MEMORY

.

.

.

BYUN BAEKHYUN

PARK CHANYEOL

KIM JUNMYEON

DO KYUNGSOO

KIM JONGIN

OH SEHUN

XI LUHAN

ZHANG YIXING

( Dan akan ada beberapa support cast yang akan muncul seiring dengan berjalannya cerita.)

Cerita ini pure hasil karangan otak aku yang nggak berbobot, jika ada yang dirasa kurang masuk akal atau tidak sesuai dengan kehidupan nyata mohon di maklumi.

Warning typo bertebaran #Maafkeun mata author error udah faktor U T_T

Warning BOYXBOY / YAOI RATE M, 18+

.

.

Chanyeol berjingkat dari kursinya saat direktur perusahan tempat ia berkerja membanting laptop didepannya hingga benda persegi itu hancur berkeping-keping.

Tuan choi memijit keningnya kasar, tatapan tajamnya tak pernah lepas dari pria jangkung yang hanya diam menundukan kepala diseberangnya. Entah sudah yang keberapa kali ia membantingkan barang-barang dikantornya sebagai bentuk pelampiasan amarah karna karyawan kebanggaannya tak juga kunjung memberikan berita yang menarik untuknya.

"Aku tidak mengerti park, ini sudah lebih dari tiga bulan dari insiden yang menimpamu, dokter pun sudah menyatakan kau sembuh total, tapi kenapa kau belum juga menunjukan perkembangan."

Chanyeol terdiam saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan tuan choi padanya, ralat bukan pertanyaan tapi pernyataan, karena chanyeol yakin jika ia menjawab tuan choi akan kembali mengamuk dam membanting barang-barang di sekitarnya.

Tuan choi menatap jengah chanyeol dari sudut matanya, sebenarnya ia tidak tega selalu memarahi chanyeol seperti ini, bagaimana pun juga prestasi chanyeol pernah menjadi faktor kenaikan saham perusahaannya. Namun, terhitung sudah Sembilan berita bagus yang gagal chanyeol dapatkan dengan alasan tak masuk akal, dan itu sukses membuat para investor menarik investasi mereka. Ayolah, Perusahaan mana yang mau bergabung dengan perusahaan media cetak selalu telat dalam mengupdate berita.

Tuan choi sedikit mengendurkan dasi yang terasa sangat mencekik lehernya, "Kau tau, saham kita turun lagi, delapan persen." Chanyeol hanya diam di tempat duduknya tak berani mejawab, dirinya merasa benar-benar terpojok dengan ucapan tuan choi yang sama sekali tidak bisa ia tolak kebenarannya, karena ia sangat sadar jika kinerja nya beberapa bulan ini jauh merosot.

"Aku benar-benar kecewa park, jika kau mempunyai keluhan dengan perusahaan kau bisa jujur padaku, aku akan mendengarkanmu. Atau kau merasa gaji yang kuberikan terlalu kecil? Baiklah kau bisa katakana berapa gaji yang kau inginkan, tapi kembalilah seperti dulu, jangan seperti ini."

Chanyeol menatap tuan choi dengan sendu, ia benar-benar merasa gagal sekarang, apalagi dengan jalan fikiran tuan choi yang seolah-olah menyatakan penurunan kinerja chanyeol karena uang.

Chanyeol akui uang adalah salah satu faktor yang membuat ia berkerja perusahaan ini, tapi chanyeol bukanlah pria gila harta yang rela bergadang pergi pagi pulang pagi, melupakan waktu tidur dan istirahatnya, tidak peduli cuaca panas, hujan, ataupun badai salju sekalipun hanya untuk sebuah berita, ia melakukan semuanya karna ia mencintai pekerjaannya, karena ia ingin membuat nama perusahaannya besar, membuat direktur perusahaannya bangga akan hasil kerja kerasnya.

"Maafkan aku." Ada banyak kata yang bisa ia ucapkan, karena chanyeol sadar apapun yang ia katakan tidak akan merubah apapun, ia bahkan sudah siap jika ia dipecat sekarang, karena menurut chanyeol apa enaknya berkerja di perusahaan besar jika direkturnya saja sudah tidak menaruh simpati lagi padanya.

Tuan choi mengambil sebuah surat di laci mejanya, "Aku tau mungkin ini menyakitkan untukmu, tapi ini untuk kepentingan kita semua." Pria berusia empat puluh tahuan itu memberikan surat tadi pada chanyeol.

Chanyeol membuka suratnya santai, meskipun dentuman di dadanya berdetak tak beraturan, mungkin chanyeol bisa berkata ia siap dengan sebuah pemecatan , tapi hatinya ternyata tak sesiap itu, kenapa? karena ia begitu mencintai profesinya saat ini.

"Maksudnya apa ini?" Chanyeol menautkan keningnya bingung saat sebuah surat yang ia kira berisi kertas pemecatan malah berisikan cek atas nama choi siwon direkturnya, dengan nominal lima ratus juta won.

Tuan choi tersenyum maklum saat mendapat ekspresi bingung dari chanyeol, "Kau tau berita seorang pembunuh berantai baru-baru ini."

Chanyeol menganggukan kepalanya, ia sudah mendengar berita tersebut lebih dari dua bulan ini dan ia cukup bosan mendengarnya, lagi pula bagaimana cara kerja kepolisian hingaa menangkap satu orang saja tidak becus.

"Gosipnya, menteri keuangan korea selatan Ahn jaehyun berkoalisi dengan pemerintahan negeri tirai bambu."

"Iya aku tau, tapi apa maksudnya?" tanya chanyeol masih tak paham.

Berita mengenai koalisi menteri ahn jaehyun memang sudah hangat di bicarakan sejak satu bulan yang lalu, dan menjadi salah satu berita yang gagal chanyeol terbitkan karena ia melupakan bagian penting yang menjadi kunci penting dari berita itu.

"Aku menginginkan berita ini darimu, aku ingat malam itu kau menelfonku dan mengatakan sesuatu yang tidak aku mengerti maksudnya. Kemudian ketika aku bertanya keesokannya, kau malah berkata jika kau tidak ingat dengan apa yang terjadi."

Tuan choi meremas pundak chanyeol, "Aku berharap banyak darimu, aku tau kemampuanmu mencari berita, dan aku yakin penggalan berita yang kau lupa adalah bagian penting dari kasus ini."

Chanyeol menarik nafasnya dalam, "Bagaimana jika aku tidak dapat mengingatnya?"

Tuan choi tersenyum tipis, menarik tangannya dari bahu chanyeol dan memasukannya kedalam saku celananya, "Anggap cek itu uang pesangonmu." Jawabnya santai.

"Bagaimana jika aku kembali mengingatnya?"

"Kau akan mendapatkan pekerjaanmu kembali, dan cek itu sebagai bonus awalmu."

Chanyeol memijat keningnya pelan, kasus ini terjadi sebulan yang lalu, ya sebulan yang lalu, bagaimana dia bisa mengingat detail berita satu bulan yang lalu, di saat ia bahkan melupakan bagian penting dari berita itu dalam satu malam.

"Baiklah, aku pergi." Ujar chanyeol sopan sambil membungkukan badannya.

"Aku berharap banyak darimu park." Tuan choi melambaikan tangannya kearah chanyeol yang sudah berada diambang pintu, chanyeol membalasnya dengan bungkukan badan singkat sebelum menghilang di balik pintu yang tertutup.

.

.

Baekhyun duduk di salah satu kursi bar dengan kedua tangan yang memegang segelas juice jeruk, sebenarnya baekhyun ingin sekali memesan segelas wine, namun rasanya tidak mungkin. Kerena saat cairan merah pekat itu melintasi tenggorokannya, saat itu pula kesadarannya akan berada diambang batas dan berakhir dengan tidak sadarkan diri, tentu saja ia tidak menginginkan itu, mengingat ia sedang sendirian di tempat ini.

Dentuman music terdengar sangat keras, hingga baekhyun yakin sebentar lagi telinganya akan mengeluarkan cairan kental berwarna merah jika tidak segera pergi dari sini, tapi agaknya baekhyun harus mengurungkan niatnya untuk pergi, keadaannya sedang sangat tidak memungkinkan sekarang, ia membutuhkan tempat seperti ini untuk menghilangkan rasa cemas yang tidak mengenakan di dadanya.

"Hey baek, kau disini." Seorang pria bermata doe menepuk pelan bahu baekhyun, lalu memdudukan tubuhnya di samping kursi yang baekhyun duduki.

Baekhyun memutar bola matanya malas saat pria itu merebut juice jeruk yang berada ditangannya, meminumnya tanpa dosa sambil tersenyum konyol kepada baekhyun.

"Aku tidak tau kau suka juice." Ujar baekhyun dengan nada sarkas.

Pria itu terkekeh renyah, "Aku rasa juice jeruk tidak terlalu buruk, aku bosan dengan champagne, terima kasih sudah mau berbagi."

Baekhyun mengangkat tangannya, berupayah memanggil seorang pelayan yang tengah bertugas, "Satu juice jeruk tanpa tambahan gula." Ujarnya pada seorang pelayan pria, pelayan itu menundukan kepalanya sedikit sebelum berlalu untuk membuatkan pesanan baekhyun.

"Apa yang kau lakukan disini, kyung?"

"Seharusnya itu menjadi peranyaanku."

"Aku serius." Baekhyun menghembuskan nafasnya jengah, ia benar-benar ingin menenangkan fikirannya sekarang, ia ingin sendiri dan tidak ingin diganggu siapapun. Tapi dengan tidak tau malunya kyungsoo mealah mengacaukan agenda yang sudah ia susun rapi, dan baekhyun yakin itu adalah sebuah kesengajaan.

"Junmyeon mengkhawatirkanmu." Kyungsoo membuka suaranya. Mata bulatnya menatap kepada baekhyun yang sedang memberikan seringaian sinis kearahnya, "Kukira pria tua itu melupakanku." Jawab baekhyun dengan nada angkuh.

"Ini pesanan anda tuan."

Seorang pelayan mengintrupsi pembicaraan keduanya, baekhyun memberikan senyuman tipis sambil bergumam terima kasih kepada pelayan yang mengantarankan pesanannya.

Baekhyun menyesap juice nya santai, tidak memperdulikan kyungsoo yang menatap kesal kearahnya.

"Jangan bersikap kekanakan."

"Pergilah, aku tidak ingin mendengar ocehanmu."

Kyungsoo menggelengkan kepalanya kesal, "Demi tuhan dua minggu lagi adalah pernikahanmu. Dan kau masih bersikap kekanakan seperti ini." tanya kyungsoo tidak habis fikir.

"Siapa yang kau sebut kekanakan, berhenti berkata seperti itu. Aku punya alasan kenapa aku bersikap seperti ini."

"Apa? Apa alasanmu? Pekerjaan?"

Baekhyun mengepalkan tangannya kesal, "Ya, lalu kenapa kau ingin menertawakanku?" pekik baekhyun tidak terima.

Kyungsoo menghembuskan nafasnnya jengah, entah sudah yang keberapa kali ia menghadapi sikap keras kepala baekhyun, pria dengan tubuh mungil itu selalu menolak jika dianggap seperti anak kecil, tapi lihatlah tingkahnya sekarang tak ubahnya seorang bocah berusia lima tahun yang merajuk tidak diberikan coklat.

"Junmyeon hyung sedang sibuk dengan semua tugasnya baek, dia memutuskan untuk mengebut pekerjaannya agar ia memiliki banyak waktu denganmu ketika kalian menikah nanti, tidakkah kau mengerti? Dia melakukan ini untukmu." Kyungsoo memcoba memberika pengertian kepada baekhyun, meskipun ia sangat tau jika semua itu akan sia-sia, karena sahabat mugilnya itu tidak akan mendengarkan ucapannya.

"Kau bicara seperti itu karena jongin selalu mempunyai banyak waktu untukmu, aku heran jongin dan junmyeon berkerja di tempat yang sama tapi kenapa junmyeon lembur hampir setiap hari, sedangkan jongin dapat menghabiskan banyak waktu denganmu."

"Kau masih terlalu kecil untuk mengetahui pekerjaan orang dewasa."

Baekhyun memukul meja dengan kepalan tangannya, "Aku tau aku yang paling muda diantara kalian, tapi bisakah kalian berhenti menganggapku seperti anak kecil, jangan membodohiku lagi." Teriaknya kalap.

