Makan, Basket, Anu, Makan, Basket, Anu sampai tiga atau lima ronde.
Yang ada di otak Kagami saat menjalin kasih: gue mau Aomine untuk terus one on one sama gue. Belajar bareng gue–meski akhir-akhirnya kita malah adu mulut dan berujung di dua sungai: lapangan basket atau ranjang–. Date-ing sebulan dua kali minimal. Cuddling, gue jatuh cinta sama dia–karena awalnya gue pacaran sama Aomine itu tanpa di dasari rasa apapun, entah deh kalau dia– dan kita melakukan hal-hal pasangan normal lainnya. DAN, gue tidak mau meng'anu', apa lagi kalau gue yang jadi bottom. Idih, rugi deh. Cuddling! Cuddling! And cuddling!
Beda bukan?
Kita tarik kesimpulan simpel: Aomine maunya doing ecchi's stuff with Kagami. sedangan Kagami maunya doing romantic's stuff like other normal couple with Aomine.
Beda? Banget.
Nah sekarang, mari kita bahas kenapa Aomine bisa jatuh cinta sama Kagami.
Waktu itu malam hari, dan Aomine sendiri.
Furashubakku
Di lapangan basket itu, terdapat satu hantu(?) yang berkulit sama dengan gelap malam.
Duk duk duk
Tapi hantu itu tidak bisa men-dribble bola bukan? Jadi makhluk–mari kita sebut begitu–itu sedang bermain basket sendirian. Ya, sendirian. Sialnya, hari itu adalah sabtu malam. Malam minggu sudah terlalu mainstreem untuk di sebut.
tangan gelapnya membuat gestur mirip ketapel dengan bola oranye itu yang berada di sisi kanan tangan. Tak ada kuda-kuda spesifik. Dia hanya sedikit berjinjit dan melempar bola itu.
Braakk
Hoki. Hoki doang kok. Bola itu masuk karena hoki doang.
Tiba-tiba ada bunyi ghaib dari luar lapangan. "Heee, suge-na. lo bisa main basket?" tanya orang dari luar lapangan itu sambil bertepuk tangan–kagum.
Ah, bodohnya dia bertanya 'lo bisa main basket'. Tentu saja bisa. Kau memangnya tidak lihat dia berdiri di luar garis three-point dan meng-shoot hanya dengan ber-jinjit? Apa kau butuh kaca mata dark vision untuk melihat permainan orang itu?
Si kulit remang-remang menoleh "Ya iyalah gue bisa." Dia melihat wajah Kagami–yang sebenarnya kawaii–yang nampak ingin mengajaknya bertarung. "Hmph, ayo lawan gue, ganteng" serunya. Sebenarnya sih bukan 'ganteng' yang mau dia bilang. Melainkan 'Ikkemen'. Namun karena di 'Kuroko Basketball' Volume 1–yang telah di translate kedalam bahasa indonesia oleh salah seorang alih bahasa di Gram**e*dia– pernah terdapat kata 'Ayo lawan aku, Ganteng' (seharusnya Ikkemen) jadi Author tulisnya begitu. Uhuk.
"Heh, jangan ngeremehin gue dong! Ayok!" lelaki yang ternyata rambutnya bergradasi merah-hitam itu berjalan memasuki lapangan basket geratisan.
"One-on-one. Yang bisa sampai skor 50 duluan, berarti dia yang menang. Dan kita buat taruhan. Gimana?" usul si lelaki kulit remang.
Hey tuan kulit remang. Memangnya kau tidak tau kalau bertaruh itu tidak di anjurkan dalam agama? Itu juga dosa! Dosa!
"Hm, boleh. Yang menang bisa minta permintaan. Kalau yang kalah harus sedia apapun yang di minta sang pemenang–gue–oke?" usulnya PeDe.
"Hmph, bring it on"
Si bola oranye agak kecoklatan–mungkin karena sering di gunakan, atau mungkin karena tidak pernah di bersihkan sang pemilik–itu terlempar ke atas, si kulit remang melakukan jump ball.
Persaingan sengit pun di mulai.
Dan mari kita skip bagian ini. Toh kita tahu siapa yang menang bukan? /tidak.
.
.
.
.
.
Kedudukan sekarang adalah 48-48. Seri.
Entah kenapa tidak ada yang berhasil melakukan three-point, bahkan si lelaki kulit remang juga.
Crossover, pivot, fake, shooting, lay-up, dunk, fadeaway, semuanya di lakukan dalam persaingan ini–persaingan yang terlampau sengit plus asiknya melebihi nonton NBA steaming gratisan–.
