::: My Fiance Is... :::
.
.
By Mei Hyun
.
.
Genre : Romance, lil bit sad
Rate : T
Pair : YeWook
Length : Twoshot (Part 1 of 2)
Warn : GS and like usual
Disclaim : like usual (lagi males ngetik #plakk xD)
.
.
Enjoy reading~
.
.
.
Seorang gadis tengah duduk meringkuk disebelah tempat tidurnya. Kedua tangannya tampak menggenggam sebuah foto dan air mata yang keluar dari kedua pelupuk matanya sejak tadi tidak henti-hentinya turun membasahi kedua pipi putihnya.
"Jongie…" bisiknya lirih sambil memejamkan kedua matanya yang terasa semakin perih karena terlalu lama menangis. "Eotteohke?" gumamnya lagi sambil menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya yang ia tekuk di depan dada.
Masih teringat jelas di benaknya kejadian 3 hari yang lalu, dimana orangtuanya yang tinggal di Jepang selama kurang lebih 4 tahun akhirnya kembali tinggal di kediaman keluarga Kim ini.
Namun, hari yang seharusnya membahagiakan baginya karena kepulangan orangtuanya itu justru membuatnya bersedih dan murung.
Ya… Beginilah pekerjaan Kim Ryeowook selama 3 hari belakangan ini. Putri tunggal keluarga Kim ini terus-terusan mengurung dirinya di dalam kamar. Duduk atau tidur meringkuk di atas ranjangnya, lalu menangis sambil menggenggam selembar foto. Foto yang sudah lama sekali… Foto yang diambil ketika ia masih berusia 8 tahun… Foto terakhirnya bersama seseorang yang sangat dicintai dan diharapkannya sampai saat ini.
"Jongie…" gumamnya lagi sebelum jatuh tertidur karena kelelahan menangis.
.
.
-Flashback-
"Kami pulaaang…"
"Eommaa… Appaa…" Ryeowook yang baru saja akan turun dari kamarnya di lantai dua langsung saja berlari menuruni tangga dan menghampiri kedua orangtuanya yang hampir 5 bulan ini tidak dijumpainya.
"Aigo… Hati-hati sayang" pesan nyonya Kim saat melihat anaknya terburu-buru menapaki satu persatu anak tangga.
"Aku merindukan eomma" Ryeowook yang sudah menapaki lantai dasar di rumah itu langsung menerjang sang ibu dan memeluknya erat-erat.
"Aish… Anak ini… Nado sayang" Nyonya Kim yang ingin memarahi Ryeowook akhirnya mengurungkan niatnya tersebut saat ia merasakan pelukan erat sang anak pada tubuhnya.
"Apa kau tak merindukan appa hm?" goda tuan Kim sambil tersenyum jahil melihat momen ibu dan anak itu.
"Aku juga merindukanmu appa" Ryeowook langsung berpindah untuk memeluk tubuh ayahnya.
"Nado sayang" balas tuan Kim sambil terkekeh pelan melihat tingkah putri semata wayangnya itu. "Bagaimana harimu nak?" tanya tuan Kim saat Ryeowook melepaskan pelukannya.
"Tidak pernah sebaik ini appa" jawab Ryeowook sambil tersenyum senang. "Aku senang kita akan tinggal bersama lagi di rumah ini" ucapnya gembira.
Nyonya Kim segera memeluk putrinya itu lagi. "Maafkan kami karena kami sudah meninggalkanmu selama hampir 4 tahun ini. Eomma dan appa berjanji kita tidak akan tinggal terpisah lagi. Kita—"
"Eomma…" Ryeowook mengelus lembut punggung ibunya. "Aku sangat mengerti dengan alasan mengapa eomma dan appa tinggal di Jepang selama hampir 4 tahun ini, jadi berhentilah meminta maaf seperti ini padaku" ucap Ryeowook sambil tersenyum lembut pada kedua orangtuanya. "Lagipula aku sudah besar, sudah sepantasnya aku belajar mandiri dengan tinggal sendiri seperti ini"
Tuan Kim mengulas senyumnya. "Terima kasih nak… Kau memang putri appa yang paling hebat!" ucap tuan Kim sambil mengacak surai lembut putrinya.
"Yaa~ Appaa~ Tentu saja aku ini putrimu yang paling hebat. Memangnya appa punya berapa putri?" ucap Ryeowook dengan wajah cemberut.
"Hahahaha… Mianhae… Tentu saja hanya dirimu seorang putriku sayang" gurau tuan Kim sambil tertawa, yang membuat nyonya Kim juga ikut tertawa melihat wajah cemberut putrinya yang menurutnya sangat lucu sekaligus imut itu.
Ya… Beginilah Ryeowook dan ayahnya ketika nyonya Kim kembali merasa bersalah karena telah membiarkan Ryeowook hidup sendirian di Seoul. Mereka berdua akan bekerja sama membangun suasana hangat untuk menghilangkan suasana tak enak tadi. Hubungan anak dan ayah yang hebat bukan?
