A/N : Hosh... Hosh... Setelah pakai teknik godspeed typing (?) sampai nyempet-nyempetin ngetik setiap ada waktu disela-sela pertandingan basket antar kelas disekolah (yang entah mengapa tim kelasku, kok, tetep bisa terus menang sampai semifinal padahal lawannya kasar banget mainnya...), akhirnya... FIC ICHIHITSU INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK KALIAN, READERS TERCINTA~ (alay) Umm, sebenarnya ini fanfic kalau kukerjakan sebelum ulangan semester pasti nggak kukebut seperti ini... Tapi, seperti biasa biasanya, daku buntu ide dalam mikirin endingnya gimana =.= Dan tragisnya (?) ide endingnya malah muncul ketika saya dalam masa ulangan semester! Parah, nih... =.= Yosh, special untuk hari jadi pair favoritku, IchiHitsu! Walau saya sekarang jarang lihat-lihat FBI dan seringnya ke FBE atau ke fandom Inazuma Eleven, tapi rasa cinta saya pada pair ini selalu bertahan... Happy IchiHitsu Day, minna!
Warning (s) : AU, shounen-ai, dan agak OOC.
N.B : Ahaha, maaf ya udah menghilang lama dari FBI... Saya usahakan fanfic-fanfic lain cepat update~
Semuanya terjadi karena seikat bunga…
Siapa bilang cinta harus tumbuh karena dirawat seperti bunga?
= A Flower =
= Chapter 1 : The Ring =
= By : 4869fans-nikazemaru =
"Haah…"
Seorang cowok tinggi dan berwajah lumayan ganteng itu menghela nafas. Dia memakai setelan jas yang rapi. Namun, jas itu tidak begitu cocok dengan rambutnya yang mencuat-cuat tidak karuan dan berwarna orange. Tapi, yah, yang namanya orang ganteng akan tetap kelihatan ganteng, kan? (hah? Masa, sih?)
Ditangan cowok itu ada seikat bunga mawar berwarna putih yang sangat indah. Di sana juga tersemat sebuah kotak kecil berwarna merah. Isinya? Tentu sebuah cincin untuk pertunangan. Cowok yang bernama Kurosaki Ichigo itu menatap lekat cincin yang tersemat rapi di dalam kotaknya.
Dia baru saja mengalami hal yang benar-benar buruk. Bayangkan, dia sudah bersusah payah demi hari ini. Dia hampir menghabiskan tabungannya untuk membelikan cincin terbaik bagi gadis pujaannya. Semuanya demi hari ini…
Dan semuanya berakhir hari ini juga…
Dia hanya terlambat beberapa menit saja…
Seandainya bukan karena taksi yang dia tumpangi mogok ditengah jalan. Gadis pujaannya itu pastilah sekarang sudah bersandingan dengannya.
Siapa sangka bahwa teman, sahabat terbaikmu juga menyukai gadis itu?
Dan siapa juga yang menyangka bahwa gadis pujaanmu itu juga menyukai sahabatmu itu?
Langit rasanya akan runtuh saat Ichigo melihat sahabat terbaiknya itu telah mengacungkan sekotak cincin kepada gadis pujaannya. Ichigo menatap ke langit. Langit sepertinya ikut bersimpati kepadanya. Langit terlihat begitu muram dengan gumpalan hitamnya itu.
Ichigo menatap kembali ikatan bunga di tangannya. Dia melirik ke sekelompok tempat sampah umum yang sudah penuh sesak itu. Ingin dia buang seluruh kenangannya tadi yang ada di bunga tersebut. Diletakkannya seikat bunga itu. Tak lupa dia ambil kotak kecil yang ada diantara bunga.
"Selamat tinggal, Rukia…" gumam Ichigo. Dia menghela nafas. Perlahan dia berjalan menjauh. Tak lama setelah Ichigo menghilang dari pandangan, sepasang anak melewati jalan yang baru dilewati Ichigo.
"Hei, lihat! Bunganya bagus banget!"
Dua orang anak itu yang satu cewek dengan cepol dirambutnya. Rambutnya hitam dan dia dengan mata terkagum menatap seikat bunga yang tadi Ichigo buang. Dibelakang cewek itu ada seorang cowok mungil berambut putih dengan mata yang indah. Wajahnya terlihat gusar. Tapi, sepertinya itu memang ekspresinya sehari-hari.
