Disclaimer : Kalau saya punya SnK, saya nikahkan Rivaille dengan Eren dengan mas kawin seperangkat alat 3D Maneuver Gear dibayar ntar! Untungnya SnK punya Hajime Isayama, jadi bayarnya tunai deh. *abaikan celotehan gak mutu ini*

Enjoy!


Matahari saat itu memutuskan untuk mencurahkan sinarnya kembali, menembus awan-awan putih di hari itu. Langit yang memayungi Headquarters Sekoting—eh, Scouting Legion sudah beberapa hari ini cerah. Kesempatan itu dimanfaatkan para prajurit Special Operation Squad pimpinan Rivaille untuk latihan seperti pertarungan satu lawan satu sampai latihan menari di udara dengan Maneuver Gear.

Dan jika yang memimpin prajurit di HQ itu Rivaille, tentunya kegiatan yang satu ini tidak akan ketinggalan. Bahkan sudah menjadi menu wajib untuk semua yang tinggal di situ.

"Hari ini kita adakan kerja bakti membersihkan HQ. Ayo mulai!"

'APANYA YANG HARI INI!? TIAP HARI JUGA KITA BERSIH-BERSIH MELULU TAU!' teriakan perih dari hati yang terdalam para bawahan langsung keluar kompak. Tanpa suara, pastinya. Minta disuruh jadi umpan Titan?

Jadi yah, kegiatan yang nggak pernah berubah setiap harinya pun kembali dimulai. Para anggota Scouting Legion pun langsung sibuk dengan kegiatan menumpas debu dan kotoran dari muka HQ, sementara sang Kopral sendiri duduk mengawasi di ruangannya sambil makan Yupi.

Dasar manusia kelas 1m 60cm kampret…

Tapi emang apanya yang mau dilakuin Rivaille juga, toh ruangan-ruangan dan koridor di sekitar kamarnya sudah kinclong clong clong dibersihin dia sendiri tiap ada kesempatan. Konon, sampai si Kopral sendiri juga nggak tega mau nginjek dengan sepatunya lagi.

Eh, kok gitu. Nggak keluar-keluar kamar dong dia? Kenapa nggak nyeker aja gitu? Yaelah mana mau dia, ntar malah kakinya sendiri yang kotor. Begitulah Rivaille mengakui ketika ditanya oleh Hanji yang saat itu sedang datang berkunjung.

Emang clean freak ajaib. Ya sudahlah, biarkan sang maha kuasa Rivaille berbuat sesukanya.

Setelah menilik lebih jauh tentang rasa cinta pada kebersihan si Rivaille yang subhanallah, mari kita menuju ke taman belakang yang sudah ditumbuhi rerumputan tinggi. Kita biarkan Rivai berzikir(?) di ruangannya dan temui si bocah setengah Titan yang lagi sibuk meng-exterminate rumput-rumput yang bergoyang. Every single one of them.

Baju Eren sudah dibasahi keringat karena kerja yang keras. Jaket seragam bersimbol sayap unyu itu sudah lama ia tanggalkan, sementara lengan bajunya ia gulung sampai siku. Sekitar dari sejam lalu ia masih berusaha mencabuti rumput-rumput tinggi yang memenuhi taman belakang HQ dan sukses membuat suasana jadi seperti kastil di film horor vampir; tapi ternyata ia masih menjalankan sampai setengahnya saja. Si Tatakae ini pun akhirnya menarik nafas lelah. Jiwa Tatakae-nya menguap bersama keringat *halah*.

"Ugh…topan dulu deh…" keluh Eren sambil menyeka keringatnya dari peluh. Ia lalu pergi mencari bayangan dari bangunan yang terdekat untuk berteduh dan duduk.

Akhirnya setelah istirahat sebentar ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya. Dengan tarikan nafas, ia lalu kembali berjuang ke medan perang yang sengit melawan rerumputan dengan bonus ilalang dan teriknya matahari siang. Sampai tetesan semangat tatakae yang terakhir, sejam kemudian, Eren berhasil melaksanakan misinya untuk *coret*memberantas*coret* mencabuti musuhnya, para *coret*Titan*coret* rumput-rumput yang mengganggu. Kini tujuannya sudah tercapai. Anak remaja itu akhirnya bisa bernafas lega, kelelahan, terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.

Tersesat dan tak tau arah jalan pulang.

"Aku tanpamuuu… butiran de—EREEEEEN!"

Nyanyian itu lalu berubah jadi jeritan histeris Petra yang mendapati seonggok manusia tak bernyawa di taman belakang. Ia melempar sapunya asal dan tidak sadar kalau benda kesayangan Kopral itu sukses mencium muka Auruo yang lagi iseng lewat situ. Dan karena kaget, pria yang tidak teridentifikasi umurnya itu—untuk sekian kalinya—menggigit lidahnya sampai berdarah sebelum akhirnya lari sambil nangis bombay.

Dan lalu terpeleset di lantai yang lagi dipel sama Erd.

Tampaknya hari ini sial banget ya buat Auruo.

Tapi ah, peduli Titan. Eren lagi sekarat!

