Disclaimer: Vocaloid bukan milik Author Rina.

Cerita baru~ cerita baru~ jangan khawatir minna, Rina itu setia dengan RinLen jadi apapun yg terjadi di awal, pasti akan berubah nantinya. Oh, ya, sekalian dikasih genre tambahan Angst, tapi karena cuman muat 2 jadi na ya itu itu~ yg Angst ntar cuman Len soal na~


? ? ? POV


"Terimakasih banyak! Silahkan datang kembali!" ujarku sambil membungkukkan badan kepada seorang pelanggan yang merupakan ibu-ibu rumah tangga.

Ibu itu diam saja dan berlalu, tapi aku bisa melihat dia tersenyum simpul kepadaku. Aku hanya membalas senyumannya sekilas, lalu bergegas melayani pelanggan selanjutnya.

Perkenalkan namaku Kagami Aria Rin. Tidak seperti orang disekitarku pada umumnya, aku memang memiliki dua nama keluarga. Keluargaku yang dulu, yang sekarang sudah tiada semenjak aku masih berumur 3 tahun, memberiku nama Kagami Rin. Tapi, karena aku yatim piatu pada saat itu, ada seseorang yang merupakan orang asing mengadopsiku dan memberiku nama Aria, tapi tanpa menghapus nama keluarga asliku. Eh, tapi lebih baik kalian memanggilku Rin saja kalau bingung.

Err, aku merupakan anak SMA kelas 1, meski umurku sudah 17 tahun dan seharusnya duduk di bangku kelas 3 SMA. Ini disebabkan karena aku pernah dirawat di Rumah Sakit sebanyak 2 kali, masing-masing selama setahun. Yang pertama karena aku menderita jantung yang lemah meski sekarang sudah sembuh pada usia 7 tahun, sementara yang kedua karena aku kecelakaan beberapa tahun yang lalu, dan menyebabkan kedua kakiku lumpuh sementara, tapi sekarang sudah tidak apa-apa dan aku bisa berjalan dengan normal.

Tapi, meski aku lebih tua dari angkatanku 2 tahun, aku tetap terlihat seperti kelas 1 SMA, karena tinggiku yang sama sekali tidak mendukung, serta wajahku yang di cap Loli. Yang jelas, aku sudah sehat walafiat sekarang dan bisa sekolah… dan juga bekerja sambilan meski anak-anak sekitarku masih belum bisa, hehehe.

Aku bekerja sambilan di sebuah mini market kecil dekat rumah dan dikelola oleh keluarga Kamine yang memiliki anak tunggal bernama Kamine Rinto yang merupakan… ahem, pacarku. Rinto-kun memiliki umur 20 tahun, tapi dia terlihat seperti umur 15 tahun karena dia sangat SHOTA!

Ahaha, ahem, jangan bilang siapa-siapa terutama Rinto kalau aku menyebutnya shota. Sebenarnya ini cukup rahasia, tapi tidak apa kuceritakan, karena penyebabnya adalah Ibuku yang sekarang. Ibuku ini bernama Koharu Aria, seorang editor majalah wanita ternama berumur 34 tahun. Dia merupakan seseorang yang sangat workaholic dan juga… shotacon. Karena aku sudah berkumpul dengan Koharu-san (dia menolak kupanggil Ibu) selama 14 tahun, dia berhasil menularkan penyakit shotacon akut miliknya padaku.

Jadi… kalau boleh jujur, awalnya aku tertarik pada Rinto-kun karena dia shota. Tapi itu awalnya, tapi aku benar-benar jadi suka dengannya setelah aku menghabiskan banyak waktu bekerja di tempatnya, dan kebetulan juga Rinto-kun menembakku, jadi aku terima saja. Hubungan kami sudah berlangsung kurang lebih selama 1 tahun lebih 3 bulan. Aku dan Rinto-kun jarang bertemu karena Rinto-kun kuliah di luar kota dan jarang pulang. Jadi, kami berhubungan jarak jauh dengan menggunakan telepon.

"Rin-chan, sudah saatnya tutup!" ujar manajer yang merupakan ayah dari Rinto-kun. Dia merestui hubunganku dengan Rinto-kun jadi kami akrab. Omong-omong, namanya adalah Rinta, Kamine Rinta.

"Baik!" ujarku sambil membereskan kasir dan bergerak untuk menutup minimarket. Setelah aku selesai, aku berpamitan pada Rinta-san dan Ibu Rinto, Rinny-san lalu pulang ke rumah.

Saat aku keluar dari gang belakang mini market dan berjalan keluar dari gang, aku melihat seseorang yang merupakan cowok, yang lewat dan membuatku tertarik dalam waktu singkat.

Dia memiliki rambut berwarna Blonde yang hampir mirip denganku, hanya saja miliknya lebih gelap sedikit. Lalu matanya menyerupai mataku, biru sapphire. Dia tidak terlalu jauh tingginya denganku dan memiliki kulit yang sangat putih dan terlihat halus seperti boneka porselen. Bulu matanya lentik dan matanya bulat dan cukup besar. Potongan mulutnya tipis dan bibirnya terlihat berkilauan seperti memakai lip gloss. Rambutnya yang cukup panjang itu diikat menjadi ponytail kecil, sementara poninya terlihat acak-acakan dan membentuk sesuatu yang tidak kuingat apa.

Kalau saja Koharu-san ada disini dan dia melihat cowok itu, dia pasti meneriakkan hal yang sama dengan yang kupikirkan saat ini.