"Jika kau orang dewasa kau tidak akan berkata seperti tadi, tentu saja jongin dan junmyeon berbeda, meskipun mereka berkerja di tempat yang sama tapi tugas mereka berbeda, junmyeon memiliki posisi yang jauh lebih tinggi ketimbang jongin, itulah mengapa ia memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang lebih banyak." Balas kyungsoo tidak kalah keras, jujur saja emosinya mulai terpancing dengan sikap kekanakan baekhyun.

Baekhyun terkekeh sinis, "Apakah menemani yixing juga termasuk pekerjaan junmyeon."

"Apa maksudmu?" Kyungsoo mendelikan matanya tidak paham.

"Sudahlah kau fikir aku tidak tau jika junmyeon selalu membantu dokter itu menyelesaikan tugasnya."

Kyungsoo menghembuskan nafasnya dalam, "Kau hanya terlalu cemburu, aku yakin junmyeon memiliki alasan untuk itu." Ujarnya kembali melembut, mencoba membuat baekhyun mengerti dengan kata-katanya.

"Ya, dan alasannya karena ia ingin berduaan dengan dokter muda itu kan, wajar saja dia selalu memilih lembur ketimbang menghabiskan waktu denganku di apartemen."

Emosi kyungsoo kembali meluap, "Kau ini bicara apa? Semua orang juga tau junmyeon tidak pernah menoleh siapapun selain kau." Kepalan tangannya ikut menggebrak meja kesal, ia selalu tidak mengerti dengan jalan fikiran baekhyun yang terlalu sempit, kenapa pria mungil itu selalu menarik kesimpulan seenak jidatnya sendiri, kenapa ia tidak pernah mendengarkan penjelasan orang lain, ingin rasanya ia berteriak di depan wajah baekhyun, mengatakan bahwa junmyeon mengorbankan semua waktu yang ia punya untuk menyelesaikan semua pekerjaannya yang menumpuk demi membuat baekhyun senang, demi membuat impian baekhyun untuk honeymoon keliling eropa terwujud, tapi percuma saja, pria mungil itu tidak akan mendengarkannya sama sekali, karena ia lebih memilih untuk bermain dengan fikirannya sendiri.

Dada baekhyun bertalu keras, ini bukan pertama kalinya ia beradu mulut dengan kyungsoo, namun kali ini kyungsoo terlihat jauh lebih menyeramkan dari biasanya, pria bermata bulat itu bahkan menggebrak meja dengan sorot mata tajam kearah baekhyun, "Lalu apa alasannya?" baekhyun menstabilkan suaranya agar tidak terdengar bergetar.

"Untuk apa aku menjelaskannya padamu, pada akhirnya kau juga tidak akan percaya dengan perkataanku, kau terlalu sibuk dengan segala fikiran negatifmu pada junmyeon, hingga semua yang ku katakan tidak akan pernah masuk keotakmu."

Baekhyun meremas tangannya tidak terima, "Apa yang kau baru saja kau katakan? kenapa kau selalu menyalahkanku? Apa kau ini semua kesalahanku?" ujar baekhyun tidak percaya, "Jika junmyeon bisa lebih banyak menghabiskan waktu denganku, aku tidak akan seperti ini. Aku tidak akan pernah mencari-cari apa penyebab junmyeon lebih memilih pekerjaannya ketimbang aku."

"Sudahlah, kita angga-

"Apa aku tidak menarik?" potong baekhyun cepat, menatap sendu wajah kyungsoo yang menatapnya bingung.

"Apa?" Tanya pria bermata bulat itu memastikan.

"Apa aku terlihat sangat tidak menarik untuk junmyeon, apa aku tidak cantik, tidak sexy tidak menggairahkan?"

Kyungsoo memejamkan matanya, jari lentiknya memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pening, "Baekhyun, cukup." Ujarnya menengahi, tidak ingin masalah ini semakin membesar.

"Apa aku benar-benar terlihat semenyedihkan itu sehingga ia enggan bersama denganku?"

"Cukup, baek."

"APA AKU TIDAK MENGGAIRAHKAN SEHINGGA IA TIDAK PERNAH MENYENTUHKU SAMA SEKALI." Pekik baekhyun tepat didepan wajah kyungsoo.

Pria bermata doe itu mengerjapkan matanya tak percaya, "Baekhyun." Lirihnya tanpa suara.

"Kenapa? apa aku salah?" Tanya baekhyun dengan selipan nada mengejek, merasa menang karena kyungsoo tak bisa menjawab perkataannya yang memang fakta adanya. Setidaknya begitu menurut baekhyun.

Kyungsoo tak menanggapi ucapan baekhyun, tangan kurusnya meraih jemari baekhyun, "Baekhyun, cukup. Kita pulang." Ajaknya selembut mungkin.

Baekhyun menghempaskan tangan kyungsoo, hingga pria bermata doe itu bisa saja terjatuh jika tidak memegang pinggiran meja, "Aku tidak mau, lagi pula apa yang akan kulakukan dirumah? Menunggunya sendirian seperti orang bodoh, sedang kau dan jongin atau luhan dan sehun menghabiskan malam yang panas dengan penuh cinta."

"Baek-

"Kemudian besoknya kau dan luhan akan menceritakannya padaku."

"Baek tidak seharunya kau berfiki-

"Ya, Aku iri dengan kalian, Puas." Baekhyun terduduk di kursinya, "Aku juga ingin berada di posisimu, aku juga ingin junmyeon memperlakukanku sama seperti jongin memperlakukanmu. Aku ingin ia menyentuku seperti jongin menyentuhmu, Apa aku salah?" jelasnya sejujur mungkin, berharap kyungsoo dapat mengerti posisinya.

Tapi, agaknya baekhyun salah memprediksi kali ini. karena perkataan kyungsoo selanjutnya benar-benar membuat baekhyun berfikir jika ia memang tak pantas untuk mendapatkan perlakuan yang sama seperti kyungsoo dan luhan dapatkan dari pasangan mereka.

"Baek, tidakkah kau sadar sikapmu sekarang tidak lebih dari jalang?" kyungsoo berujar datar, dengan sorot mata sedater ucapannya, lalu berlalu meninggalkan baekhyun yang terperangah di tempatnya, tanpa menyempatkan diri untuk menoleh.

Baekhyun melemas di tempatnya, dia tidak tau jika kyungsoo berfikir ia serendah itu karena menginginkan sentuhan dari calon suaminya sendiri, Apakah junmyeon juga memikirkan hal yang sama tentangku? lirih baekhyun dengan suara bergetar.

Baekhyun hanyalah remaja berusia Sembilan belas tahun yang belum mengerti benar dengan dunia percintaan, yang ia inginkan hanya mendapatkan perlakuan yang sama dengan yang para sahabatnya dapatkan dari kekasih mereka, karena layaknya seorang remaja, baekhyun tidak ingin kalah dalam hal apapun dengan sahabatnya.

Dia tidak pernah menyangka jika keinginannya akan dianggap serendah ini oleh sahabatnya, mungkin kekasihnya pun memikirkan hal yang sama, entahlah siapa yang tau alasan dibalik penolakan junmyeon selama ini.

"Aku jalang?" baekhyun mengekeh di tempatnya, "Jika aku jalang, kata apa yang pantas untukmu?"

Baekhyun beranjak dari tempatnya, merasa jika bar bukanlah tempat yang bagus lagi untuk menenangkan fikirannya.

Sepasang kaki kecilnya berjalan gontai menuju tulisan exit yang berada dia atas pintu setelah sebelumnya meletakan beberapa lembar uang di bawah gelas juice sebagai tips untuk pelayan.

Brukk…

Baekhyun menutup matanya, ketika bokongnya terjatuh di pangkuan seseorang, walaupun ia tidak melihat ia bisa merasakan hal itu, termasuk dengan remasan seseorang di pinggangnya. Baekhyun menatap pria tua didepannya takut-takut, lepaskan aku lirihnya tanpa suara.

Baekhyun kira ini adalah akhirnya, ya akhir dimana ia akan benar-benar menjadi seorang jalang untuk seorang pria tua, yang tidak ia kenal. Namun sepertinya dewi fortuna sedang berbaik hati dengannya, karena mengirimkan seoran pria tinggi yang menjadi malaikat penyelamatnya.

.

.

Suara musik berdentum keras di telinga chanyeol, beberapa kali pria bertubuh jangkung itu mengernyitkan keningnya saat kerasnya suara musik membuat kepalanya sesedikit pening.

Chanyeol tengah sibuk dengan segelas whisky ditangannya, memutar gelas beling itu hingga cairan di dalamnya ikut berputar.

Pria tinggi itu berdesis kecil saat kembali mengingat syarat yang di ajukan direktur di tempatnya berkerja, chanyeol sedikit menyesali keputusan yang ia ambil dengan gegabah tadi, bagaimana ia bisa menyetujui perjanjian mereka, jelas-jelas perjanjian itu membuat ia berada dalam posisi yang buruk. Mungkin chanyeol semakin terlihat begitu buruk dengan melihat bagaimana serakahnya dia dengan uang, tapi ayolah siapa yang bisa menolak lima ratus juta won.

Brakk...

Tubuh tinggi chanyeol tersentak saat mendengar bunyi gebrakan kursi di belakangnya, ia menatap bingung kepada sosok pria mungil yang jatuh menimpa tubuh seorang pria tua dengan kisaran usia lima puluh tahun. Pria mungil itu sedikit berontak ingin bangun dari posisinya, tapi sepertinya pria tua itu tidak mengizinkannya, melihat bagaimana posesifnya pria itu memeluk sosok yang lebih mungil.

Chanyeol memperhatikan raut wajah pria mungil itu, wajahnya terlihat panik dan tidak nyaman dengan perlakuan pria tua tadi, bahkan chanyeol menangkap gerakan bibir tipis itu membentuk kata lepaskan aku. Sebenarnya chanyeol bukanlah tipe orang yang suka ikut campur dengan urusan orang lain, tapi melihat bagaimana frustasinya wajah manis itu, chanyeol memutuskan untuk beranjak dari tempatnya.

"Kau baik?"

Pria mungil itu menoleh menatap chanyeol memelas, tolong aku ujarnya tanpa suara.

Chanyeol mengkaku di tempatnya, sosok pria dengan mata bulan sabit itu seolah menghipnotisnya, chanyeol sudah tau bahwa paras pria itu manis, tapi ia benar-benar tidak menyangka jika perbedaan jarak benar-benar membawa pengaruh besar, karena dari jarak sedekat ini sosok itu beratus kali lipat lebih manis dari tadi, bahkan kata SEMPURNA bukanlah kata yang berlebihan untuk ia sematkan pada sosok itu.

Sepasang telapak tangan meraih jemari chanyeol, Membuat chanyeol sedikit tersentak kaget dan sadar dari lamunannya.

Chanyeol menatap pergelangan tangannya yang berada di genggaman pria manis itu, ia melirik sosok manis itu dengan sudut matanya, pria kecil itu menatapnya memelas dengan mata sipit yang berkilat terisi cairan bening, membuat chanyeol tak tega mengabaikannya.

"Maafkan aku, tapi bisakah kau melepaskannya tuan." Chanyeol berujar sopan, menghormati pria didepannya yang mungkin seusia ayahnya itu.

Pria itu mengangkat sebelah alisnya sebelum berdecih sinis, "Kau menginginkannya?" tanya pria tua itu sinis, "Mengantrilah, karena jalang ini milikku malam ini."

Chanyeol sedikit mengambil langkah mundur, benarkah dia jalang, pikirnya tak percaya. Ahh, masa bodoh dengan jalang, jika ia tidak nyaman aku tidak salah kan memisahkannya dari pria itu, bisik chanyeol pelan menyemangati dirinya sendiri.

"Maaf tuan aku rasa kau salah orang, dia adalah temanku dan dia bukan jalang." Ucap chanyeol berusaha santai.

Pria tua berdecih remeh, semakin merekatkan tubuh mungil itu kedalam dekapannya, meskipun pria mungil itu berkali-kali berontak didalam pelukannya.

"Tuan tidakkah kau lihat dia tidak nyaman dengan perlakuanmu, aku bisa menuliskan perlakuan kurang ajarmu pada surat kabar. "

Chanyeol merogok saku jas nya, mencari tanda pengenalnya di sana. "Park chanyeol." ujarnya sembari mengulurkan id card nya, yang menampilkan fotonya beserta nama perusahaan tempat dimana ia bekerja.

Pria tua itu mendelikan matanya tajam kearah chanyeol, mendorong tubuh pria mungil itu kasar hingga membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan, beruntungnya chanyeol dengan sigap memanahan tubuh itu agar tak terjatuh di lantai.

.

.