"Eren! Kamu kenapa!? Ereeeeen siapa yang nanti ngusir kecoa di toilet!?" teriak Petra heboh dan menjadi absurd sambil memeluk badan Eren yang lemas. Dengan dramatis Eren bicara dengan suara yang perlahan hilang. Serak-serak banjir gitu.

"Petra-san…maaf saya belum bayar arisan bulan ini…"

Hati gadis imut berambut cokelat muda itu langsung sakit, "Nyicil aja! Atau bayar bulan depan, bunga 10% ya! Kamu jangan pergi dulu Eren…hiks…" kata Petra lagi, walau sebenarnya Eren juga nggak ngerti kenapa bayar arisan ada bunganya segala. Ya sudahlah, semi momen yang mengharukan ini.

Eren menggenggam tangan kecil Petra, "Maaf…tolong sampaikan pada Kopral kalau persediaan Yupi udah habis… dan tolong sampaikan pada para Titan di luar dinding sana, aku…mencintai mereka…" Oke, dia mulai ngaco. Efek sekarat?

"EREN! Kamu jadi kayak Mayor Hanji! Sadar Eren sadaaaaaar!"

Sementara itu para anggota lain cuma diem ngeliat peristiwa dramatis ala sinetron ini. Lumayan, tontonan gratis. Momen ini pun terus berlangsung beberapa saat tanpa ada orang yang cukup waras untuk menghentikannya.

Namun semua berubah ketika sang Kopral Rivaille menyerang…

Si pria cebol—ehem, pria minim tinggi badan itu datang dengan segala kejayaannya. Lalu dengan selamat sentosa, mengantarkan Eren ke depan pintu gerbang kemerdekaan—aduh. Maaf author ngelantur. Mau tujuh-belasan nih.

Rivaille pun tanpa diduga langsung memberikan Eren 'Fabulous Kick'-nya yang terkenal semenjak dipresentasikan di ruang sidang.

DUAK!

Eren yang merasa familiar dengan tendangan penuh cinta dari Kopral itu segera bangkit dengan posisi bersimpuh sambil memegangi kepalanya. Tapi kali ini giginya nggak patah. Oho, selamat.

Aduh Eren, tapi pikiranmu itu naif sekali.

"Sedang apa kau, bocah sial?" ujarnya horor, "Mesra-mesraan di sini? Kau masih perlu didisiplinkan, rupanya."

"Aku tidak—"

"Push-up. Sekarang."

Eren mau tidak mau menjalankan hukumannya. Ia bersiap di posisi push-up. Yah, biasanya Rivaille memberikan hukuman push-up 10 sampai 20 kali tergantung pelanggaran yang dilakukan anak buahnya. Eren nyengir dalam hati, dia masih mampu kalau cuma segitu doang sih. Bisa karena biasa gitu deh.

"Eren. Lima puluh kali."

ASTAGA.

"Li-lima puluh kali, Sir?" tanya Eren tapi langsung kena pelototan maut dari sang atasan.

"Mau ditambah?"

"Ti, tidak! Sir!"

Eren lalu mulai menghitung dengan Rivaille yang tidak melepaskan pengawasannya. Aura yang dikeluarkan dari pria kecil itu benar-benar mengerikan.

Tapi tidak ada yang sadar selain Petra, bahwa aura yang dikeluarkan Rivaille saat itu mirip…orang cemburu?

"Petra. Kau sudah selesaikan tugasmu?" kalimat Rivaille memecah lamunannya.

"Ah…se, segera, Sir!"

Setelah itu Petra langsung ngacir pergi sambil tertawa kecil. Ah, Kopral satu ini memang tsundere…

Hukuman terus berlangsung. Eren sudah sampai pada hitungan ke-40. Keringat semakin banyak keluar bersamaan dengan energinya yang kian menipis. Belum lagi matahari yang terik ini benar-benar tidak membantu.

Dan tampaknya si Kopral menyadari kondisinya ini.

"Berhenti sebentar, Eren. Tarik nafas dulu. Kuberikan waktu 10 detik."

Eren, tetap di posisi push-up, berusaha mengatur nafas di waktu yang sedikit itu. Tinggal 10 kali lagi. Tatakae, Eren Jaeger!

"Delapan. Sembilan. Sepuluh. Tunggu sebentar, Eren."

Eren bingung menatap atasannya. Cepatlah, teriak Eren dalam hati, sudah nggak kuat nih! Eh, kok ambigu.

Tapi si Jaeger muda terkaget dan semakin tidak mengerti apa yang dilakukan Kopralnya. Eren langsung speechless. Rivaille mendekati Eren, lalu menyuruhnya menyingkir sebentar sebelum akhirnya memposisikan dirinya berbaring di bawah orang yang lebih muda itu.

Sekarang Eren dalam posisi push-up dengan Rivaille berbaring di bawahnya. Wajah mereka hanya berjarak satu lengan Eren. Kepala Rivaille berada di tengah-tengah kedua tangan si pemuda beriris hijau. Darah langsung mengalir deras ke wajah Eren.