SHOTA DETECTED!


? ? ? POV yet Again


Aku memukul yang terakhir hingga pingsan dan membanting tubuhnya yang sudah tidak sadar ke tanah. Aku melihat sekelilingku dan menyadari bahwa aku sudah membereskan cukup banyak dari sampah-sampah ini, cukup untuk menyita perhatian polisi jika suatu saat mereka melihat.

Karena malas berurusan dengan polisi, aku berjalan menuju ke rumahku yang terletak tidak terlalu jauh dari lokasi perkelahian yang kutangani seorang diri itu.

Yo, namaku Kagamine Len, umur 14 tahun dan seorang anak badung di sekolahku yang merupakan sekolah ternama di wilayah ini. Tapi, meski aku terkenal merupakan delinquent orang-orang tidak tahu bahwa aku seseorang yang begitulah, karena aku belum pernah sekalipun tertangkap mata polisi. Mungkin setengahnya juga karena wajahku yang kekanakan jadi tidak ada polisi yang percaya bahwa aku merupakan anak badung. Realitas sosial sekali….

Hari ini aku baru saja ditantang oleh anak SMA dari sekolah yang ada disekitar sini, karena aku melewati batas wilayah mereka, sekalian mau balas dendam. Mereka bermain curang dengan membawa kawan, tapi aku tidak memanggil beberapa 'anak buah' milikku, karena bagiku, aku sendiri sudah cukup.

Benar saja, mereka dengan cepat lumpuh dan aku bisa lewat. Tapi, aku menghabiskan cukup banyak waktu bermain dengan mereka hingga malam sudah menjadi larut.

"Meski aku pulang semalam ini, tidak akan pernah ada yang memarahi…" gumamku sambil berjalan menuju rumahku.

Lampu penerangan jalan menyala dengan sedikit redup karena diselubungi oleh hewan-hewan yang tertarik akan hawa panas dan cahaya yang dipancarkan oleh lampu. Di kiri dan kanan, masih banyak bunga sakura yang mekar, karena ini masih pertengahan musim semi.

Namun, aku merasakan pandangan aneh saat aku melewati minimarket yang kulewati, meski tempat ini jauh dari rumah. Salahkan berandalan tadi, sehingga aku harus jalan memutar.

Aku menghentikan langkahku tepat di depan minimarket yang sekarang sudah tutup dan melihat ke belakang. Tidak ada yang mengikutiku… aneh, darimana asalnya perasaan tidak enak ini ya?

Kutolehkan kepalaku ke kiri dan ke kanan, namun tidak menemukan sesuatu yang sepertinya merupakan sumber dari pandangan aneh. Yang ada di sisi kiri hanyalah tembok tinggi, sementara di sisi kanan hanya ada gang buntu yang di dalamnya ada sesuatu dengan warna bagian atas kuning, tengah coklat, dan bawah biru, dan di belakangnya ada gundukan sampah.

Eh… sesuatu dengan warna bagian atas kuning, tengah coklat, dan bawah biru?

Aku melihat ke arah kanan lagi dan baru menyadari bahwa ada seseorang disana dengan rambut berwarna kuning Honey blond, sweater coklat, dan rok kotak-kotak warna biru, lalu pita putih besar di atas kepala dengan warna putih. Wajahnya terlihat berseri-seri dan matanya melihatku dengan tatapan… seram… dan membuat perasaan tidak enak. Beberapa patah kata dariku, dia sumber tatapan aneh itu.

Aku menaikkan alisku memperhatikannya yang tidak bergeming dari tempatnya setelah melihatku. Tapi, mungkin seharusnya aku harus melarikan diri… tapi, sayangnya aku tidak melakukannya dan…

"SHOTAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

…harus berusaha menyelamatkan telingaku yang nyaris pecah akibat teriakannya yang super nyaring itu. Aku menutup kedua telingaku secara spontan untuk mengurangi efek gelombang suara supersonik yang dia keluarkan. Namun, saat aku menyadari keberadaannya, dia sudah berlari untuk mendekatiku, lalu melompat dan memelukku dengan erat seperti boneka alias memperangkapku dalam deathhug yang sangat mematikan. Sial, kenapa aku tadi tidak lari?

"Sudah kuduga… rambut lembut seperti sutra dengan warna yang lembut, mata bulat besar berkilauan, bulu mata yang lentik, lalu kulit porselen, bibir tipis seperti cewek, ukuran tubuh yang pendek, lalu pipi yang chubby kemudian sepasang kaki yang elegan, lalu lengan kecil. Tidak salah lagi… kau adalah shota~" ujarnya sambil memelukku erat-erat. Sepertinya dia mengomentari tentang penampilanku.

Oke, pertama, rambutku tidak seperti itu. Kedua, mataku tidak seperti itu. Ketiga apapun yang dia katakan itu tidak benar, kecuali tubuhku yang memang kecil. Namun yang paling penting…

"AKU BUKAN SHOTA!"


Rina: XDDD Rin bener2 serem deh nyebutin keterangan betapa-shota-na-Len-dan-itu-kenyataan. Oh, ya, Koharu itu nama na Utattemita na Rina (Koharu dengan last name Rina, Aria, jadi Koharu Aria). Kalo pingin tahu silahkan lihat di grup Vocaloid Lovers (Indonesian Only) yang ada di FB.

Oke, sekian dulu deh~ Rina mo pergi dulu! Jaa, sampai jumpa di chapter selanjutnya~ jangan lupa untuk review~