Naruto © Masashi Kishimoto

Warnings : OOC, GAJE, ABAL, TYPOS, EYD acak-acakan.


A/N : Fic ini ter inspirasi saat Author ngeliat Film Spongebob yang judulnya...ummm lupa, ya pokoknya gitu deh =,="

Sebenernya nih besok ada kuliah, eh...malah bikin fic, ya sudahlah, aku emang sama kayak apa yang dikatakan Deidara dalam Fic milik suzanessa yang berjudul 'Deidara Nyekripsi', ini quotesnya 'buah kalo kematengan lama-lama bakal busuk' nah gue banget :D

Jangan Lupa buat Review ya...Nyahahahaha


Petang yang cerah di sebuah Gua yang disebut markas organisasi elit Akatsuki, anggotanya yang tadinya ada 10 orang, ekhem..ralat, 7 orang, 1 ikan, 1 tumbuhan dan 1 boneka, petang ini nampak tidak lengkap, tinggal ada 5 orang, dan 1 boneka. Yang lainnya sedang menjalankan misi, ada sebagian juga yang pulang kampung kayak si Zetsu yang minta cuti pulang kampung buat berkumpul sejenak dengan saudara-saudaranya di taman bunga bogor (?)

Di sebuah ruangan yang beraroma khas uang-uang recehan, dengan dekorasi foto-foto pemilik ruangan tersebut yang berpose dalam berbagai momen, misalnya foto kecil yang terletak di meja dekat tempat tidurnya adalah foto dia yang lagi ngacungin uang recehan yang di dapat dari gosok-gosok berhadiah yang di dapat dari produk minuman serbuk, dan masih banyak lagi fotonya dengan uang-uang yang diabadikan secara paksa (?)

Terlihat dari kejauhan, seorang pria berambut pirang dengan rambut yang di kuncir yang….udahlah bertele-tele, sebut saja Deidara.

"Ada apa Kakuzu manggil Dei, un." Tanya deidara pada seorang pria yang menjabat jadi 'Bendahara' Akatsuki.

Kakuzu ngambil buku Debur nya (Tau debur kan? Itu tuh buku yang di pake ama anak-anak Ekonomi), kemudian mencari nama Deidara yang berada dalam urutan ke 66,

"Kapan lu mau bayar utang?" Kakuzu mulai berbicara layaknya orang yang lagi mengintrogasi teroris (?)

"Ntar aja deh, kembang api gue belom pada laku," Deidara mendapatkan alesan yang jitu.

Tanpa banyak ba bi bu, si Kakuzu langsung menyergap Deidara dan…..BRAk BUAGH TRAKKK TRAAAAAANGGG….Deidara di masukin ke dalam karung lalu di seret ke belakang rumah.


Kita Lihat anggota Akatsuki yang lain, terlihat Itachi yang lagi mijitin kakinya Leader yang seenaknya selonjoran.

"Suara apa'an thu Leader?" Itachi berhenti mijit karena kaget dengan suara yang mengejutkan tadi.

"Paling si Tobi lagi maenan panci" jawab Pein enteng banget ampe ketiup angin (?)

"Ah..masa sih?" Itachi mengangkat alis kirinya dengan perasaan heran plus penasaran

"Kagak usah alesan buat berenti mijitin gue dong!" Pein memberikan -death glare- nya pada Itachi

"Iya Leader." Itachi membalas dengan tatapan –Eh…gue bukan babu lu, dasar ketua bok..piiip(sensor)-


Kembali lagi ke Kakuzu dan Deidara,

"WOI…KAKUZU…KO' GUE DI MASUKIN KESINI SIH, UN" teriak Deidara dari bawah sana.

"Udah deh lu tungguin aja ampe ada orang yang ngelempar uang kesitu, ntar besok gue balik lagi buat ngambil uangnya" jelas Kakuzu sambil melihat Deidara di bawah sana.

"WHAT THE-? SAMPE BESOK?" Deidara terkejut ketika mendengar kata 'Sampai besok' dari Kakuzu

"Udahlah, gue mau ada acara ama uang-uang recehan gue" Kakuzu ngeloyor pergi meninggalkan Deidara.

Dan…tahukan apa yang terjadi dengan Deidara?

Ternyata Deidara di masukin ke dalam Sumur tua yang sudah tak ber air. Tapi…apa tujuannya ya?


Sementara di tempat lain….

"HUWAAAAA..." Tobi teriak-teriak dari pintu depan sambil berlari menuju Itachi dan Pein yang sedang pijetan.

BRAK...TRAAAAANGG...BUGGGGGHHHHH...

"Haduh..." Pein yang tadinya duduk di kursi berhasil terjatuh dengan sempurna ke lantai.

"Eh...autis...ngapain sih lu?" Itachi marah sambil ngelusin kepalanya yang benjol kejedot kursi.

"Tobi anak baik, Tobi ga autis" Tobi pundung di pojokan ruangan sambil meresapi kata-kata pedes dari Itachi.

"Napa sih lu nerima anggota kayak gitu ? ga habis pikir gue." Itachi bertanya-tanya pada Pein, tapi cuma dalam hati aja, karena takut di pecat dari Akatsuki.

"Eh...Tobi" Wibawa Pein mulai muncul kembali "Ngapain sih dateng-dateng langsung treak-treak gitu?"