"Hinamori, sudah mendung, nih! Ayo, cepat pulang!" gerutu cowok mungil itu. "Lagian itu bunganya sudah dibuang! Kotor, tahu!"
"Ah, Shiro-chan ini! Bunga ini bunga mahal, lho!" kata cewek yang dipanggil 'Hinamori'. Dari nadanya saat memanggil cowok tersebut, sepertinya dia adalah kakaknya. "Lagi pula sepertinya baru saja dibuang. Sayang, kan~! Kita ambil, yuk!"
Cowok yang dipanggil 'Shiro-chan' itu semakin cemberut. "Huh! Buat apa, sih? Paling beberapa hari lagi sudah mati!"
"Iih, siapa ya yang buang bunga mahal begini? Pasti orang kaya, deh…"
"Hei! Jangan cuekin aku!"
"Biarin! Biar kamu tau bagaimana rasanya orang-orang yang kamu cuekin hadiahnya di kampus!"
"Huh, suka-suka aku, kan!" balas cowok berambut putih.
"Pokoknya bunga ini aku ambil! Pasti bagus kalau dipajang didalam pot! Nenek juga pasti suka!" kata Hinamori sambil menimang bunga itu.
Cowok mungil itu menghela nafas. "Iya, iya… Terserah kamu, deh…" Kakak-adik itu pun meninggalkan tempat itu sambil membawa seikat bunga yang dibuang Ichigo itu.
Dilain tempat, Ichigo menatap langit. "Langitnya… mulai cerah…" Benar saja, langit perlahan mulai cerah. Matahari dengan semangat mulai menampakkan dirinya lagi. Pemandangan itu seakan sedang memberitahukannya sesuatu…
Ichigo POV
"Dr. Kurosaki! Maaf, ada pasien darurat!" teriak seorang suster yang tiba-tiba menyeruak masuk ke ruanganku.
"Baiklah! Aku akan kesana!" jawabku mantap.
Oh, hai, perkenalkan. Namaku Kurosaki Ichigo, seorang dokter di RS Karakura ini. Aku baru lulus beberapa bulan yang lalu. Namun, karena dari kecil aku sudah terbiasa dengan semua hal tentang kedokteran (oke, ayahku punya klinik), aku dengan cepat sudah diserahi tugas besar. Hehehe…
Sebenarnya hari ini aku sedang tidak bersemangat. Tapi, hey, nggak mungkin aku membiarkan para pasien menunggu! Mana tega aku membiarkan mereka mati atau kejang-kejang nggak karuan gara-gara dokternya nggak mood? Hello, nyawa itu nggak ada cadangannya seperti yang di game, tau!
Yah, tadi aku rencananya akan melamar gadis pujaanku. Namanya Kuchiki Rukia. Orangnya, ehm, cantik, baik, perhatian… Ah, pokoknya benar-benar tipeku. Tapi, sepertinya nasib berkata lain… Aku keduluan Renji. Sahabat terbaikku itu lebih dulu melamar Rukia…
Ah, sial! Mengapa juga tadi taksi itu harus mogok? Kampret! Kampret! Kampreet!
Haaah… Tapi, ya sudahlah… Mungkin aku memang nggak jodoh dengan Rukia… Nasi sudah menjadi bubur. Tinggal dinikmati dan renungkan aja.
"Oke, sudah… Sekarang dia bisa dibawa ke ruangannya," kataku begitu selesai dengan pasien darurat tadi. Para suster mengangguk dan melaksanakan perintahku. Aku melirik jam. Waktu jagaku sudah habis. Yah, lebih baik lekas pulang dan mengistirahatkan pikiran…
"Mau pulang, Kurosaki-kun? Eh, maksudku, Dr. Kurosaki," sapa seorang suster berambut orange yang disanggul kebelakang. Namanya Inoue Orihime, primadona para pasien cowok disini. Yah, dia memang lumayan cantik, sih… Oya, kami dulu satu angkatan di SMA.
"Ah, iya," jawabku. "Oya, kamu manggilnya biasa aja, Inoue! Nggak apa-apa, kok!"
"Uh? Ba-baiklah, Dr. Ku-eh-Kurosaki-kun!" jawab Inoue dengan muka merah.
"Sudah ya, Inoue! Kamu juga cepat pulang! Oyasumi."
"Oyasumi, Kurosaki-kun! Hati-hati ya!"
