Menunggu kaca retak—menyakitkan.
.
.
.
:: Fissure (of heart, of soul) ::
©mitarafortunadow
{ disclaimer: tsubasa reservoir chronicle © CLAMP }
.
.
.
Kau melihatnya tumbuh dan tumbuh dan tumbuh, dengan ngeri membayangkan hari ketika ia akan direnggut darimu dan kau kehilangan harapan untuk hidup. Kau menyaksikan dunia berubah di depan matamu, mengetahui setiap bencana yang mungkin saja terjadi karena dirimu, tanpa memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu, untuk menyelamatkan, untuk mencegah kehancuran.
Lagipula, apa hakmu? Apapun yang terjadi, Sakura akan tersakiti. Mencoba menutup matanya dari kenyataan adalah sia-sia. Jika kau ingin menyelamatkan nyawanya, mau tak mau kau harus menggores jiwanya. Jika kau ingin menjauhkan Sakura dari kematian, kau harus menghancurkan keinginan Fei Wang untuk membangkitkan jiwa yang telah ditelan keabadian.
Namun tidak mungkin semua orang bisa bahagia bahagia; seribu bijak dari seribu dunia telah berkata. Maka dengan egois, kau membisikkan keinginan, sebuah pengharapan akan kebebasan demi menjaga satu-satunya milikmu yang berharga.
Kau tidak ingin melukai yang lain, tapi benakmu hanya terpaku pada Sakura. Kau bisa menyebut seratus alasan untuk menghalangi rencana Fei Wang, tapi satu-satunya yang menuntun hatimu hanya Sakura. Kau tidak ingin menyelamatkan dunia. Hanya Sakura.
Jadi, ketika hari yang ditentukan itu tiba, ketika Sakura menatapmu dari seberang kaca, keputusasaan terpoles di setiap inci raut wajah; ketika sayap itu mengembang dan Sakura terseret menjauh dan jeritan tanpa suaranya membentuk ruang hampa di dalam hatimu—kau mati.
Kau mati meski tanganmu masih mencoba meraih tangannya. Kau mati meski debar cepat jantungmu masih bergema keras di telinga. Kau tetap mati walau, pada akhirnya, tabung yang mengurungmu selama bertahun-tahun kini begitu mudah engkau hancurkan. Kau masih mati walau kebebasan kini tergenggam lagi di antara jemarimu.
Kau mati karena kau tidak tahu lagi di mana separuh hatimu sekarang berada.
(Sakura telah menghilang.)