Baekhyun mengangkat tubuhnya sedikit dari rengkuhan chanyeol, ia menatap wajah asing di depannya sambil tersenyum simpul, "Terima kasih." Ujarnya tulus.

Chanyeol menganggukan kepalanya sebagai jawaban, "Aku kira kau tidak bisa bicara." Tanyanya bingung, mengingat baekhyun yang tiak mengeluarkan suaranya sedikitpun saat dipangkuan pria tua tadi.

Baekhyun meremas tangannya gugup, "Aku terlalu takut untuk mengeluarkan suara ku tadi." Akunya malu.

Chanyeol menyunggingkan senyumnya, memesan kan segelas minuman yang sama dengannya untuk baekhyun, namun segera di cegah oleh baekhyun, "Aku tidak minum alkohol." Tolak baekhyun halus.

Pria tinggi itu mengangguk, lalu meminta baekhyun untuk memilih sendiri minumannya.

Segelas juice jeruk tersaji di depan baekhyun, jika baekhyun hitung ini adalah gelas ke dua setengah untuknya, karena kyungsoo merebut setengah gelasnya tadi.

Baekhyun mengaduk juice nya dengan sedotan, berusaha menghilangkan kecanggungan diantara dia dan pria yang menolongnya tadi.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya baekhyun memulai permbicaraan.

Chanyeol menoleh sebentar sebelum kembali mengalihkan wajahnya kearah gelas yang di pegangnya, "Menghilangkan stres, ada banyak masalah dengan pekerjaanku." Ujarnya jujur tanpa menutupi apapun, ia bahkan sempat kaget sendiri dengan ucapannya, mengingat ini adalah pertemuan pertamanyan dengan pria berwajah manis itu.

"Kalau begitu kita sama." Baekhyun tersenyum memamerkan gigi-gigunya yang tersusun rapi, chanyeol memiringkan kepalanya bingung, tapi tidak mempunyai keberanian untuk bertanya langsung pada baekhyun.

Baekhyun terkekeh geli melihat ekspresi bingung chanyeol yang begitu lucu, "Apa kau benar-benar mengira aku jalang?." tanya baekhyun seakan bisa membaca arti dari ekpresi chanyeol, dan benar saja pertanyaan itu langsung di jawab dengan anggukan oleh chanyeol.

Baekhyun mengerucutkan bibirnya sebal, "Apakah aku benar-benar terlihat seperti itu?" lanjutnya lagi.

Chanyeol tergagap sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya cepat, "Bukan seperti itu, Aku hanya mengira perkataan pria tua tadi benar. Maafkan aku." Ujarnya tidak enak hati, sebenarnya dari awal ia sudah tidak yakin jika pria mungil di depannya ini adalah seorang jalang, wajah manisnya bahkan sangat jauh dari kata itu.

"Tidak masalah, bahkan kyungsoo juga mengatakan hal yang sama tadi."

Chanyeol sebenarnya tidak tau siapa itu kyungsoo, tapi jika boleh menebak menurut chanyeol kyungsoo adalah saudara, sahabat atau kekasih dari baekhyun. Sejujurnya untuk pilihan terakhir chanyeol sedikit kesal untuk menyelipkannya.

Baekhyun mengayunkan kakinya yang menggantung di kursi tinggi bar, "Apa menurutmu wajar jika dalam sebuah hubungan yang serius kau tidak pernah Menyentuh kekasihmu?" tanyanya polos.

"Huh…" chanyeol mengerjapkan matanya bingung, tidak yakin dengan apa yang ia dengar barusan.

"Kau tidak dengar? Baiklah akan aku ulangi. Apa menurutmu wajar jika dalam sebuah hubungan yang serius kau tidak pernah menyentuh kekasihmu?"

"Apa?" Pekik chanyeol tidak sadar.

Baekhyun terperanjat dari duduknya, "Kenapa? Apa pertanyaan ku salah?" tanyanya bingung.

"Ah bukan, aku hanya sedikit tidak mengerti." Elak chanyeol gugup, sebenarnya ia sangat mengerti kemana arah ucapan baekhyun, tapi lagi-lagi mengingat wajah manis baekhyun sepertinya tidak mungkin jika pria semanis itu bisa mengatakan hal tadi sefrontal ini.

Chanyeol, meminum sisa whisky nya dalam satu kali teguk, berusaha menghilangkan kegugupan nya.

"Apa menurutmu aku salah jika menginginkannya menyentuhku?"

Chanyeol hampir saja menyemburkan minumannya, ini adalah kali kedua ia kaget dengan perkataan baekhyun yang begitu frontal, ada apa dengannya, kenapa dia menanyakan hal ini pada seseorang yang baru saja ia temui, monolog chanyeol dalam hati. "Menyentuh seperti apa maksudmu? Pelukan atau ciuman." Tanyanya berusaha bersikap biasa saja.

Bibir tipis baekhyun mendecak kesal, "Aku yakin kau tau maksudku."

Chanyeol menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, ia bingung bagaimana cara menjawab perkataan baekhyun tanpa menyakiti hati pria mungil itu, sedikitnya chanyeol mulai mengerti, mungkin kyungsoo kekasih baekhyun menganut kepercayaan jika seks hanya di lakukan saat malam pertama, hingga saat baekhyun mengatakan keinginannya kyungsoo menolaknya dengan mengatakan jalang.

"Apa maksud-

"Seks." Potong baekhyun santai.

Chanyeol terdiam, tercekat dengan air liurnya sendiri, lagi-lagi ia terperangah dengan sikap baekhyun yang terlampau santai saat mengatakan seks terlebih lagi di depan pria yang baru ia temui.

Chanyeol mengetukan jarinya diatas meja, berusaha menghilangkan kegugupannya sediri, "Ah baiklah, kau ingin melakukan seks dengan kyungsoo, lalu kyungsoo menolakmu dan mengatakanmu jalang begitu?"

Baekhyun mengernyitkan keningnya, "Kenapa kyungsoo? Aku bahkan tidak akan pernah tertarik dengan burung hantu pendek itu." Pekiknya tak terima.

Bola mata chanyeol mengerjap beberapa kali, "Ouh oke, jika bukan kyungsoo lalu siapa maksudmu?" tanya chanyeol mencoba mengalah.

Baekhyun menurunkan bahunya lemas, ia menjatuhkan keningnya di atas meja sebelum akhirnya menoleh kearah chanyeol, "Junmyeon." Cicitnya kecil.

Chanyeol menganggukan kepalanya, bersikap seolah-olah ia mengerti apa maksud dari pria mungil itu. Ia tidak ingin melihat baekhyun kembali kecewa, jika ia tidak bersikap sesuai keinginan pria mungil itu.

Baekhyun sedikit menegakkan posisinya, merapatkan tubuh mungilnya pada tubuh tinggi chanyeol, pria tinggi itu mengkaku di tempatnya, ia menelan ludahnya gugup saat wajah baekhyun tepat berada di depan wajahnya, membuat kedua puncak hidung mereka saling bersentuhan.

Nafas chanyeol memberat, "Tidakah kita terlalu dekat." Bisiknya kecil.

Baekhyun menghela nafas kecewa, ia menjauhkan tubuh mengilnya dari chanyeol dan kembali duduk dengan wajah menekuk.

Chanyeol yang tidak mengerti dengan reaksi baekhyun, hanya bisa diam dan tak berani bertanya, terbesit sedikit rasa bersalah di hatinya apakah dia kecewa karna Perkataanku tadi monolognya pada diri sendiri. Namun, tak berapa lama ia langsung menggelengkan kepalanya cepat, berusaha mengusir pikiran bodohnya.

"Bahkan kau tak tertarik padaku." Gumam baekhyun pelan, namun masih dapat terdengar oleh chanyeol, pria tinggi itu menoleh kearah baekhyun tanpa bisa menyembunyikan raut wajah bingungnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?"

"Entahlah aku juga tidak mengerti, kenapa aku bisa menjadi seperti ini. Awalnya hubungan kami berjalan baik, tapi entah kenapa semakin lama aku merasa dia tidak mencintaiku. Luhan sering kali bercerita tentang malam panas yang dia habiskan dengan sehun, kyungsoo juga berkata jika jongin benar-benar hebat di ranjang sementara aku, bahkan selama dua tahun kami menjalani hubungan dia tidak pernah mencium bibirku, Apakah aku benar-benar tidak semenarik itu?"

Chanyeol membolakan matanya tak percaya, ia bahkan sempat mengira baekhyun mengucapkan omong kosong karena mabuk, jika saja tidak ingat jika minuman yang pria kecil itu pesan bukanlah alkohol.

Chanyeol bingung harus bersikap seperti apa, karna jujur saja ini adalah pertama kalinya seseorang bercerita tentang seks padanya, chanyeol menggigit bibirnya pelan sebelum akhirnya mengucapkan sepatah kalimat konyol, "Kau cantik?" Ujarnya tiba-tiba.

Baekhyun mengerjapkan matanya lucu, bingung dengan apa yang baru saja dia dengar.

Merasa mendapatkan sebuah respon, chanyeol kembali melanjutkan perkataannya, "Kau cantik dan manis di saat bersamaan, kau punya bentuk mata yang melengkung indah bulan sabit, terlihat bagitu bersinar ketika kau menatap sesuatu. hidungmu kecil dengan ukuran yang pas di wajahmu, bibirmu tipis dan menggemaskan." Chanyeol tersenyun tulus kearah baekhyun, "Kau juga mempunyai bentuk tubuh yang bagus, sangat terlihat ideal dengan tinggi badanmu."

Baekhyun mengerjapkan mata sipitnya beberapa kali, jujur saja ini bukan pertama kalinya baekhyun dipuji oleh seseorang, tapi entah kenapa saat chanyeol yang mengatakannya sudut hati baekhyun berdenyut, dan baekhyun tidak munafik untuk mengatakan bahwa denyutan itu terasa sangat menyenangkan.

Telapak tangan besar chanyeol mencoba meraih rahan baekhyun, mendongakan wajah cantik itu menatap wajahnya, "Kau tau, kau bahkan lebih menarik dari yang kau kira. Dan tidak seharusnya kau meragukan itu." Sebuah senyuman terpatri di bibir chanyeol, membuat si kecil ikut melengkungkan sudut bibirnya seolah terhipnotis.

"Tapi mengapa junmyeon lebih memilih tumpukan berkas itu ketimbang diriku."

"Kau tau pekerjaan memang penting."

"Jika itu kau, apa kau akan lebih memilih pekerjaanmu ketimbang aku?"

Chanyeol terkekeh kecil, mencubit hidung kecil baekhyun sebelum beralih pada gelas nya yang sudah terisi lagi oleh whisky. Chanyeol sedikit berdesis kala cairan whisky kembali membasahi tenggorokannya yang sedikit kering, "Aku tidak yakin, tapi kurasa aku tidak akan mampu untuk menghiraukan kehadiranmu." Jawabnya sambil terkekeh.

Baekhyun memberikan cengiran polosnya kepada chanyeol, yang kembali membuat chanyeol terpana karena cantinya, "Kekasihmu pasti bahagia memilikimu."

"Sayangnya aku belum punya kekasih, jangankan kekasih sebentar lagi aku juga tidak akan mempunyai pekerjaan." Chanyeol sedikit meringis di akhir kalimatnya, kembali mengingat kemungkinan terburuk yang akan terjadi dihidupnya.

Baekhyun mengerucutkan bibirnya saat mendapati wajah chanyeol yang terlihat murung, ia berdiri dari duduknya berdiri didepan chanyeol dengan kedua tangan yang memegang pundak chanyeol, baekhyun menatap mata bulat chanyeol dalam "Kau pasti bisa menyelesaikan pekerjaanmu, semangat." Ucapnya lantang dengan raut wajah menggemaskan.

Chanyeol tertegun dengan perkataan baekhyun, perkataan yang terdiri dari sebuah kalimat sederhana dan tidak istimewa sama sekali, yang entah kenapa membuat rasa dentuman menyenangkan membuncah dihatinya.

Chanyeol memandangi wajah baekhyun, menatap lekat paras itu seolah terhipnotis olehnya, entah apa yang tengah merasukinya dengan berani chanyeol memegang tengkuk baekhyun, merapatkan wajah cantik itu kearah wajahnya.

Mata chanyeol terpejam kala nafas hangat baekhyun berhembus tepat di wajahnya, nafas baekhyun beraroma segar seperti permen mint, dengan aroma tubuh yang manis dan lembut percampuran antara vanilla dan buah persik, chanyeol bisa menciumnya jelas dengan jarak yang sedekat ini, dan itu benar-benar memabukan.