Aku mengangguk lalu menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobilku yang baru saja kuambil dari tempat servis tadi sore. Ya, salah satu alasan mengapa aku terlambat melamar Rukia…
Aku sempat mampir ke sebuah restoran untuk membeli makan malam. Setelah itu aku pulang ke apartemenku. Apartemen yang sebenarnya tidak begitu jauh dari rumahku, tapi aku ingin mencoba hidup sendiri.
Begitu sampai dirumah, aku merebahkan diri di spring bed. Hah… Capek banget! Coba kalau udah punya istri ya… Waktu capek begini, pasti ada yang mijitin. Siapin makanan… Haduuh… Seandainya tadi…
"Ah! Sudahlah, Ichigo! Nggak usah dipikirin lagi!" teriakku pada diriku sendiri.
Aku bangkit dari tempat tidur dan merogoh saku jasku. Ku ambil kotak yang berisi cincin buat Rukia itu. Enaknya diapain ya? Dibuang? Ah, sayang banget. Dijual lagi? Bagus juga. Eh, nggak… Jangan dijual… Mending kusimpan aja. Buat kenang-kenangan… Atau buat calon istriku nanti.
"Yaaah… Kalau muat, sih…" gumamku sambil membuka kotak mungil yang… kosong…?
Bumi gonjang-ganjing… Dajjal muncul dari persembunyiannya… Gunung-gunung pada meletus… Gunung Fuji berubah jadi Gunungan Panci… Adolf Hitler bangkit dari kubur dan bergabung sama Dajjal sambil ketawa ngikik… Gue berubah jadi Ultraman Bleaching dan bergabung sama ultraman lainnya untuk melawan Dajjal! (iya, gue tau ini lebay…)
Intinya, gue shock… Shock… SHOCK!
"HUWAAAAAAAAAAAAAAAAA! MANA CINCINNYA?"
Third POV
Di sebuah rumah…
"Lho?" seru seorang cewek bercepol. "Wah, cincin!"
Si cowok berambut putih, yang sedang asyik mengerjakan tugas kuliah sambil mendengarkan musik di headset, menoleh. "Ada apa?" tanyanya sambil melepaskan headset-nya.
Nama cowok mungil ini Hitsugaya Toshiro. Terkenal sebagai si jenius dan merupakan primadona seantero kampus karena keimutannya yang melebihi cewek (?). Baik anak cewek maupun cowok, semuanya berebut untuk mendapatkan perhatian cowok imut ini. Sayang, cowok ini tidak peduli dengan apa pun selain kuliah, neneknya, sang kakak, semangka, es krim, dan amanatto favoritnya. Apalagi sikapnya yang cool (atau mungkin malah jutek) membuat banyak orang berpikir ribuan kali untuk menembaknya.
Lalu sang kakak namanya Hinamori Momo. Marga mereka memang berbeda karena mereka dulu pernah terpisah. Orang tua mereka cerai. Toshiro ikut marga ayahnya dan Momo ikut marga ibunya. Ketika kedua orang tua mereka berencana menikah lagi, mereka memutuskan untuk ikut nenek dari ibu mereka. Momo orangnya ceria. Pokoknya berbeda dengan Toshiro 180 derajat. Dia punya banyak teman dan banyak juga cowok yang mengantre untuk menjadi pacarnya. Yah, nggak dapat adiknya, kakaknya juga nggak apa-apa, kan? Nggak kalah manis, sih!
"Ini, nih! Ada cincinnya! Keren banget cincinnya!" kata Momo.
Toshiro dengan tampang tidak tertarik merespon dingin. "Ooh…"
"Pasti bunga itu tadi dipakai buat lamaran, deh!" tebak Momo. "Kyaaa! Romantis banget! Duh, tapi, kenapa ada cincinnya ya? Apa mungkin ditolak?"
"Fuh, pantas bunga itu dibuang… Lebih baik kau buang saja, Hinamori! Mungkin itu bunga pembawa sial!"
"Hush! Shiro-chan, nggak boleh ngomong gitu! Lagian panggil aku 'nee-chan' gitu, kek…"
"Ah, lebih enak panggil gitu…"
"Dasaaaaaaar!" seru Momo. Momo mengamati cincin itu. "Aku coba, ah!" Momo mencoba memakai cincin itu. Tapi, tidak muat. "Yah, nggak muat…"
Toshiro meneguk jus semangkanya. "Kamu gendut, sih!"
Muka Momo merah. "Shiro-chan jahat, ih! Emang cincinnya kecil!" kata Momo. "Ah! Shiro-chan, kan, kecil! Coba pake, deh!"