"Apa yang kau lakukan, Eren? Lanjutkan. Tinggal 10 kali lagi." titah Rivaille. Eren berteriak kecil karena panik, dan lalu melanjutkan sisa hukumannya.

Eren mau tidak mau menutup erat kedua matanya karena malu. Ketika gerakan turun ia berusaha agar wajahnya tidak mengenai wajah Kopral di bawahnya.

"Empat puluh satu…empat puluh dua…"

Rivaille menatap wajah pemuda yang tepat di hadapannya ini dengan tatapan yang tidak terbaca.

"Empat puluh tiga…"

Chu~

Eren perlahan membuka matanya. Keningnya tadi terasa seperti kena sesuatu.

"Ada apa, Eren? Lanjutkan." Dan entah kenapa suara Rivaille melembut dan bahkan terdengar sedikit…seduktif?

Ah, mungkin cuma perasaan Eren saja.

"E-empat puluh empat, empat puluh lima, empat puluh enam…"

Eren terus berusaha mengabaikan pria yang tepat di hadapannya. Dan rona merah di kedua pipinya.

"Empat puluh tujuh…"

Chu.

Kedua mata Eren terbuka lebar. Menatap iris kelam Rivaille yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dijabarkan. Pipi kanan Eren terasa seperti…

Dicium?

Oh my god. Wajah Eren semakin memerah. Mata Rivaille seakan menyuruhnya untuk melanjutkan, dan dengan jantung yang berdetak cepat (dan jelas bukan karena lelah), Eren kembali bergerak.

"Empat puluh delapan…"

Pipi kiri.

"Empat puluh sembilan…"

Ujung hidungnya.

"Lima pu—Ummmph!"

Bibirnya.

Eren tetap diam di atas badan Rivaille, membiarkan sang Kopral melahap bibirnya. Perlahan ia melepaskan lengan yang menyangga badannya dan rileks di atas badan pria yang menggoda itu, menggerakkannya mengusap rambut raven-nya. Dada Rivaille ternyata sangat kokoh, Eren baru sadar. Walau tingginya kurang, namun badannya benar-benar memiliki susunan otot yang bagus melebihi Eren. Rivaille menjilat, menggigit sedikit bibir bawah Eren agar terbuka, lalu menyapu rongga mulut pemuda imut yang hangat itu dengan lidahnya. Eren pun akhirnya mencoba mencium balik, ikut berdansa dengan lidah sang Kopral, meski masih malu-malu. Rivaille tersenyum kecil.

Tidak perlu dikatakan pun, mereka sudah saling mengerti perasaan masing-masing. Pikiran mereka seperti menyatu saat itu juga.

Setelah ciuman panas selama dua menit Eren menyerah. Ia sudah sangat lemas, kekurangan oksigen. Saliva masih menghubungkan mulut keduanya ketika pemuda itu melepaskan ciuman mereka.

"Li…lima puluh…"

Dan setelah itu Eren terjatuh di badan Rivaille. Mencabuti semua rumput di taman, lalu menjalani hukuman, dan dicium dengan mesra oleh atasannya, membuat pemuda itu sudah tidak bertenaga. Tapi senyuman tersungging manis di bibirnya.

Awan yang besar datang melewati kedua insan ini, membuat bayangan yang teduh bagi mereka. Rivaille mengusap pipi Eren yang sudah jatuh tertidur dalam pelukannya. Bibir ranumnya masih terlihat merah akibat perlakuannya tadi. Rivaille mendengus bangga.

"Tertidur di hadapan atasan, dasar kurang disiplin. Tapi, sudahlah."

Rivaille lalu bangkit, menggendong Eren bridal style, membawanya agak jauh memasuki taman yang sudah dibersihkan pemuda bersurai cokelat itu menuju sebuah pohon besar yang rindang. Ia lalu memposisikan diri bersandar di batang pohon sementara Eren tetap tertidur di pelukannya.

"Not bad."

Dan tidak lama kemudian, Rivaille pun mengikuti Eren ke alam mimpi.

-End-


A/N : ANJIR GUE NULIS APAAAA!? *teriak di dalam mulut Titan*

Saya juga nggak tau ini ide dari mana. Ide push-up sambil make-out itu tiba-tiba aja nongol dan nggak mau pergi sebelum ditulis. Jadi kayak hantu ah. Rivaille di sini bener-bener ngambil kesempatan yaa… dasar om-om mesum *ditebas pedang maneuver gear*

Sekalian, di kesempatan ini saya juga mau mengucapkan selamat Idul Fitri buat yang merayakan! Semoga Ramadhan ini menambah iman kita ya, aamiin. Dan ngumpung sebentar lagi 17-an, saya mengucapkan Dirgahayu buat Indonesia dan para penghuni fandom SnK Indonesia di manapun kalian berada. MERDEKA! *rasa nasionalisme memuncak tiba-tiba* Tetap TATAKAE! Tetap SUSUME! Tetap TSUYOI! *orasi pake toa sambil kibar-kibar bendera merah putih*

Sampai ketemu lagi semuanya~! Terima kasih udah baca~!

Hoping a good day to you all,

mystic rei