Baekhyun menegang di tempatnya, sebenarnya ia bisa saja mendorong tubuh chanyeol menjauh, mengingat kedua telapak tangannya berada di pundak chanyeol, sangat mudah untuk membuat pria tinggi itu terjungkal, tapi entah kenapa dia tidak ingin melakukannya.

Chanyeol membuka matanya perlahan, iris kelabunya langsung menampilkan wajah cantik baekhyun dengan rona memerah di masih-masing pipinya.

Chanyeol memindahkan sebelah tangannya kesisi kanan pipi baekhyun lalu mengusapnya lembut sambil tersenyum tipis. "Kau cantik." Ungkap chanyeol dengan wajah kian ia condongkan kearah baekhyun, hingga membuat kedua daging lunak itu bersentuhan.

Rasanya chanyeol ingin memaki dirinya sendiri sekarang, bagaimana bisa ia menyatukan bibirnya dengan orang yang baru ia temui kurang dari dua jam. Bukannya sadar dari kebodohannya, tingkah chanyeol malah semakin menjadi-jadi, sekarang dengan kurang ajarnya ia semakin berani memperdalam ciuman itu, memiringkan kepalanya sedikit, berusaha mencari celah lebih untuk menikmati bibir tipis baekhyun.

Bibir tebal chanyeol menyesap belah bawah bibir tipis baekhyun, menggigit kecil bahkan sesekali menjilatnya nakal.

"eumhhh..." desah baekhyun tanpa sadar. Tubuhnya terasa benar-benar lunak hingga dia merasa tidak dapat lagi menopang berat tubuhnya.

Chanyeol menjauhkan wajahnya sedikit hingga menyebabkan tautan itu terlepas, senyum tampan chanyeol terpatri lebar di wajahnya, ia mengarahkan telapak tangannya kepada baekhyun yang di sambut malu oleh pria kecil itu.

"Terima kasih." Ujarnya lembut, yang dibalas anggukan kecil dari baekhyun.

Chanyeol mengusap punggung tangan baekhyun menggunakan jempolnya, dan dengan senyum lembut ia membawa baekhyun meninggalkan kursi bar yang tadi mereka duduki.

.

.

Baekhyun mengumpat beberapa kali sambil memukuli kepalanya, "Bagus baekhyun, setelah lepas dari pria itu kau malah menjadi jalang untuk pria yang menolongmu." Ocehnya pada diri sendiri.

Pria mungil itu menatap refleksi dirinya sendiri di cermin, tubuh putihnya berbalut bathrobe kebesaran yang menenggelamkan tubuhnya, rambutnya sedikit basah dengan sedikit tetesan air sisa ia keramas tadi.

"Sepertinya aku sudah gila." Ujarnya tidak habis fikir dengan kelakuannya sendiri, "Tapi bukankah kyungsoo bilang aku jalang? baiklah akan aku tunjukan baekhyun jalang yang sebenarnya."

Baekhyun meremas tali bathrobe yang membalut tubuh mungilnya, degub jantungnya menggila seakan ingin meloncat keluar dari tempatnya, berkali-kali bibir kecilnya menghembuskan nafas berat, berusaha mendoktrin fikirannya sendiri bahwa ini bukanlah hal yang salah.

Jemari lentik baekhyun meraih handel pintu, membuka pintu itu dengan perlahan. Chanyeol menolehkan kepalanya saat suara pintu menyadarkannya dari lamunan, sudut bibirnya tertarik manis saat sosok cantik baekhyun berada di balik pintu yang terbuka.

Chanyeol menegakan tubuhnya dari pinggir kasur, menyusul baekhyun yang seakan-akan tengah menunggu jemputannya. Telapak tangan hangat chanyeol meraih jemari lentik baekhyun, mencium kesepuluh jari lentik itu lembut, "Kita tidak harus melakukannya, aku tau kau ragu." Ujarnya lembut, dengan tatapan hangat yang mengarah kedalam manik bening baekhyun.

Baekhyun menggelengkan kepalanya pelan, "Aku tidak tau kenapa, tapi aku menginginkanmu. Apakah kau juga merasakan hal yang sama?" pipi baekhyun memerah malu, ia mengatakan hal yang jujur, meskipun ucapan kyungsoo menjadi salah satu pendukungnya.

Chanyeol adalah orang pertama yang baekhyun ajak untuk menghabiskan malam panas bersamanya secara frontal, karena jujur saja baekhyun tidak berani sefrontal itu jika berhadapan dengan junmyeon, calon suaminya.

Chanyeol mengalungkan tangan kurus baekhyun di lehernya, mengangkat tubuh mungil baekhyun dengan mudah dan membawanya kepinggir kasur. Chanyeol berlutut di depan baekhyun, kepalanya sedikit mendongak untuk menatap wajah manis itu, "Kenapa kau bertanya sesuatu yang sudah kau tau jawabannya."

Baekhyun terkekeh kecil, "Aku hanya bertanya." Ujarnya manja.

Chanyeol mengusap lembut surai madu baekhyun, kemudian turun ke alis baekhyun yang berwarna senada dengan rambutnya, senyum chanyeol mengembang saat baekhyun menutup kedua matanya menikmati perlakuannya. "Ini yang pertama untukmu?" tanya chanyeol dengan jemari tangan yang setia mengusap pipi gembul baekhyun.

Baekhyun menganggukan kepalanya pasti, baekhyun merundukan tubuhnya sejajar dengan wajah chanyeol, memberikan bibir tebal itu sebuah kecupan singkat, "Kau juga mendapatkan ciuman pertamaku."

"Benarkah? Aku senang."

Baekhyun menyembunyikan wajah malunya di ceruk leher chanyeol, baekhyun tau ini adalah pertemuan pertamanya dengan chanyeol tapi entah mengapa dia benar-benar nyaman dengan kehadiran pria itu. Chanyeol adalah sosok kedua yang membuat jantung baekhyun berdetak cepat selain junmyeon, Ia pria yang tampan dan hangat, memiliki suara berat yang indah bak hembusan angin di musim semi, dan tubuh tinggi dengan otot yang terceplak jelas dari luar kemejanya.

Chanyeol mengecupi belakang kuping baekhyun pelan, menyesap wangi persik disana "Ini juga yang pertama untukku." Bisiknya pelan dengan hembusan nafas hangat yang sengaja ia tiupkan.

Baekhyun bergidik, lehernya refleks mendongak saat chanyeol mulai mengecupi salah satu titik sensitifnya itu dengan intens, "Ahhh..." desahan baekhyun mengalun indah seiring dengan isapan chanyeol yang kian dalam di lehernya.

Mata chanyeol menyipit senang saat melihat hasil karyanya yang tercetak indah di leher putih susu baekhyun, "Kau menyukainya?" Ujar chanyeol sambil menyatukan keningnya dan kening baekhyun bersamaan.

Baekhyun mengangguk di tengah nafas beratnya, senyum simpulnya tercetak cantik saat chanyeol menciumi seluruh bagian wajahnya lembut, "eunghhh..." leguh baekhyun saat chanyeol dengan jahil menghisap pipi tembamnya.

Tangan chanyeol bergerak untuk melepas tali bathrobe baekhyun, matanya tak pernah lepas dari wajah baekhyun seolah tau jika mahluk mungil itu tengah gugup.

Mulut chanyeol menganga tanpa sadar, bathrobe baekhyun telah terbuka sepenuhnya meskipun masih menggantung di bahu sempit pria kecil itu, Chanyeol merasa suhu dalam kamar mereka bertambah panas seiring dengan matanya yang menyusuri kulit putih tubuh baekhyun.

Chanyeol menatap baekhyun, meminta izin dari pria mungil itu untuk melanjutkan kegiatannya, baekhyun mengangguk dengan kedua pipi yang memerah.

Chanyeol mengecup singkat bibir baekhyun, sebelum akhirnya membawa bibir tipis nan manis itu kedalam lumatan panas. Bibir chanyeol menghisap bibir atas dan bawah baekhyun bergantian sedang pria mungil itu berusaha untuk mengimbangi perlakuan chanyeol.

Baekhyun mengangakan mulutnya saat jempol chanyeol menekan puting nya pelan, desahannya tertahan karena chanyeol dengan cepat memasukan lidahnya kedalam mulutnya.

Baekhyun menekan kepala chanyeol semakin semakin memperdalam lumatan mereka, lidah chanyeol mengapsen deretan gigi rapi baekhyun yang masih tersisa rasa manis pasta gigi, lidahnya menekan lidah baekhyun, mengajak si kecil bertarung melawannya.

Lelehan saliva menetes di sudut bibir keduanya, chanyeol menuruni ciumannya menghisap lelehan saliva yang mengalir hingga keleher baekhyun.

"eunghh..." baekhyun mendesah halus saat chanyeol kembali mengukir maha karyanya di leher putihnya.

Chanyeol mengecup kecil tulang selangka baekhyun, mengendus bagian itu menggunakan hidungnya berulang kali hingga si kecil merengek geli, "Ahhh... Hentikan itu geli." Rajuknya manja.

Tangan chanyeol meraba pinggul baekhyun lembut, meremas bagian itu perlahan sebelum akhirnya menurunkan karet celana dalam baekhyun.

Chanyeol menyempatkan dirinya untuk menatap kedalam mata baekhyun, ia dapat melihat kegugupan pria kecil itu saat tangannya hendak meloloskan karet penghalang itu dari pinggulnya. Sambil tersenyum chanyeol mendekatkan wajahnya kepada puting coklat kemerahan baekhyun, mengecupnya pelan lalu menghisapnya selembut mungkin, gigi-giginya tak lupa menggesek lembut bulatan kecil itu semakin memberikan rangsangan kepada baekhyun, sedang tanganya Tak henti untuk meloloskan kain penutup daerah pribadi baekhyun.

"Eunghhh... Ouhhh..." baekhyun menekan kepala chanyeol semakin dalam didadanya, seluruh tubuh baekhyun melunak saat rasa geli yang diberikan chanyeol mengalir.

Chanyeol memindahkan kepalanya keputing sebelah kiri baekhyun, melakukan hal serupa pada bulatan kecil itu seolah tidak ingin jika salah satunya mendapatkan perlakuan yang tidak adil.

"Ouhhh... Hemppp... " punggung baekhyun membusung, meminta pria tinggi itu tidak menghentikan kegiatannya.

Chanyeol memperdalam hisapannya pada puting baekhyun, tangan kanannya memelintir puting satunya agar keduanya mendapatkan service yang sama sedang tangannya yang lain mengelus paha dalam baekhyun intens.

"Angghhh..." Baekhyun memekik tertahan saat jemari hangat chanyeol menyelimuti penis nya, "Ouhhh... Ouhhh..." Tubuh kecil itu bergetar, jemari hangat chanyeol begitu lihai memanjakan penis kecil baekhyun, hingga membuat pria kecil itu sedikit tidak yakin jika ini adalah pengalaman pertama chanyeol.

Baekhyun mengigit jemari nya sendiri, berusaha menghentikan desahan yang ia keluarkan.

"Aku menyukainya, tidak perlu di tutupi." Chanyeol menurunkan jemari baekhyun, menggantikannya dengan sebuah kecupan kecil di bibir tipisnya.

Baekhyun mendongakan kepalanya tinggi, "Ahhh...ahh..." desahnya kencang saat tempo kocokan chanyeol pada penisnya semakin bertambah.

Pria tinggi itu merunduk di antara paha baekhyun, menciumi kulit bagian dalamnya paha putih itu berkali-kali, tak lupa juga meninggalkan hisapan kecil disana.

"Oouhhh..." Baekhyun refleks menjambak surai kelam chanyeol, saat pria tinggi itu memasukan penis kecil baekhyun kedalam rongga hangatnya tiba-tiba. Pungung baekhyun membusung sementara tangan nya yang lain menutup wajahnya tak tahan dengan segala rangsangan yang chanyeol kasih.

"Eeunghh.. euhngghh.. Ouhhh.. " Desah baekhyun kuat tanpa bisa mengontrol.

Chanyeol melirik wajah baekhyun disela kegiatannya, senyum chanyeol mengembang saat melihat wajah memerah baekhyun, membuatnya semakin semangat untuk memberikan rasangan lebih pada pria mungil itu.

Chanyeol menghentikan hisapannya pada penis baekhyun, menggantikan isapan itu dengan sebuah kocokan dari jemari panjangnya, sedang mulutnya berpindah haluan untuk memanjakan twins ball baekhyun yang bergantung indah seakan menantang dirinya

"Ahh...Ahh... Please." Desah baekhyun frustasi.