"Ogah! Gue cowok, Hinamori."
"Sebentar aja!"
"Nggak mau!"
Momo langsung meloncat kearah Toshiro. Terjadi gulat sengit antara mereka. Namun, Momo menang. Dia menarik tangan kanan Toshiro dan memakaikan cincin itu di jari manis. Ternyata pas sekali!
"Wah! Pas! Cocok banget, lho!" seru Momo.
"Cocok apanya? Gue cowok!" protes Toshiro. Dia bergerak untuk mencabut cincin itu dari jari manis kanannya. Tapi, nggak bisa. "Ha-hah? Nggak bisa lepas!"
Momo berteriak girang. "Waduh, waduh… Berarti kamu emang ditakdirkan pakai cincin ini, Shiro-chan! Ehehehe…"
"Apaan, sih! Tolongin napa?"
"Coba pakai sabun, deh!"
Toshiro tanpa dikomando langsung berlari ke kamar mandi. Tak lama kemudian dia keluar dengan muka pucat. "Nggak bisa!"
"Ya udah! Pakai aja! Lumayan, lho! Kalau cincin di situ artinya udah tunangan! Lumayan, bisa ngusir beberapa fansmu yang maniak…"
"Nggak… Kurasa malah berbahaya…"
"Hah?"
Keesokan harinya, di Universitas Karakura
"HIME! APA MAKSUD CINCIN DI JARI MANISMU ITU?" teriak para cowok yang mengelilingi Toshiro.
Toshiro menepuk dahinya. 'Tuh, kan! Pasti jadi gempar! Lagian kenapa cincin bodoh ini nggak mau lepas, sih?'
"Hime! Siapa orang yang berani-beraninya melamarmu itu?"
"Tidaaaaaaak! Kita kecolongan!"
"Himekuuuuuu!"
"Noooooooo!"
Toshiro segera kabur dari kerumunan itu. Dia melirik jamnya. "Hah? Jam segini? Harus cepat-cepat!" Toshiro mempercepat larinya. Dia dijurusan hukum, jadi harus rajin kalau ingin cepat lulus. Karena terburu-buru, dia menabrak seseorang. "ADUH!" Toshiro yang mungil langsung terdorong ke belakang.
"Ah! Maaf! Kamu nggak apa-apa?" tanya orang yang ditabraknya. Orang itu mengulurkan tangannya dan membantu Toshiro berdiri.
"Te-terima kasih… Saya tidak apa-apa," jawab Toshiro sambil menerima uluran tangan itu. Dia menatap orang yang menolongnya itu. Yang terlintas dikepalanya adalah… RAMBUTNYA ORANGE! Toshiro tercengang. 'Hah? Ternyata ada juga, toh, orang yang rambutnya kayak gue? Mencolok gitu?'
Sementara orang yang dia tabrak juga tercengang. 'Pendek banget! Rambutnya putih lagi! Ini mahasiswa beneran, nih?' pikir orang yang ternyata Ichigo itu.
"A-ah, kamu nggak luka, kan?" tanya Ichigo berbasa-basi.
"O-oh, nggak apa-apa, kok!" jawab Toshiro. 'Nggak usah basa-basilah, Mas! Gue udah mau telat, nih!'
"Aku dokter alumni sini. Sini biar kuperiksa… Tadi kamu jatuhnya keras banget."
"Nggak u-"
Plek!
Ups! Tangan Ichigo tanpa sengaja 'menempel' di pantat Toshiro. Toshiro melotot. Ichigo shock.
"Ka-kau…"
"Eh, anu… Bukan…" Ichigo berkeringat dingin.
"PASAL XXX AYAT XXX TAHUN XXX TENTANG PELECEHAN SEKSUAL!" (A/N : gomen, aku nggak tau… Jadi ya di 'XXX')
'WTF? Anak jurusan hukum, toh!' teriak Ichigo dalam hati.
"HUKUMAN DENDA MAKSIMAL XXX YEN! ATAU PENJARA MINIMAL XXX TAHUN!" Toshiro mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Sekilas Ichigo melihat ada cincin yang akan diberikannya pada Rukia di jari manis Toshiro. 'Hah? Kenapa cincin yang mau kuberi ke Rukia bisa ada di anak ini? Ja-jangan-jangan!'
"Tu-" Belum sempat Ichigo menyela, tamparan keras sudah mendarat di pipinya.