Yang satu memiliki kelebihan dalam loncat, yang satu kelebihannya pada kecepatan.
Benar-benar sengit. Apa mungkin mereka berdua adalah Ace di sekolahnya masing-masing?
"Makenna!" teriak si alis yang ternyata bercabang itu.
Di si alis cabang menghalangi kulit remang untuk memasukkan bola oranye itu. Sayang sekali nasibmu mungkin sedang buruk wahai alis cabang-san. Kalau bola ada di tangan hitam, kau tidak bisa memprediksinya lho.
"Ore no katteru no wa…" bola oranye innocent itu di crossover secepat kilat. Alis cabang berfikir kalau si kulit remang akan melakukan dunk–dikarenakan loncatannya itu–.
"Saseru ka!" alis cabang-san ikut meloncat setelah kulit remang meloncat. Loncatannya lebih tinggi dari pada si kulit remang. Dan untuk beberapa saat, kulit remang berfikir.
'Shit. Apa dia se-keren ini?' kulit remang memang sudah kagum dari awal mereka membuat perjanjian. Tapi dia tidak tahu kalau lelaki di depannya sehebat ini. Dia merasa menemukan belahan pantatnya. Eh, belahan jiwanya.
Kembali fokus ke pertandingan. 'Aku harus menang!' pikir mereka berdua egois, sampai lupa kalau bola inosen itu sedang di pertaruhkan nasibnya.
Lelaki kulit remang akhirnya teringat dengan kalimatnya yang masih tergantung. "…Ore dake da!" Meski dia sudah di halangi dengan ketinggian orang itu– yang lima centi bedanya– tapi lelaki kulit remang itu yakin dia menang.
Badannya di putar kesamping, dan dia meng lay-up.
Braaakk
Nasib buruk bagi alis cabang-san. Karena bola karet itu masuk ke dalam lobang.
.
.
.
.
.
"Shit. Jago juga lu. Makan apa emangnya?"
Eh? Emang jago sama makanan ada hubungannya ya?
"Iya dong gue jago. Lo juga–lumayan." Pujinya tak ikhlas "gue makan ati tiap hari"
Er… itu memang ati–jeroan atau curcol para jones sepertinya?
"Uh…" mata alis cabang-san mengerling "jadi apa permintaanya?"
Untuk beberapa saat si kulit remang merasa kagum dengan orang di depannya ini. Dia masih mengingat orang-orang itu–orang-orang yang menyerah saat melawannya–. Hampir 98 persen orang-orang pasti akan menyerah saat melawan si kulit remang. Tapi orang ini special.
'dia berbeda'
"Permintaan? Gue anggep ini pernyataan. Gue suka sama lo! Dan lo harus jadi pacar gue!"
Hening.
"HEEEEEEEEEEEEEE?!"
Furashubakku, endo
Dan beginilah keseharian mereka sekarang.
Setiap pulang sekolah si alis cabang-san–Kagami di jemput oleh si kulit remang–Aomine. Sehabis itu mereka one-on-one sampai langit berwarna gelap, dan one-on-one itu selalu di menagkan oleh Aomine. Habis dari sana, mereka berdua dinner–bisa di bilang begitu–di 'Majibu'. Membeli empat puluh buah cheese burger dan memakannya bersama. Caci-maki penuh rasa sayang–yang masih dalam tahap tumbuh–di lontarkan satu sama lain.
Happy love story isn't?
Namun yang namanya orang iri itu ada di dunia ini bukan?
Dari jauh terdapat sesosok kuning yang mengamati dari jauh. Jarinya mengepal, buku-buku jarinya memutih.
'Aku tidak akan memberikan Aomine-cchi pada mu! iyakan Aomine-cchi? aku padamu...'
.
.
.
.
.
Idk, but…
To be continued(?)
A/n:
HALO SEMUAAA~/tebar bunga kamboja
Aku gak tau kenapa lagi mood nulis fluff.. mungkin karena Ordin kali ya? dia buat fluff.. dan aku juga jadi pengen berdelusi :v
Aneh? iya emang aneh. :v aku kyknya ga bakat buat romens :'( /pundung di pojokan sama Aorima
Ada yang nungguin MEAO? /gaaak
okeh gapapa.
aku berterima kasih pada beberapa senpai di AOKAGALAXY INDONESIA line yang ngasih sedikit info.. :3
dah ah gak tau mau ngomong apa lagi.
Ps: Ini bakal jadi fluff with a lil conflict w
Last word: Read and Review Please?
Salam hangat selalu penuh cinta,
KiKyuu