Seakan mengerti dengan permintaan baekhyun, Chanyeol semakin mempercepat tempo kocokannya pada penis kecil baekhyun, "Eunghhh..." Tubuh baekhyun bergetar, merasakan ada sesuatu yang memaksa untuk melesak keluar dari penisnya.

Chanyeol mengulum puncak penis baekhyun, menggelitik lubang kencing yang sudah semakin memerah itu, memberikan ransangan lebih agar baekhyun dapat segera merasakan pelepasan pertamanya.

"Ahhh..." Desah puas baekhyun mengalun merdu, Mata sipitnya menutup rapat, menikmati sensesi rasa menyenangkan yang baru pertama kali ia rasakan.

Baekhyun menarik nafasnya dalam, memburu oksigen yang menipis di dadanya.

Chanyeol meelan sebagian cairan baekhyun yang entah kenapa terasa manis untuknya, sedang sisanya ia jatuhkan di depan lubang berkerut baekhyun.

"Eunghhh... " leguh baekhyun dengan tubuh yang bergerak tidak nyaman. "jangan." Ujarnya sembari memegang jemari chanyeol.

"Kenapa?"

"Itu... Kotor. " cicit si kecil dengan wajah merah padam.

Chanyeol terkekeh kecil, ia menegak dari posisinya kemudian, menghimpit tubuh telanjang baekhyun dengan kedua tangan sebagai penyanggah disisian kanan dan kirinya, menjaga agar tubuh besarnya tak menimpa tubuh kecil itu.

Cuppp...

Baekhyun menutup matanya ketika bibir tebal chanyeol menyentuh keningnya, "Aku melakukannya karena tidak ingin kau sakit."

Baekhyun meraba rahang tegas chanyeol lembut, "Tidak perlu, aku bisa menahannya." Jawab nya sambil bergeleng pelan.

"Kenapa kau keras kepala sekali, heum?" Kekeh chanyeol sambil menciumi pucuk hidung mancung itu gemas, kemudian turun hingga kesamping leher putih baekhyun.

Baekhyun terkikik geli saat chanyeol kembali mengendus leher nya, "Stop it.. " jemari lentik baekhyun meremas bagian lengan kemeja chanyeol yang tergulung setengah.

Mata keduanya terkunci dalam tatapan satu sama lain, baekhyun mengigit bibirnya pelan jantungnya selalu berdetak sepuluh kali lebih cepat saat bertatapan dekat dengan wajah tampan chanyeol.

Chanyeol bukanlah satu-satunya pria tampan yang baekhyun kenal, junmyeon kekasih nya juga memiliki wajah di atas rata-rata, pria itu memiliki kulit putih, dengan mata yang tidak terlalu sipit dan terlalu besar, hidungnya kecil dan mancung, bibirnya penuh meski tidak seseksi chanyeol, tubuhnya juga bagus meskipun tak setinggi chanyeol, dan tatapan hangatnya yang selalu baekhyun sukai.

"Ingin membantuku membukanya?" tanya chanyeol dengan sebelah alis dinaikan.

Baekhyun tersadar dari lamunannya, ia menghindari tatapan chanyeol kepada kemeja kusut yang chanyeol kenakan. Tangan baekhyun sedikit gemetaran saat membuka satu persatu kencing kemeja, bahkan itu tak jarang pula kancing itu kembali tertutup saat pria kecil itu berusaha untuk membukanya.

Mata sipit baekhyun menutup refleks saat keluruh kancing kemeja chanyeol terbuka, sedikit banyak ia menyesali keputusannya yang memilih untuk menatap tubuh chanyeol yang terlihat berkali lipat lebih indah saat tidak tertutupi apapun. Wajah baekhyun memanas dengan kedua pipi yang memerah malu, sedang tangannya berusaha menyikap kemeja itu agar lebih terbuka.

"Tidak ingin menyentuhnya?"

Baekhyun mendongakan kepalanya saat suara berat chanyeol mengintrupsi kegiatannya, "Bolehkah?" cicitnya malu.

"Semuanya milikmu."

Baekhyun mengigit bibir bawahnya kecil, jemari lentiknya bergerak lembut kerahang tegas chanyeol membuat sang empu memejam, menikmati sensasi kulit halus si kecil.

Jemari lentik baekhyun turun ke atas pundak lebar chanyeol, memijat lembut bagian itu sebelum akhirnya turun kedada bidang chanyeol, "Arghhh…" pria tinggi itu mengeram saat jemari baekhyun mengelus pelan dadanya, sengaja melewat kilas putingnya tanpa mencoba untuk memberi rangsangan lebih.

"ermmmhhh... " geraman chanyeol terdengar semakin berat saat baekhyun menyentuh bentuk kotak perutnya dengan satu jari, bergerak naik turun dengan wajah cantik yang menatapnya polos tanpa dosa.

Chanyeol mengangkat tubuhnya dari atas tubuh baekhyun, membuka kemejanya yang masih tersampir dibahu hingga tubuh atasnya toples sempurnya, meninggalkan celana dasar hitam yang melekat di bagian bawah tubuhnya.

Tubuh tinggi chanyeol mengangkat sedikit tubuh kecil baekhyun, membebaskan tubuh kecil itu dari bungkusan bathrobe yang belum sempurna terbuka tadi.

Mata chanyeol berkilat, beda dengan baekhyun yang menatapnya sayu "Aku akan melakukannya selembut mungkin."

Baekhyun menganggukan kepalanya sebagai jawaban, kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain saat chanyeol membuka celana panjangnya.

Paha baekhyun di lebarkan dengan chanyeol yang mengisi sisi tengahnya yang kosong. Chanyeol menyentuh lubang berkerut baekhyun dengan jari telunjuknya, berusaha memasukan sisa cairan baekhyun yang tadi dia muntahkan kedalam lubang hangat itu.

"akhhh..." pekik baekhyun kecil saat merasakan sesuatu melesak masuk kedalam lubangnya.

"Sakit?"

"Tidak, hanya sedikit perih."

Chanyeol tersenyum sebentar sebelum kembali melesakan satu jarinya lagi ke dalam sana.

Baekhyun mengigit bibirnya kuat, dengan kedua tangan yang meremas sisian bantalnya berusaha berharap itu dapat mengurangi rasa ngilu pada tubuh bagian bawahnya.

"eumhhh... eughhh..." leguhnya kecil saat chanyeol melajukan gerak jarinya dengan tempo sedang.

Baekhyun menutup matanya erat, saat jemari chanyeol menyentuh sesuatu yang membuat tubuhnya bergetar hebat, "Ouuhhhh…"

Chanyeol menatap wajah baekhyun sambil tersenyum, merasa jika usaha yang dia lakukan benar-benar membuat pria kecil itu puas.

"Auhhhh..." desis baekhyun tak nyaman.

Chanyeol menarik kedua jemarinya dari lubang berkedut baekhyun, kembali memposisikan tubuhnya di atas tubuh baekhyun dengan kedua tangan kekarnya sebagai penyanggah.

"Lakukan apapun yang dapat membuat rasa sakit mu berkurang." Ujarnya sambil mengecup kening baekhyun dalam.

Baekhyun berusaha melihat kebawah, kearah tangan chanyeol yang berusaha memasukan penisnya ke dalam lubang baekhyun.

"Jangan dilihat."

Baekhyun menaikan kembali pandangannya, kemudian mengangguk sambil tersenyum kepada chanyeol.

"Aarghhhh... " Pekikan baekhyun memenuhi isi kamar, lengan kurus itu mengalung di leher chanyeol dengan jemari yang mencakar kecil punggung lebar itu, berharap bisa melampiaskan rasa sakitnya.

Chanyeol mengecup samping kepala baekhyun lembut, "Sakit? Haruskah kita berhenti?"

Baekhyun menggeleng sebagi jawaban, lubangnya benar-benar terasa panas sekarang serasa dibelah dibelah dua, "Akan semakin sakit jika dikeluarkan."

"Bagaimana kau tau?"

"Luhan mengatakannya kepadaku."

Chanyeol mencium lagi sisi kepala baekhyun, "Tahan eum, sedikit lagi." Ujarnya menyakinkan.

Baekhyun menganggukan kepalanya kecil, lengannya memeluk kuat leher chanyeol menyembunyikan wajah cantiknya di sisian leher chanyeol yang beraroma maskulin.

Mata sipit baekhyun menutup rapat, "Argghhhh... Hiks...hiks..." tangisnya pecah saat kenjatanan chanyeol melesak masuk seluruhnya kedalam lubang sempitnya, rasanya benar-benar panas dan perih, sulit dijabarkan sangking perihnya.

Baekhyun semakin menenggelamkan wajahnya keceruk leher chanyeol, gigi-giginya menancap disana, mengigit kecil daerah itu untuk mengurangi pekikannya.

"Hust... Lihat aku. " panggil chanyeol lembut.

Bahu baekhyun naik turun seiring cegukannya, chanyeol mengusap lelehan liquid bening baekhyun dengan sebelah tangannya, "Maafkan aku." Sesalnya tulus. Baekhyun tak menjawab, sibuk mengatur nafasnya yang terasa sesak karena tangisannya.

"Aku akan berhenti jika kau menginginkannya."

Mata sipit baekhyun mendelik kesal kearah, "Sudah sejauh ini dan kau bilang akan menghentikannya." Ujarnya dengan suara bergetar.

"Hah..."

"Apa kau tidak berfikir, memasukannya saja sudah sesakit itu, dan kau ingin mengeluarkannya lagi."

"Tidak aku hanya-

"Hanya apa? Aku tau ini kita memang baru mengenal hari ini tapi tidak bisakah kau memikirkan posisiku."

"Hey tenang aku-

"Sudahlah, dari awal kau memang tidak berniat-

Humpppp...

Chanyeol membekap bibir baekhyun dengan bibirnya, kemudian melepaskannya saat merasa keadaan si kecil lebih tenang.

"Aku berkata akan berhenti jika kau yang memintanya, kau hanya perlu berkata lanjutkan dan aku akan melanjutkannya. Aku memberimu pilihan karena aku tidak ingin menyakitimu." Chanyeol menghapus peluh di kening baekhyun, "Lihat aku." Ujarnya intens , membuat baekhyun refleks menatapnya.

Chanyeol mengusap pipi baekhyun dengan ibu jarinya, "Aku berkata seperti itu karena aku memikirkan posisimu, kau tau aku, tidak akan merasakan sakit karena hal ini tapi berbeda denganmu, kau akan kesakitan dan aku tidak ingin kau merasakannya." Kecupan lembut mendarat di kedua mata baekhyun.

"Ini memang pertemuan pertama kita, tapi ketahuilah aku tidak pernah berniat menyakitimu ataupun tidak memikirkan posisimu. Ini adalah pengalaman pertama kita, dan aku tidak ingin memberikan kesan yang buruk untukmu." Bibir tebal chanyeol mendarat di hidung baekhyun, kemudia turun ke masing-masing pipi tembamnya, "Kau mengerti." Lanjutnya lagi, sambil menyesap manis bibir baekhyun.

Baekhyun menunduk tak berani menatap chanyeol, terlalu malu dengan semua perkataan kurang ajar yang keluar dari mulutnya.

Wajah baekhyun terangkat ketika chanyeol mendongakan wajahnya lembut, "Kau ingin melanjutkannya?" Tanya pria tinggi itu meminta persetujuan.

Baekhyun kembali memeluk leher chanyeol erat, menyembunyikan wajahnya disana sebelum akhirnya mengangguk kecil sebagai persetujuan.

Chanyeol menyematkan sebuah kecupan di samping kepala baekhyun, menarik sedikit kejantanannya keluar sebelum akhirnya memasukannya kembali.

"Eermhhh…" geraman chanyeol lolos saat lubang baekhyun menjepit erat kenjantanannya.

Chanyeol mempercepat temponya, mencari-cari benjolan sensitive yang akan memberi sensasi nikmat untuk baekhyun.

"Arghhhh… ouhhhh…" pekik baekhyun dengan tubuh bergetar. Chanyeol tersenyum disela kegiatannya, melanjutkan gerakannya hingga kejantanannya menumbuk titik itu berkali-kali.

"Eunghhh... Ahhh... Ahh" desah baekhyun menggema di telinga chanyeol, tubuh kecilnya terhentak-hentak seiring dengan gerakan chanyeol yang semakin menggila.

Chanyeol menumbuk prostat baekhyun berulang kali dengan tempo cepat, membuat pria kecil itu kelimpungan dengan rasa nikmat yang tidak berhenti.