PLAAAAAAAAAK!
Dengan langkah lebar Toshiro meninggalkan Ichigo. Ichigo masih bengong. Beberapa menit kemudian dia baru tersadar. "Hah! Kenapa gue malah melamun disini? Gue harus ngejar anak itu! O-Oi! Eh?" Ichigo merasa menginjak sesuatu. Ternyata itu sebuah KTP. "Ini… punya anak itu ya?" gumam Ichigo ketika melihat foto yang terpajang di KTP itu. "Kesempatan! Gue samperin aja ke rumahnya!"
Tiba-tiba HP-nya berdering. Ternyata dari dosennya dulu. "Iya, Ukitake-sensei?"
"Kurosaki-san, kamu sudah di kampus?" tanya orang diseberang sana.
"Iya, Ukitake-sensei! Sekarang sensei dimana?"
"Maaf, Kurosaki-san… Tadi tiba-tiba penyakitku kambuh."
"A-apa? Ukitake-sensei nggak apa-apa, kan?" jerit Ichigo panik. Bagaimana tidak panik? Dosennya yang satu ini memang punya penyakit bawaan. Agak bingung juga awalnya. Seorang dokter punya penyakit seperti itu? Waduh, bagaimana kalau nanti pas operasi tiba-tiba penyakit sensei satu ini kambuh? Wah, bisa runyam! Untungnya, sih, hal itu nggak pernah terjadi… Ukitake merupakan dosen favorit seantero kampus. Pelajaran darinya sangat mudah dimengerti. Berkatnya anggapan bahwa jurusan kedokteran itu menakutkan lenyap seketika.
"Ahahaha, tidak apa-apa, kok…"
Ichigo menghela nafas. "Hah… Sensei jangan memaksakan diri, dong…" Ichigo teringat kembali alasan mengapa dia dipanggil ke kampus. "Oya, bagaimana soal anak yang katanya minta bantuan skripsi?"
"Oh, itu… Kamu datang saja ke rumahnya! Nggak jauh, kok! Aku juga sudah bilang ke orangnya kalau kau akan ke rumahnya. Alamatnya di…"
"Shiro-chan! Gimana tadi kuliahnya?" tanya Momo.
Toshiro melemparkan ranselnya. "Menyebalkan! Pasti gara-gara cincin bodoh ini!"
"Memangnya kenapa?"
"Huh, sudahlah. Dasar kurang ajar tu orang… Seenaknya aja pegang 'aset' orang!"
Momo nyaris tersedak. "A-apa?" Wajahnya tiba-tiba jadi angker. "Shiro-chan! Siapa orang itu? Siapa? Biar ku jadikan perkedel dia!"
Toshiro sweatdrop. Yah, begitu-begitu Momo memang seorang brother complex. Perawakannya yang lemah lembut berubah jadi beringas ketika tahu adiknya diapa-apakan. Pernah Momo membanting seorang anak yang pernah seenak jidat nyolek-nyolek Toshiro di halte… Huff, Toshiro sampai spot jantung melihatnya. Habis, Momo nggak pernah ikutan olahraga beladiri manapun dan nilai olahraganya juga nggak begitu bagus… Lha? Siapa juga yang nggak kaget kalau begini? "Nggak tau! Katanya, sih, alumni kedokteran…"
"Oh! Ngomong-ngomong hari ini nanti ada seorang alumni yang kesini buat bantuin skripsiku! Katanya dulu skripsinya terbaik seangkatannya! Kamu jangan ganggu ya!"
"Ah, kurang kerjaan banget… Mending juga aku tidur!" Toshiro teringat sesuatu. "Oh ya! KTP-ku! Jatuh dimana ya? Tadi kucari-cari nggak ada…"
"Kamu ceroboh, sih!"
"Urusai!"
TING! TONG!
"Wah, baru juga diomongin si pembimbing itu!" kata Momo. "Bukakan, dong, Shiro-chan! Aku mau beresin ini!"
"Hah! Dasar!" omel Toshiro. Dia berjalan ke pintu depan. "Ya, ya…" Dibukanya pintu itu. Matanya nyaris copot melihat siapa orang yang bertamu itu. "Kau…"
Dilain pihak, si tamu juga kaget. "Lho?"
"MAU APA KAU KESINI, COWOK MESUM!" teriak Toshiro yang tanpa basa-basi langsung melempar benda di dekatnya, yaitu sepasang sandal jepit butut punya Momo.
