Aku bermimpi.
Mimpi itu selalu datang setiap hari.
Mimpi yang tak berujung…
Bukit yang diselimuti rumput hijau.
Langit senja berwarna merah, seakan dunia itu dipenuhi dengan warna merah.
Sebuah siluet wajah menghalangi pandanganku.
Ia menangis.
Setidaknya, aku ingin menghapus air mata itu, tapi tangan dan kakiku tak mau bergerak,
dan… aku hanya bisa melihatnya…
Menyakitkan… Begitu menyedihkan…
Mulut kecilnya bergerak…
"Jangan tinggalkan aku!"
…
Bukit Senja
Inspired Kanon © Visual Keys
All characters of Naruto © Masashi Kishimoto
Story by
Vanille Yacchan
Rated T
Warning : AU, DLDR, SASUSAKU
…
CKLIK
"Sasuuuuuu-cwaaaaaaannn~~"
GREP
Pemuda uchiha itu seketika terlonjak. Aura hitam menguar disekelilingnya. Sasuke menghadiahkan death glare pada oknum yang seenak jidat mengganggu waktu tidurnya di hari libur.
"Nii-san!" ucapnya penuh penekanan.
"Hm?" sahut si oknum dengan santai—yang kini kita ketahui adalah kakak tertua di keluarga Uchiha— Itachi masih memeluk kaki Sasuke dengan erat. Kelakuannya ini menimbulkan sebuah perempatan di jidat Sasuke. Sasuke menggeram, bisakah satu hari saja ia beristirahat dengan tenang tanpa gangguan makhluk konyol seperti Itachi? Ah~ sepertinya tidak akan mungkin.
"Menyingkir dariku dan keluar dari kamarku sekarang juga!" desis Sasuke sembari mengusap matanya yang masih mengantuk.
"Dinginnya~~"
Sasuke tahu maksud dari ucapan Itachi, tapi ia tak peduli. Sekarang ia butuh istirahat setelah kemarin seharian membantu mengangkat dan menyusun perabotan rumah. Ya, keluarga Uchiha baru saja pindah ke kota kecil, Amanogawa.
Kota yang masih asri, belum tersentuh dengan bangunan-bangunan besar. Banyak hutan-hutan mengelilinginya, suasananya segar, mungkin lebih tepat disebut seperti pedesaan. Ibunya pernah bilang, kebanyakan orang menyebutnya kota bukit senja. Karena Amanogawa banyak memiliki bukit-bukit. Ketika senja tiba, kita dapat melihat matahari terbenam di atas bukit itu. Bukit yang paling terkenal berada di hutan Kitsune. Di sana juga terdapat sebuah kuil Inari yang cukup besar.
Dulu, ketika berumur lima tahun, Sasuke sudah pernah diajak ke kota ini. Tapi, ia tak memiliki ingatan tentang kota Amanogawa. Ingatannya samar, Sasuke hanya mengingat mengenai ayah dan ibunya mengajak Sasuke ke sebuah kedai mochi. Pemilik kedai mochi itu merupakan kenalan orang tuanya. Sasuke yakin, banyak kejadian yang ia alami saat berada di kota Amanogawa. Mungkin karena dulu ia masih kecil, jadi ia tak mengingatnya lagi.
"Nii-san!" panggilnya sekali lagi. Mata hitamnya menyipit. Itachi tak menangkap isyarat membunuh dari Sasuke. Itachi malah lebih mengeratkan pelukannya, berharap Sasuke kesal, lalu ia cepat-cepat bangun dari ranjangnya.
"MENYINGKIR!" sergahnya. Sasuke merupakan pemuda yang sangat sensitif di pagi hari. Ditambah lagi kelakuan Itachi yang membuat moodnya tak bagus.
Itachi mendesah, ia melepaskan pelukan di kaki Sasuke, "Ya, ya, ya, Ouji-sama!"
Sasuke yang mendengar panggilan itu hanya mampu mendengus, "Lalu… kau mau apa?" sahutnya tanpa basa-basi. Sasuke tahu Itachi repot-repot membangunkannya pasti karena sesuatu.
"Aku ingin kau menemaniku ke Konoha mart!"
Hah?
"OK, selamat tidur!"
Yang benar saja? Itachi benar-benar brengsek. Konoha mart hanya berjarak satu meter dari rumahnya. Sasuke juga yakin Itachi tahu tempat itu, kemudian si sinting ini mengganggu tidurnya dan beralasan ingin ditemani? Seribu persen Sasuke menolak ajakan itu.
"Hei! Jika aku tersesat bagaimana?"
Itu masalahmu! Sahut Sasuke dalam hati. Ia memejamkan matanya. Sementara Itachi menggoyang-goyangkan kaki Sasuke, berusaha sekali lagi membuat Sasuke kesal.
"Jika aku diculik bagaimana?"