"Eunghh..." suara berat chanyeol bersautan dengan desahan lembut baekhyun, pinggulnya tak berhenti melakukan pergerakannya, seolah tak ada lelahnya.

"eunghh... eunghhh..." baekhyun mencengkram tangan chanyeol kuat, lubangnya menyempit pertanda bahwa ia akan segera mendapatkan pelepasannya kembali.

Chanyeol menurunkan sebelah tangannya, menutup lubang kencing baekhyun tidak membiarkan baekhyun klimaks lebih dulu dari nya.

"eughh... lepas tolong..." ujar baekhyun di tengah frustasinya karena klimaksnya yang tertunda.

Clockkk.. Clokk…

Bunyi penyatuan mereka semakin jelas terdengar, baekhyun menutup mulutnya dengan sebelah tangah, tak kuat untuk terus mendesah dengan kenikmatan yang chanyeol beri. Sementara chanyeol benar-benar fokus mengejar kenikmatannya, ta ingin membuat baekhyun terlalu lama menaha pelepasannya.

Chanyeol membuka jempolnya yang berada di atas penis kecil baekhyun yang memerah, mengocok penis itu cepat tanpa mengurangi gerakan pinggulnya.

"aumhhhh..."

"ermhhhh..."

Desah mereka bersama saat pelepasaan yang nikmat mereka dapatkan.

.

.

Baekhyun mengerjapkan matanya beberapa kali kala suara ponselnya berbunyi terus menerus, ia mencoba bangkit dari posisinya namun terhalang oleh sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya.

Mata baekhyun menatap lekat sosok itu, jemari lentinya menyentuh kedua mata bulat yang tengah tertutup itu, turun kehidung mancungnya, hingga kemudian jatuh menyentuh bibir tebal yang membuat ia kehilangan akal beberapa jam yang lalu.

Sosok yang baekhyun sentuh sedikit mengernyitkan wajahnya, mungkin terganggu dengan kegiatan baekhyun.

Baekhyun menarik jarinya perlahan, kemudian membebaskan tubuh mungilnya dari kungkungan pria tinggi itu. Ringisan baekhyun meluncur tanpa diminta, rasa perih dan ngilu di lubangnya masih benar-benar terasa dan membuatnya tak nyaman, tapi ia harus mengecek siapa yang menelfonnya tanpa berhenti di subuh-subuh begini.

Rona merah menjalar di pipi baekhyun, saat mendapati keadaan ranjang yang tadi ia tempati benar-benar tidak beraturan, ditambah lagi dengan ceceran baju yang tergeletak dilantai.

Baekhyun berjalan menjauh dari ranjang itu, tidak ingin jika suara nya mengganggu seseorang yang tengah tertidur pulas, "Halo..." sapa baekhyun setelah mengangkat ponselnya.

"Baek, akhirnya kau mengangkat." Baekhyun sedikit kaget saat mendengar suara seseorang di seberang telfon, sehun, kenapa dia menelfonku pagi buta begini, gumamnya bingung.

"Junmyeon benar-benar kacau baek."

Baekhyun mengerjapkan matanya bingung, "Ap-apa?" tanyanya tidak mengerti.

"Junmyeon baru saja selesai melakukan pertemuan dengan kepala devisi saat kyungsoo menelfon dan mengabari kau ke bar sendirian."

Baekhyun mengangakan mulutnya saat telinganya menangkap kata-kata sehun diseberang telfon, jika junmyeon bertemu dengan kepala devisi itu artinya pria yang menjadi calon suaminya itu akan mabuk, karena kepala devisinya tidak akan membiarkan satu anggotanya pulang dalam keadaan sadar, gila.

"Junmyeon menabrak pembatas jalan baek-

Baekhyun bergetar ditempatnya, "Ap-Apa maksudmu, jangan bercanda sehun ini tidak lucu sama sekali." Ujarnya panik.

Helaan nafas panjang sehun tertangkap oleh telinga baekhyun, membuat pria mungil itu semakin yakin jika sehun memang benar-benar serius dengan ucapannya, "Beruntungnya junmyeon baik-baik saja tidak ada luka serius."

Baekhyun sedikit bernafas lega dengan perkataan sehun, "Tapi, dia bersih keras ingin mencarimu, aku berani bersumpah jika pergelangan kakinya tidak segera di obati cidera nya akan menjadi serius, setidaknya itu yang di katakan yixing tadi."

"Bisakah aku bicara dengan junmyeon." Tanya baekhyun pelan.

"Kami bahkan mengurungnya di kamar, dia terus berteriak dan mendobrak paksa pintu karna ingin mencarimu, bisakah kau langsung kesini saja."

Baekhyun sedikit menolehkan kepalanya kearah pria tinggi yang tengah bergelung dengan mimpi indahnya di atas ranjang, sedikit rasa tidak rela menyusup di hati baekhyun, apakah ini akan benar-benar menjadi one night stand, fikirnya gundah.

Banyak hal yang memerangkapi pikiran baekhyun, Bagaimana jika pria tinggi itu melupakannya, bagaimana jika ketika mereka kembali bertemu mereka akan menjadi dua orang asing, bagaimana jika ia tidak dapat melihat wajah tampan Itu lagi, bagaimana jika ia tidak dapat mendengar kata-kata manis pria tinggi itu lagi, dan banyak lagi hal yang baekhyun khawatirkan, mungkin akan terlalu cepat untuk baekhyun mengambil kesimpulan jika mengatakan ia memiliki sedikit rasa dengan pria tinggi itu, tapi baekhyun tidak dapat menampik fakta itu, karena memang itulah keadaannya.

Rasanya baekhyun tidak ingin pergi dari tempat ini, namun di sisi lain ia tidak bisa mengabaikan junmyeon, pria yang telah menemaninya dua tahun ini bersamanya, apalagi dengan sisipan rasa bersalah yang bersarang dihati baekhyun sekarang

"Baek." Panggil sehun saat baekhyun tak juga menjawab perkataannya.

"Ah ya, apa kalian di apartemen?"

"Ya, lebih tepatnya apartemen jongin. Cepatlah kesini sebelum junmyeon menghancurkan pintu kamar jongin."

"Baik, tunggu aku 20 menit." Ujar baekhyun sebelum mematikan telfon secara sepihak.

Baekhyun berlari ke arah kamar mandi, mengambil pakaiannya yang berada di gantungan belakang pintu, dan dengan lincah memakaikan pakaian itu ketubuhnya sediri. Baekhyun melewati celana dalamnya dan langsung memakai boxer dan jeansnya tanpa memperdulikan rasa perih di bagian bawah tubuhnya.

Baekhyun berkaca sejenak, melihat bagaimana kondisi nya saat ini, bibir tipis baekhyun berdesis saat dua tanda yang di buat pria tinggi itu terlihat jelas di samping lehernya, dengan cekatan ia mengambil tasnya yang berada di atas toilet duduk, mencari cushionnya sebelum akhirnya memakaikannya pada lehernya sendiri.

Beruntungnya warna ungu itu bisa tertutupi meskipun tidak sepenuhnya, setidaknya itu akan mengelabui orang yang melihatnya, dan menyangka jika tanda itu adalah alergi yang baekhyun punya.

Baekhyun memasukan cushion nya kembali, dilanjutkan dengan ponselnya, ia memeriksa tasnya sebentar setelah merasa semua barangnya sudah lengkap di sana, tubuh kecilnya keluar dari toilet, tidak lupa dengan menyemprot tubuhnya menggunakan parfum kesayangannya.

Pria mungil itu berdiri di samping pria tinggi yang tengah tidur memunggunginya, baekhyun tersenyum kecil saat melihat goresan kuku tajamnya di balik punggung tubuh tinggi itu.

Baekhyun berjongkok di depan sebuah meja disamping ranjang, jemari lentiknya mengambil sebuah buku dan pulpen yang seharusnya menjadi catatan tamu.

Aku harap ini bukan pertemuan pertama dan terakhir untuk kita, aku tidak tau harus menamai hubungan kita seperti apa, tapi satu yang harus kau tau, aku tidak pernah menyesal memberikan ciuman pertamaku padamu, dan aku bahagia bisa bercinta untuk pertama kalinya dengan pria sebaik dirimu, kau berhasil menggoreskan kenangan indah dihatiku. B

Baekhyun kembali meletakan buku itu ditempatnya, berharap jika pria tinggi itu sudi untuk membaca goresan tangannya.

Langkah kaki baekhyun berjalan perlahan kearah pintu, baekhyun menolehkan tubuhnya sebentar, menatap sekali lagi sosok yang tengah tertidur pulas itu dengan senyum tipisnya, "Aku pergi." Ujarnya sambil berlalu keluar ruangan.

.

.

Baekhyun meringis saat berdiri meninggalkan taxi yang ia tumpangi tadi, tubuh kecilnya berjalan perlahan kedalam apartemen jongin.

Seorang penjaga tersenyum saat baekhyun melewatinya sambil menundukan kepalanya sopan, "Ingin ke kamar tuan kim?" tanya penjaga itu, usia nya kira-kira 50ahunan akhir, dan memang sudah akrab dengan teman-teman jongin.

Baekhyun menganggukan kepalanya sedikit sebagai jawaban, penjaga itu tersenyum lalu berdiri dii samping baekhyun, "Paman akan mengantarmu, kau terlihat pucat nak."

Baekhyun tersenyum kecil, "Terima kasih paman jung." Ujarnya sopan.

Mereka memasuki lift bersamaan, tidak ada pembicaraan sama sekali di dalam sana keduanya sama-sama memilih diam, paman jung diam karena tidak ingin mengganggu baekhyun yang terlihat tidak baik, sedangkan baekhyun terdiam karena rasa perih di bagian selatan tubuhnya tidak bisa di ajak kompromi.

Ting...

Pintu lift terbuka di lantai 12, dan untungnya langsung berhadapan dengan pintu aprtement jongin. Baekhyun membungkukan tubuhnya sambil mengucapkan terima kasih kepada paman jung yang sudah mau repot-repot mengantarnya.

Baekhyun memencet bel beberapa kali, hingga akhirnya suara seseorang yang ia kenal terdengar dari bel intercom, "Baekhyun." Sapa kyungsoo.

"Kyung buka pintunya." Balas baekhyun to the point, tidak ingin berada terlalu lama diluar apartement yang menghembuskan udara dingin ketubuhnya.

Cleck...

Baekhyun tersenyum tipis kearah kyungsoo, melangkahkan kakinya masuk langsung menuju kearah kamar jongin yang memang terdengar bunyi gemuruh di dalamnya.

"Keluarkan aku, aku ingin mencari baekhyun keparat." Begitulah teriakan yang baekhyun tangkap dari sana.

Baekhyun mengetuk pintunya dengan perlahan, "Aku disini, bisakah kau tenang." Ujarnya lembut.

Gedoran itu seketika berhenti, baekhyun meminta kunci kamar dari jongin yang berdiri di sampingnya dengan tatapan khawatir.

"Hati-hati baek." Ujarnya saat baekhyun memasukan kunci itu ketempatnya.

Baekhyun menoleh dengan senyun simpul, "Dia tidak akan pernah menyakitiku." Ucapnya percaya diri.

Jemari lentik baekhyun memutar perlahan knop pintu, sedikit mendorongnya hingga pintu itu terbuka.

Mata bulan sabit baekhyun menatap junmyeon yang berdiri dengan keadaan kacau, rambutnya berantakan, mata merah seperti habis menangis, belum lagi dengan keadaan kemeja kotor yang terdapat beberapa sobekan di bagian lengannya, juga kaki yang berhias darah kering di sampingnya, sepertinya pria yang menjadi calon suami baekhyun itu pergi mencarinya tanpa menggunakan alas kaki tadi.

Baekhyun merentangkan kedua tangannya, berjalan maju kemudian memeluk tubuh pria yang didepannya sambil menangis.

Pria itu memeluk membalas pelukan baekhyun erat, "Aku sangat khawatir, kenapa kau pergi? Apa aku melakukan kesalahan lagi?"

Baekhyun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Beberapa orang yang berada di ambang pintu seperti jongin, kyungsoo, sehun, luhan, dan yixing memilih untuk meninggalkan mereka berdua, tidak lupa menutup pintu itu agar keduanya lebih leluasa bicara.

"Kenapa kau mencariku? kau tau kan bagaimana kacaunya kau saat mabuk? kau membahayakan nyawamu." Baekhyun memukuli punggung junmyeon kesal, tidak habis fikir dengan jalan fikiran pria itu. Pelukan baekhyun semakin mengerat, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher junmyeon membiarkan buliran beningnya jatuh mengenai titik itu.