"Ano...Leader, Katanya di belakang ada sumur harapan ya?" tanya Tobi antusias

Pein dan Itachi saling memandang kebingungan.

"Masa sih?" Pein kebingungan.

"Gue yang dari pagi di sini aja ga tau kalo di belakang ada sumur harapan." Itachi makin bingung.

"Ngarang Lu ah!" Pein menyapu muka Tobi dengan tangannya (?)

"Beneran Ita senpai, Leader." Tobi meyakinkan atasannya itu.

"Kata siapa?" Pein mulai banyak tanya.

"Kata Kakuzu senpai" Tobi mengacungkan jempolnya seperti gayanya guru Guy.

"Haaaaahhhh...paling ada motif bisnis dibalik semuanya." Itachi sama sekali gak tertarik sama iming-iming itu.

"Tobi mau lihat ah" Tobi langsung meninggalkan mereka berdua yang -kayaknya- ga tertarik dengan sumur harapan itu.


Di belakang markas...

Tobi mengeja bacaan yang terdapat pada papan tua,jelek, lumutan kayak yang masang papannya, tiba-tiba Kakuzu yang lagi ngitung duit langsung bangkit dari duduknya.

"Siapa tuh yang ngatain gue?" Kakuzu celingukan Nyari Author.

Okelah...balik lagi ke Tobi yang lagi mengeja bacaan di papan samping sumur tua itu. Isi papan itu adalah :

[: Lemparkan Uang Receh dan Katakan Permintaan mu :]

"Wah...ajaib nih" Batin Tobi sambil merogoh uang recehan dari saku celananya.

PLUK...PLETAK...koin recehan itu di lempar kedalam sumur.

"Tobi minta permen rasa ayam bakar yang banyak banget" Kata Tobi sambil merem.

"WOE...TOBI BEGO', MANA ADA PERMEN RASA AYAM BAKAR"

Tobi langsung merinding mendengar teriakan yang tiba-tiba muncul ntah dari mana asal muasalnya.

"Hueeeeee...Setan..."

"PAKE NGATAIN GUE SETAN LAGI, UN"

"Dei senpai kah?" Tobi celingukan nyari pemilik suara tersebut.

"GUE DI DALEM SUMUR OI, UN"

Tobi melihat sumur dan menemukan Deidara yang kondisinya udah ga karuan gara-gara dari tadi kerjaannya ketimpuk ama uang recehan yang di lempar oleh orang-orang yang percaya akan adanya sumur harapan.

"Ngapain Dei senpai disitu?"

"Kerjaannya si tua bangkotan tuh, un" Deidara kesel banget begitu membayangkan muka Kakuzu.

"Kayaknya asik tuh di situ." tanpa pikir panjang Tobi langsung nyusul Deidara.

BRUKKKKKKKK...Tobi terjatuh ke dalam sumur.

"Lu ngape ikutan sih, un?" Deidara sudah membayangkan kesialan-kesialan yang bakal bertambah karena ada Tobi.

"Tobi kan pengen temenin Dei senpai"

"Tob, lu emang baik banget ya, un" Deidara tersenyum tipis "SAKING BAIKNYA SAMPE BEGO KAYAK GINI" Teriaknya kesel.

"Bego gimana Dei senpai?."

"Ga usah ikutan masuk sumur kek', lu cukup bantu gue keluar dari sini." Deidara Hopeless

"Tobi kan juga ke jebak" Tobi masang muka sedih "Gimana mau nolongin nya? kita sama-sama di dalem kan Dei senpai, Dei senpai mikir dong" sambung Tobi yang mendadak pinter.

"ELU YANG MIKIR SARAP,UN!" Deidara udah kehabisan kesabaran

"Ko gitu sih?" Tobi makin bingung ngeliat Deidara teriak-teriak.

Deidara menghela nafas dalam dalam ampe mukanya biru (?)

"Gini loh Tobi, pan tadi kamu di atas tuh, un." Deidara mendongak ke atas sambil menunjuk ke atas "harusnya lu ga ikut masuk, un."

"Terus harusnya apa Dei senpai"

"Harusnya lu bantuin gue keluar,un." deidara udah males banget ngulang-ulang kalimatnya.

"Oh..." Tobi cuma ber oh ria "Terus sekarang harusnya gimana Dei senpai?"

"Udahlah, lupain aja, udah terlambat." Deidara menyandarkan badannya pada dinding sumur.


Sementara di luar sana...

Di sekitar sumur tua itu, Sasori celingukan nyari sumber suara yang dari tadi ribut.

sesekali ia melihat papan tua di samping sumur tua itu, sambil berpikir...-apa iya tuh? jangan-jangan tipu muslihatnya Kakuzu-

Sasori mencoba untuk melihat ke dalam sumur, dan ternyata...

"WHAT THE-?" Sasori kaget ampe jantungnya copot.

"HEI...ADA SASORI SENPAI" Tobi jingkrak-jingkrak sambil melambai ke arah Sasori.

"Ngapain lu bedua di dalem sumur?" Sasori mengerutkan dahinya pertanda heran.


Apakah Sasori akan menolong mereka?

Jawabannya ada di Chapter 2, Khukhukhu...uhukk...uhukk ::Batuk-batuk faktor usia::

R

E

V

I

E

V