"E-eh! Tunggu dulu! Aku bisa jelasin itu, kok! Sumpah! Aku nggak sengaja!"
"Shiro-chan! Nggak boleh gitu ya! Mana sopan santunmu sama tamu?" gertak Momo kesal.
"Hinamori, dia ini cowok kurang ajar itu!" lapor Toshiro.
"APA? JADI, INI COWOK YANG SUDAH KURANG AJAR SAMA KAMU ITU? NGAPAIN ELO SEKARANG DISINI? DASAR, KELAINAN JIWA! STALKER! PENGUNTIT!" Momo langsung ikut-ikutan melempar-lempar barang yang ada didekatnya ke Ichigo.
"Eits! Eits! Ahahaha, se-sebentar, aku bisa je-jelasin, kok… Ma-maaf… Vasnya bisa diturunin nggak? Ya? Diturunin dikiiiiit aja… HUWAAA! AMPUUUUUUUN! JA-JANGAN DI…!"
PRAAAAAAAAAANG!
"Waduuh, maaf ya, senpai… Saya nggak tahu, sih… Ehehehe," kata Momo sambil menepuk kepalanya. "Jadi, itu hanya kecelakaan ya? Wah, Shiro-chan, kamu harus minta maaf!"
"…maaf…" gumam Toshiro lirih dengan muka jutek. Kelihatan banget kalau minta maafnya nggak ikhlas.
"Ah, eh… Nggak apa-apa, kok…" kata Ichigo sambil memegang kepalanya yang sekarang diperban akibat dilempar Momo dengan vas bunga. "Umm, kalau nggak salah namamu…"
"Hinamori Momo!" sahut Momo dengan semangat. "Lalu ini adikku, Hitsugaya Toshiro. Walau beda marga, kami ini kakak-adik sedarah, lho, senpai!"
"Namaku Kurosaki Ichigo, panggil saja Ichigo."
"Eh? Nggak apa-apa, nih?"
"Ya, tak masalah! Kita 'kan masih seumuran!"
"Baiklah kalau begitu, Ichigo-kun!" Momo menoleh ke adiknya yang sepertinya akan tertidur. "Eh, Shiro-chan, kalau tidur dikamar! Disini mau kupakai belajar, nih!"
"Mmmmmh… iya, iya…" gerutu Toshiro.
Ichigo teringat KTP disakunya. "Eh! Tunggu, emh, Toshiro!" Toshiro menoleh ke arah Ichigo. "Nih, ini KTP-mu, kan? Tadi jatuh!"
"Heh? Jadi, elo yang ambil dari tasku?" tuduh Toshiro yang langsung mengambil kembali KTP-nya.
"Hah? Jatuh, kok! Aku yang pungut!"
"Shirou-chan, ih! Nggak boleh buruk sangka gitu!" kata Hinamori. Toshiro hanya membuang muka dan dengan jutek berjalan mengambil tasnya lalu beranjak keluar rumah. "Iih, malah ngambek. Maaf, Ichigo-kun! Shirou-chan memang begitu!"
"Oh, iya nggak apa-apa. Umm, kita mulai saja, yuk?"
"Siap!"
TO BE CONTINUE...
4869fans-nikazemaru : "Huahahaha! Saya kembali lagi!" (ditendang) "Umm, spesial untuk pair kesayanganku, IchiHitsu~ Kyaaaaaaa~ Happy IchiHitsu Day~"
Ichigo : "Yosh! Thanks udah sampai mati-matian demi diriku dan himeku yang sekarang tambah manis ini~"
4869fans-nikazemaru : "Fuuuhh... Tidak masalah... Apapun akan kulakukan untuk IchiHitsu..."
Ichigo & 4869fans-nikazemaru : "Horee! IchiHitsu Day!" (nari-nari gaje, disate para IchiHitsu haters)
Hitsugaya : "Ini... multichap?"
4869fans-nikazemaru : "Yup, karena kepanjangan. Saya kasihan sama ntar yang pakai HP. Tenang, karena aturan dalam IchiHitsu Day, updatenya akan sesegera mungkin dalam waktu IchiHitsu Day ini... Harus tamatin cepat-cepat! Yosh, ngetik lagi! Hi-chan, kau yang nutup!"
Hi-chan : (sigh) "Iya, iya... Ok, reviewnya ditunggu ya! Flame juga tidak masalah! Terimakasih sudah baca!" (tunduk)