Junmyeon menepuk punggung baekhyun, "Aku baik-baik saja, jangan menangis." Lembutnya perkataan junmyeon membuat baekhyun mengadahkan wajahnya, menatap manik hazel junmyeon yang menatapnya hangat.

"Bagaimana kau bisa berkata baik-baik saja, kau tidak sadar bagaimana penampilanmu saat ini?"

Junmyeon terkikik kecil, tangannya mengusap punggung baekhyun lembut, lalu menjatuhkan bibirnya dihelaian rambut coklat madu baekhyun, "Maafkan aku." Bisiknya kecil.

"Jangan minta maaf, karna aku yang salah disini." Jawab baekhyun semakin mengeratkan pelukannya di pinggang junmyeon.

"Tidak,kau pergi ke bar karna kesalahanku baek."

Baekhyun melepaskan rengkuhannya di pinggang junmyeon, matanya menatap raut wajah junmyeon yang diselimuti rasa bersalah, seolah menyetuji ucapan baekhyun yang menyatakan jika sikap kekanakan baekhyun adalah kesalahannya.

Dada baekhyun berdetak tak nyaman, hingga membuat pria mungil itu merasakan rasa nyeri dan menyesakan disana. "Cukup, jangan membuatku semakin diselimuti rasa bersalah." Ujarnya diiringi isak tangis.

Junmyeon mengelus pipi bulatnya lembut, "Baiklah. Jangan menangis heum."

Baekhyun tersenyum kecil ditengah isakannya, tubuh kecilnya menuntun junmyeon duduk disofa dekat pintu, "Tunggu disini, aku akan mengambilkan air." Ujarnya memerintah.

Baekhyun keluar kamar untuk mengambil sebaskom air hangat dan handuk untuk junmyeon, dengan telaten jemari kecilnya mencampurkan air hangat dan cairan anti septic yang akan ia gunakan untuk membersihkan luka di kaki junmyeon. Senyum baekhyun mengembang puas, dengan santai ia berjalan kembali kekamar jongin, namun langkahnya terhenti saat seseorang memegang pergelangan tangannya.

"Aku perlu mengobati pergelangan kakinya."

Baekhyun memandangi tangannya yang berada di genggaman yixing, "Tidak perlu, aku bisa mengobatinya dengan tanganku." Jawabnya ketus.

Kyungsoo berdiri didepan baekhyun, seolah menghalangi pria mungil itu untuk menemui junmyeon, "Baek ini bukan saatnya berdebat." Ujarnya pelan.

Baekhyun menghembuskan nafasnya kasar, "Aku tidak sedang memulai perdebatan kyung."

"Biarkan yixing mengobati kaki junmyeon, atau cideranya akan semakin parah." Ujar luhan yang kali ini turut andil dalam perdebatan itu.

Baekhyun menatap kedua sahabatnya jengah, "Tidak bisakah kalian percaya padaku, aku bisa mengobati kaki junmyeon meskipun aku bukan dokter sepertinya." Ucapnya dengan nada yang ia naikan karena terbawa emosi.

"Baek-

"Berhenti atau aku pergi." Potong baekhyun saat kyungsoo akan menjawab perkataannya lagi.

"Kenapa kau selalu bertindak kekanakan seperti ini." Oceh luhan kesal.

"Baik aku pergi."

Baekhyun menyodorkan sebaskon air dan handuk kecil ditangannya kepada yixing, lalu berbalik bermaksud untuk meninggalkan apartemen itu.

"Aku yang akan membantu baekhyun mengobati kaki junmyeon, masuklah duluan baek, aku akan menyusul." Ujar sehun sambik memegang pergelangan tangan baekhyun, sedikit mendorong tubuh baekhyun kembali kearah ruangan yang junmyeon tempati.

Baekhyun melirik baskon berisi air hangat itu dengan ekor matanya, kemudian merampasnya kasar hingga air nya sedikit tercecer di lantai.

Baekhyun berjalan perlahan kearah junmyeon yang tengah menutup wajahnya dengan sebelah tangan, tidak ingin membangunkan junmyeo yang sepertinya tengah tertidur.

Tubuh kecil baekhyun berjongkok mengambil posisi duduk dengan kedua lutut sebagai penyangga, junmyeon sedikit tersentak saat merasakan pergerakan di bagian bawah celananya, "Aku kira kau tidur." Ujar baekhyun sambil tersenyum tipis.

Bibir junmyeon membentuk senyum saat mendapati baekhyun yang dengan telaten menggulung celana dasarnya hingga betis, rasa hangat menjalari tubuh junmyeon saat telapak kakinya baekhyun masukan ke dalam baskom yang berisi air hangat.

Baekhyun menggosok lembut pergelangan kaki hingga sela jari kaki junmyeon dengan lembut, menyingkirkan bekas tanah dan sisa darah yang mengering dari sana.

"Arghh..." geram junmyeon saat baekhyun dengan sengaja menekan benjolan di pergelangan kakinya. "Sakit?" tanya baekhyun khawatir.

Junmyeon menggelengkan kepalanya, "Aku hanya kaget."

"Kau kaget karna rasa sakitnya pak tua."

Junmyeon terkekeh dengan omelan baekhyun, ia bangkit dari sandaran kursi, menundukan wajahnya hingga berdempetan dengan wajah baekhyun. "Aku suka kau yang cerewet seperti ini." Ujarnya dengan menyelipkan sebuah ciuman di kening baekhyun.

Baekhyun menutup matanya menikmati sapuan bibir hangat junmyeon di keningnya, desiran perasaan bahagia meluap di hatinya, dia selalu suka saat-saat junmyeon bersikap romantis seperti ini, tapi sayangnya hal ini jarang terjadi, mengingat pria itu selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

"Aku suka kau yang romantis begini." Jawab baekhyun dengan kekehan.

Junmyeon memposisikan kedua tangannya di sela ketiak baekhyun, mengangkat tubuh mungil itu duduk di atas pangkuannya, "Benarkah?" tanyanya dengan senyum jahil

Baekhyun mengangguk malu, "Tapi kau selalu sibuk berkutat dengan pekerjaanmu, kau mengacuhkanku." Adunya manja dengan bibir mengerucut.

Tangan kekar junmyeon memeluk pinggang ramping baekhyun, mengecup pundak si kecil dari luar coat yang dikenakannya, "Maafkan aku." Sesalnya, "Kau pasti banyak menderita?"

"Ya, aku menderita karna merindukanmu." Baekhyun memiringkan sedikit tubuhnya, menyadarkan kepadanya di pundak junmyeon yang hangat,

"Bertahanlah sebentar lagi, aku berjanji akan lebih banyak meluangkan waktuku untukmu saat pernikahan kita." Junmyeon mengelus pundak sempit baekhyun lembut, bibirnya mengecup surai baekhyun berkali-kali, menyesap wangi bunga yang menangkan dari sana.

"Aku pegang janjimu." Ujar baekhyun sembari berbalik memeluk leher junmyeon manja "Aku sangat merindukanmu." Bisiknya kecil yang mengundang kekehan dari junmyeon.

"Aku juga."

Baekhyun menaikan wajahnya hingga bertatapan langsung dengan wajah malaikat junmyeon, "Aku cemburu." Bibirnya mencebik lucu, dengan mata yang berangsur merah menahan tangis.

Junmyeon menaikan sebelah alisnya bingung, "cemburu?"

Baekhyun mengangguk kecil, "Kau lebih banyak menghabiskan waktu di kantor ketimbang apartemn kita, apa itu karena yixing?"

"Apa yang kau bicarakan." Ujar junmyeon sambil terkekeh, hingga tubuh baekhyun yang berada dipangkuannya ikut bergetar.

Baekhyun mendelikan matanya tak suka, "Kenapa? Apa aku salah? yixing pria yang cantik, dia pintar terlebih lagi dia dewasa dan sudah memiliki pekerjaan sedangkan aku, aku kalah jauh darinya. Apa itu yang membuatmu lebih suka bersamanya ketimbang denganku?"

Junmyeon memegang pipi baekhyun dengan kedua telapak tangannya, "Hey, baby look at me." Ujarnya membuat baekhyun menatap dalam kearahnya, "Apa kau fikir aku akan segila ini jika tidak mencintaimu. Kau satu-satunya untukku, tidak ada yang lain."

"Tap-

"Hust..." junmyeon meletakan jari telunjuknya di bibir baekhyun, menyuruh pria mungil itu untuk menghentikan perkataan konyolnya.

Baekhyun bersandar didada junmyeon, biasanya baekhyun akan sangat menikmati saat-saat manjanya dengan junmyeon, tapi entah mengapa dentuman di hati baekhyun sejak tadi mengusik kegiatannya. Rasanya sangat tidak nyaman, menyesakan seperti sedang ketakutan akan sesuatu, dan baekhyun tau benar apa yang menjadi ketakutannya.

"junmyeon~" Panggil baekhyun pelan.

"Kenapa heum? "

Baekhyun mengigit bibirnya pelan, "Aku perlu bukti." Ujarnya memberanikan diri.

"Bukti? Bukti apa?" Tanya junmyeon tanpa bisa menyembunyikan kebingungannya.

"Bukti bahwa kau mencintaiku"

Junmyeon mencium pipi baekhyun sambil tertawa, "Astaga, apa kau masih perlu bukti?" jawabnya tidak percaya, tangan kekarnya memeluk pinggang baekhyun erat, sedang bibirnya mengecupi pundak sempit baekhyun berkali-kali

Baekhyun terdiam sebentar sebelum akhirnya menganggukan kepalanya mantap.

Junmyeon menghentikan kegiatannya saat mendapatkan anggukan dari baekhyun, "Baiklah, aku harus bagaimana?" katanya lembut.

"Cium aku."

"Apa?" Junmyeon membolakan matanya kaget, jujur saja ini bukan pertama kalinya baekhyun meminta dia untuk mencium bibir tipisnya itu, tapi biasanya baekhyun hanya akan memberikan kode bukan berkata blak-blakan seperti ini

"Cium aku, habiskan sisa malam ini denganku."

"Baek~" Tenggorokan junmyeon tercekat oleh air liurnya sendiri, sedang matanya hanya bisa mengerjap bingung kepada baekhyun.

Baekhyun menatap junmyeon gelisah, apakah kau akan menolakku juga kali ini, monolog baekhyun dalam hati.

Baekhyun menarik nafasnya dalam-dalam, "kau tidak mau?" tanyanya lagi, yang hanya dijawab keterdiaman oleh junmyeon.

Senyum kecut baekhyun terpatri di wajah manisnya, ia menarik nafasnya dalam sebelum akhirnya mengutarakan kata-kata yang sejak tadi menggantung di tenggorokannya, "Baiklah aku akan mencari pria yang ma-eumphhh

Ucapan baekhyun terputus saat junmyeon menyatukan bibir mereka tiba-tiba, mata baekhyun membola kaget, menatap lurus kearah junmyeon yang tengah menutup matanya, menikmati lumatan yang ia buat.

Junmyeon menarik bibirnya perlahan saat tidak mendapatkan sedikitpun balasan dari baekhyun, ia membuka matanya lebar dan langsung disambut oleh kerjapan mata bingung dari baekhyun, "Kau terkejut?" kekehan junmyeon mengalun indah di telinga baekhyun, membuat buratan merah melingkupi kedua pipinya.

"Aku bukannya tidak mau menciummu, aku hanya takut tidak dapat mengendalikan diriku saat melakukannya."

"Aku mengizinkannya." Jawab baekhyun tanpa ragu.

"Apa."

"Aku mengizinkanmu, maukah kau menghabiskan sisa hari ini denganku?"

Junmyeon menarik nafasnya perlahan, "Baek kau tau arti ucapanmu barusan? Aku tidak yakin bisa berhenti di tengah-

"Aku tidak akan memintamu berhenti." Ujar baekhyun meyakinkan.

Junmyeon menatap baekhyun dalam, senyum tampan mengembang indah di wajahnya, "Bolehkah." Tanyanya meminta izin.

Baekhyun menganggukan kepalanya, mengalungkan kedua tangan kurusnya di leher junmyeon, menyambut lumatan lembut yang junmyeon berikan untuknya.

"Aku mencintaimu." Bisik junmyeon dengan suara seraknya.

Baekhyun mengadahkan kepalanya, menatap sayu junmyeon sambil tersenyum, "Aku juga mencintaimu."