Sasuke mengepalkan tinjunya. Benar-benar deh! Ingin rasanya Sasuke menampar Itachi, tapi pemuda itu tahu diri. Berkelahi dengan Itachi sama saja berkelahi dengan beruang besar. Perbandingan yang sangat kontras itu pasti dimenangkan oleh Itachi. Tak punya pilihan lain Sasuke bangun dari tidurnya, ia menghembuskan napas panjang. Melihat itu Itachi tersenyum menang.
"Kau berhutang padaku!"
…
…
"Nee~~ Sasuke. Bukankah kau pernah ke Amanogawa? Bisa kau antar nii-sanmu ini berkeliling kota?"
Saat ini kedua Uchiha bersaudara itu berjalan beriringan menuju Konoha mart. Jalanan aspal sedikit basah, karena kemarin malam hujan turun lebat. Sasuke melangkah dengan gontai. Ia benar-benar tak punya tenaga menyambut suasana pagi hari.
"Tidak mau!" balasnya to the point. Bukan karena alasan Sasuke tak mengingat Amanogawa. Tapi karena ia tak mau menghabiskan tenaganya di hari Minggu hanya menemani Itachi berkeliling kota. Merepotkan saja!
"Cih! Pelit sekali!" jawab Itachi merengut.
"Aku tak peduli!" sahut Sasuke sembari menutupi kepalanya dengan tudung jaket. Semenit kemudian Sasuke menguap. Ia benar-benar lelah.
Melihat keadaan adiknya, Itachi mendesah dan berkata, "Setelah pulang dari Konoha mart akan kutraktir. Jadi bersemangatlah!"
"Hn!" respon Sasuke dengan wajah kesal. Dari tadi Itachi bicara terus, Sasuke ingin perjalanan menuju Konoha mart tenang tanpa ada suara. Ia masih sangat kesal dengan insiden tadi.
Di depan Konoha mart Sasuke menghentikan langkahnya. Itachi yang merasa Sasuke tak mengikutinya lagi menoleh, "Ada apa?"
"Kau saja yang masuk membeli bahan oden. Aku menunggu di sini," sahutnya sembari melipat tangan di dada.
"Jangan! Orang-orang akan mengira ada bakemono yang siap memangsa mereka," jelas Itachi yang melihat wajah Sasuke makin menekuk.
Sasuke mendengus, ia tahu Itachi mengejek tampang kesalnya. Memejamkan matanya sesaat, lalu menghembuskan napas panjang guna menetralisir rasa kesalnya, Sasuke membuka mulutnya, "Sudah sana! Aku akan menunggu di sini! Aku tak akan kemana-mana."
Itachi hanya mengangkat bahu, tanpa berkata apa-apa ia masuk ke dalam Konoha mart.
Akhirnya, pikir Sasuke lega.
Orang-orang yang berlalu lalang di depan Konoha mart menatapnya curiga. Tampang beringas dan ditutupi tudung jaket. Sasuke nampak terlihat seperti ancaman bagi mereka. Mengambil jalan aman, ia pergi dari depan Konoha mart sembari mencari tempat yang sedikit sepi. Sasuke tak peduli jika nanti Itachi kelimpungan mencari keberadaannya.
Di samping mesin minuman otomatis, Sasuke menyandarkan tubuhnya. Menunduk sembari melipat tangan tak lama kemudian Sasuke memejamkan matanya. Terus terang saja Sasuke masih mengantuk. Ia tak peduli jika ketiduran di sini.
Suasananya cukup tenang, Sasuke hampir terbuai dengan semilir angin yang mampu membuat moodnya kembali tenang. Sepertinya kedamaian itu tak akan berjalan lama. Karena sekarang Sasuke dikagetkan dengan sebuah benda yang tiba-tiba menimpuk kepalanya. Ia menggeram, sudah dua kali Sasuke terganggu, dan untuk kedua kalinya ia tak akan memaafkan oknum yang sengaja mengganggu tidurnya.
Sasuke membuka kelopak matanya, mata hitamnya itu kini disuguhkan sebuah objek gadis kecil—yang kira-kira berumur lima belas tahun—berambut merah muda, eh? Tidak salah, kan?. Wajahnya terlihat marah. Kening Sasuke mengerut, memangnya ia salah apa?
"Akhirnya kutemukan juga kau!"
Otak pintar Sasuke mencerna ucapan gadis kecil dihadapannya, seketika tempat sepi itu diisi teriakan OOC Sasuke, "Hah?!"
::To be continue::
Halo~~ ketemu lagi dengan Vanille di sini. Ini ff lama yang membusuk di dalam notebook saya, dengan percaya dirinya saya publish di ffn, padahal masih banyak hutang ff /kraaaaayy/.
Oh, iya! Sebelum ada yang ngomentarin /PD banget wooy/ "kok pendek amat sih?"
Saya bakal jawab, "sengaja saya publish satu chapternya 1k+++ words."
"Kenapa?"
"Karena suka-suka saya ngahahahahaha" /digampar/.
Oke sekian bacotan saya!
Lope u all!
Vanille Yacchan