Semoga apa yang aku lakukan ini adalah hal yang benar, aku mencintai junmyeon dan tidak ingin kehilangannya. Aku harap semua rasa sesak ini akan hilang jika junmyeon menghapus jejaknya dari tubuhku. Aku rasa perkataan kyungsoo tentangku benar, aku adalah jalang, karena mana ada pria baik-baik yang akan membiarkan tubuhnya disentuh oleh dua orang pria dalam waktu kurang dari 24 jam.

.

.

Chanyeol mendudukan tubuhnya di pinggir ranjang, ia memegangi kepalanya sambil meringis, pening menjalar keseluruh bagian kepalanya hingga terasa berdenyut-denyut seperti tengah dipukul dari dalam.

"Ouhh shitt…" Umpatnya saat darah segar mengalir dari hidungnya. Ia melarikan tubuh tingginya kedalam toilet, membersikan lelehan cairan merah itu hingga tak tersisa lagi di wajah tampannya.

Chanyeol mencuci mukanya dengan air yang mengalir, sedikit memberikan kesegaran disana. Matanya memandang pantulan dirinya memalui cermin, tidak ada sesautu yang aneh disana kecuali ia yang tengah bertelanjang bulat tanpa sehelai benang pun.

Kaki panjang chanyeol berlari keluar toilet, memandang bingung ruangan yang ia yakini bukanlah kamarnya ataupun ruang kerjanya, tangannya mengambil bathrobe yang tergeletak dilantai, memakaikan kain itu dengan cepat hingga menutupi tubuh atasnya hingga kelutut.

"Aish… apa yang terjadi." Gumamnya sambil menjambak rambutnya tidak beraturan.

Chanyeol bergerak memunguti pakaiannya yang berhamburan dilantai, matanya menatap intens potongan kemeja dan celana dasar yang ia pakai kemarin, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada sebuah boxer hitam polos dan celana dalam calvin klein yang juga miliknya. Namun, alis chanyeol bertaut bingung saat celana dalam berwarna putih berada yang berada ditangannya bukanlah miliknya, chanyeol sangat yakin karena ukurannya sangat berbeda dengan yang biasa chanyeol pakai.

"Tidak… tidak mungkin kan…" gumamnya berkali-kali.

Chanyeol mengigit bibirnya gugup, ia mengepalkan tangannya mencari keberanian, sambil menarik nafas panjang chanyeol membuang tumpukan pakaiannya dan beralih menuju keranjang. Matanya menatap ranjang dengan seprei putih itu gugup, ia melafalkan doa semoga saja yang ia takutkan tidak akan terjadi, semoga saja tidak terjadi apapun.

Tangan chanyeol menghentakan paksa selimut yang menutupi hampir seluruh permukaan ranjang, ia menghembuskan nafasnya sekali lagi sebelum akhirnya melirik kearah ranjang itu. Mata chanyeol membola kaget, "Darah." Ujarnya terbata.

Chanyeol jatuh terduduk dilantai, jantungnya berdegub kencang setiap kali melihat bercakan darah yang berada di atas ranjang, "Ya tuhan.. apa yang kulakukan." Desisnya pilu sambil menutup wajahnya frustasi.

Drrtt…drtt…

Chanyeol beranjak dari tempatnya, mengangkat ponselnya tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang menghubunginya.

"Yak, park chanyeol, kemana saja kau semalaman hah."

Chanyeol sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga saat teriakan seorang wanita menyapa pendengarannya, "Noona." Panggilnya lesu.

"Ada apa dengan suaramu? Kau stress karena pekerjaanmu lagi?"

Chanyeol menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, meskipun ia yakin saudara perempuannya itu tidak dapat melihatnya. "Noona, sepertinya aku melakukan sesuatu yang fatal." Jawabnya setelah terdiam tidak yakin harus menceritakan masalah ini pada saudaranya atau tidak.

"Maksudmu? Apa yang kau lakukan?" wanita diseberang sana berujar keras.

Bibir chanyeol sedikit berdesis, "Berjanjilah untuk tidak marah." Ujarnya pelan.

"Tergantung, cepatlah bercerita." Bentak wanita itu tidak sabar.

Chanyeol menghembuskan nafasnya dalam, semoga noona dapat memberikan aku solusi, bantinnya meyakinkan. "Aku sepertinya meniduri seseorang semalam." Cicitnya pelan.

Tiga puluh detik berlalu tanpa adanya tanggapan dari seberang telfon, chanyeol menatap telfon genggamnya melihat apakah sambungan telfonnya masih terhubung atau tidak, baru saja ia ingin menyapa teriakan diseberang sana langsung membuat nyalinya ciut.

"APA KAU BILANG? KAU MENIDURI SESEORANG? SIAPA PARK CHANYEOL, YA TUHAN BAGAIMANA KAU BISA SELIAR INI." teriakan frustasi dari saudaranya membuat chanyeol meringis ngeri tak berani menjawab.

Chanyeol hanya diam saat saudara perempuannya itu sibuk berceramah diseberang telfon, ia tidak mempunyai nyali untuk menjawab ataupun memutuskan panggilan itu, karena ia akan terjadi sesuatu yang lebih buruk jika ia melakukannya.

Hembusan nafas panjang terdengar diseberang telfon, "Kau ingat siapa orangnya?" tanya kakaknya setelah memberikan ocehan panjang lebar.

"Aku tidak tau." jawabnya pelan.

"Kau ingat siapa namanya?"

Chanyeol menggelengkan kepalanya kaku, "Tidak." Jawabnya takut-takut.

Sekali lagi chanyeol mendengar bunyi hembusan nafas dalam kakaknya, "Kau tau sendiri apa yang terjadi denganmu, kenapa kau bisa senekat itu untuk melakukannya."

"Aku tidak tau persis apa yang terjadi, tapi seingatku aku benar-benar stress dengan pekerjaanku kemarin. Aku diambang pemecatan noona, itulah kenapa aku memutuskan untuk ke bar, aku ingin menjernihkan fikiran, aku tidak tau jika akhirnya akan seperti ini." ujarnya membela diri.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang, bagaimana jika ada orang yang tiba-tiba datang dan mengatakan ia mengandung anakmu."

"Aku rasa tidak akan noona."

"Kenapa kau bisa begitu yakin?"

Chanyeol menatap tumpukan baju yang ia lembarkan tadi, "Karna sepertinya aku meniduri seorang laki-laki." Ujarnya sedikit tidak yakin.

"Apa? Bagaimana kau bisa tau, kau bilang kau lupa dengan kejadiannya. Apa sekarang kau mencoba membodohiku?"

"Aish.. Noona tenang dulu, dengarkan aku. Saat aku memunguti pakaian yang berserakan dilantai aku menemukan sebuah celana dalam laki-laki, dan itu bukan milikku karna ukurannya yang begitu kecil." Jelasnya pasti.

"Apakah tidak ada hal lain yang tertinggal?"

"Maksud noona?" tanya chanyeol tidak mengerti.

Wanita itu berdecak diseberang telfon, "Sebuah kartu nama, atau surat seperti di film-film." Ujar noonanya kesal, yang chanyeol tebak tengah merengut sekarang.

Chanyeol menolehkan kepalanya kesegala arah, "Aku akan mencarinya nanti."

"Baiklah, selesaikan masalah ini dengan benar." Ujar saudara perempuannya lembut.

Chanyeol menganggukan kepalanya patuh, "Ya, noona."

"Eum, lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Tadi kau bilang kau diambang pemecatan." Tanya noona chanyeol mengalihkan pembicaraan mereka pada topik lain

Chanyeol memijit kecil kepalanya saat kembali mengingat syarat dari direktur perusahaannya, "Ya, tuan choi memintaku untuk mengingat berita yang menjadi tanggung jawabku bulan kemarin, kau tau kan noona kasus menteri ahn jaehyun."

"Ya, aku dengar ada banyak kejanggalan dalam kasus itu, itulah kenapa sedang dilakukan penyelidikan ulang. Kau yakin bisa mengingatnya?"

Chanyeol mengulum bibir bawahnya gugup, mencoba mengingat kejadian satu bulan yang lalu "Aku tidak yakin, tapi kalau tidak salah waktu itu adalah hari rabu, 18 oktober pukul setengah sebelas malam, aku sedang menunggu noona menyelesaikan siaran berita terakhir di depan stasiun tv. Cuacanya sangat dingin hingga aku memutuskan untuk membeli segelas kopi di cafe dekat kantor noona, saat pulang dari membeli kopi itu aku melihat ahn jaehyun sedang menggedor pintu mobil dengan panik, ada banyak orang diluar mobil tapi tidak ada satupun yang membukakan pintu untuknya. Saat itu aku tidak membawa kamera ataupun ponsel karena tertinggal di dalam mobil, beruntungnya aku mengantongi polaroid merah muda noona di saku mantelku, aku memotret mereka tanpa mengingat jika polaroid menghasilkan flash, mereka semua mengejarkan dan yah aku kembali masuk ke cafe bersembunyi disana dan menyimpan hasil fotonya di kantung boneka pajangan cafe." Jawab chanyeol panjang lebar.

"Chan."

"Ya."

"Kau tidak sadar dengan apa yang kau katakan barusan?" Tanya wanita memastikan.

"Apa?" balas chanyeol bingung.

Wanita itu memekik diseberang telfon, "Beritamu, barusan kau mengingatnya chan." Ujarnya dengan nada riang.

Chanyeol membolakan matanya tidak percaya, "Be-benarkan." Ujarnnya tidak yakin.

Suara pekikan saudara perempuannya kembali chanyeol dapatkan, membuat chanyeol ikut mengembangkan senyum tampannya, dengan cepat ia memutuskan telfon itu, mengambil ceceran pakaiannya dan memakainya tanpan perlu membasuh tubuhnya terlebih dahulu.

Chanyeol memperhatikan celana dalam putih yang terjatuh didekat kakinya, tangan kekarnya menggengam kain itu dan bergegas mencari tasnya, ia yakin membawa barang itu karena ia tidak akn pernah meninggalkan tas berisikan cek lima ratus juta won itu di sembarang tempat.

Mata chanyeol menyipit saat melihat tas hitamnya bertengger di depan sebuah meja di samping ranjang, ia memasukan celana dalam putih dan ponselnya kedalam sana.

Matanya melirik sebuah buku diatas meja yang berisikan beberapa baris kalimat, ia mengingat kembali ucapan noonanya yang mengatakan mungkin saja orang yang ia tiduri meninggalkan sebuah surat, lalu dengan cepat ia mengambil buku itu, tanpa membacanya terlebih dahulu karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu.

"Lima ratus juta, aku datang." ujarnya dengan senyum lebar.

.

.

Halo... Haloo

Aku mau menyampaikan sebuah berita kurang enak ni dokjun's father belum bisa aku update karena ada beberapa kendala, pertama laptop aku rusak, sementara file untuk chapter 4 ada disana dan belum aku copy ke handphone atau flashdisk, sumpah aku kesel banget sampe nangis, demi apa aku begadang beberapa hari biar bisa cepet update dan nyapa kalian pake chapter baru, tapi apalah daya tangan tak sampai T_T

Tapi tenang, laptopnya sedang dalam proses perbaikan, semogaajacepet selesai dan filenya masih stay di sana, amin.

Aku sebenernya mikirin beberapa opsi lain, yang sekiranya bisa ngebuat dokjun's fathertetep update, salah satunya adalah ngetik ulang pake hp, tapi setelah aku fikir-fikir kayaknya nggak bisa soalny aku nggak inget apa aja yang udah aku tulis di laptop, dari pada nanti nggak nyambung danBelum lagi aku nulis sampe 6000+ kata guys, bisa keriting tangan aku. Jadi mendingan sabar dulu yah temen-temen.

Huft #tariknafas

Sebagai permintaan maaf aku bawa ff baru untuk kalian, judulnya MEMORY.

Sebernya ini juga Permintaan maaf karena ff dokjun's father belum juga nyampe part ena-ena, dan aku akui di ff ini akan ada banyak adegan 18+ nya jadi untuk yang di bawah umur, tanggung resiko sendiri yah, hahaha...

Oh iya, ff ini juga satu chapternyanggak akan sepanjang dokjun'sfather Rencananya, tapi ternyata aku kebablasan ngetik sampe 10k lebih T_T semoga kalian nggk bosen yah bacanya. FF ini aku tulis pure dari hp yah guys, jadi kalo typonya bertebaran mohon keyboard hp kecil dan jari gue nggak selentik punyanya baekhyun.

Peluk cium dari aku, aku harap kalian tetep menantikan kelanjutan dokjun's father yah, karena semua komentar dan saran yang kalian kasih di ff itu bikin aku semangat terus untuk lanjut nulis. #yuhuuu

Tyasantika_ 8 desember 2018