"Eum… Nak… Seminggu lagi ulang tahunmu, bukan?" tanya nyonya Kim tiba-tiba ketika ia baru saja menghentikan tawanya.
"Eum… Ne eomma" angguk Ryeowook. "Ada apa?"
"Eomma dan appa akan memberikan kado yang sangat spesial untukmu… Eomma yakin, kau pasti akan menyukainya" ucap nyonya Kim antusias.
"Huh? Memangnya apa yang akan eomma dan appa berikan untukku?" Nyonya Kim tersenyum lembut saat melihat anak semata wayangnya itu menatapnya dengan raut wajah penasaran.
"Eum… Tunggu sebentar" Nyonya Kim mengambil tas tangannya dan membukanya. Tangannya ia masukkan ke dalam tas tangannya itu dan mencari-cari benda yang ingin diambilnya dari dalam sana. "Ini" ucap nyonya Kim sambil menyodorkan benda itu pada Ryeowook.
"Foto?" Ryeowook mengernyitkan dahinya saat melihat benda yang disodorkan ibunya itu. Dengan perasaan ragu, ia menerima benda itu dari tangan sang ibu dan melihat sosok yang tercetak di kertas itu. "Ini siapa?" tanyanya ketika ia merasa sangat asing dengan wajah yang tercetak disana.
"Kau menyukainya?" tanya sang ibu dengan senyum penuh harap.
"Eum… Yah… Dia cukup tampan" jawab Ryeowook seadanya. "Tapi ini siapa eomma?" tanya Ryeowook lagi.
"Seminggu lagi kau akan bertunangan dengannya" jawab tuan Kim.
"APA?" Ryeowook terkejut mendengarnya. Ia menatap kedua orangtuanya dengan pandangan tak percaya. "Apa maksud—Ah… Eomma dan appa pasti sedang mengerjaiku, bukan? Ayo mengaku saja"
"Sayang… Kami serius" ucap nyonya Kim dengan sorot mata kecewanya.
"Tapi eomma, eomma tahu sendiri bukan kalau selama ini aku—"
"Apa yang kau harapkan dari laki-laki yang bahkan sudah menghilang dari kehidupanmu sejak 15 tahun yang lalu?" potong tuan Kim.
"Tapi appa, dia sudah berjanji padaku untuk kembali dan melamarku jika ia sudah sukses. Dia pasti—"
"Kau bahkan tidak pernah berhubungan lagi dengannya selama 12 tahun walau hanya dengan selembar kertas" potong tuan Kim lagi. "Bisa saja dia sudah melupakanmu dan sudah hidup bahagia bersama orang lain"
"Tidak appa… Itu tidak mungkin… Jongie—"
"Nak… Appa menghargai perasaanmu terhadap laki-laki itu selama 15 tahun ini… Tapi apa kau tak pernah berpikir jika ia akan melupakan janjinya padamu? Bayangkan... 15 tahun kau tidak pernah bertemu dengannya bahkan tidak pernah bertukar kabar sedikitpun dengannya selama 12 tahun… Bagaimana bisa kau tetap merasa se-yakin ini jika laki-laki itu akan kembali dan melamarmu?" ucap tuan Kim berusaha memberikan pengertian.
Ryeowook hanya diam sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia berusaha untuk mengerti dengan setiap ucapan yang keluar dari bibir ayahnya itu.
"Kau tahu? Appa hanya menginginkan semua yang terbaik untukmu" Tuan Kim mengelus kepala putrinya itu dengan lembut. "Lihat" Tuan Kim mengangkat tangan kanan Ryeowook yang menggenggam foto yang tadi disodorkan oleh nyonya Kim pada Ryeowook. "Laki-laki di foto ini tampan bukan?"
Ryeowook hanya mendongakkan wajahnya untuk menatap foto itu.
"Namanya Kim Yesung… Dia anak teman dekat appa" ucap tuan Kim menjelaskan. "Dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Dia juga tipe orang yang setia dan sudah hidup mapan dengan hasil jerih payahnya sendiri. Apa kau tidak tertarik dengannya?"
Ryeowook memejamkan matanya erat-erat. "Tapi appa… Jongie—"
"Appa melakukan hal ini karena Yesungie menyukaimu tepat setelah appa memperlihatkan fotomu padanya untuk pertama kalinya. Dan appa pikir kau pasti akan bahagia jika hidup bersama laki-laki seperti dirinya" tuan Kim tersenyum miris melihat wajah putrinya yang tiba-tiba terlihat sendu. "Appa harap kau tidak mengecewakan appa" Tuan Kim menepuk bahu Ryeowook sekilas sebelum ia mengajak nyonya Kim untuk beristirahat di kamar mereka.
"Jongie…" gumam Ryeowook lirih dengan setetes air mata yang lolos dari pelupuk mata kanannya.
-Flashback end-
.
.
Seorang gadis tampak melamun di taman kecil yang ada di belakang rumahnya. Ia duduk melamun di bangku taman sambil melihat ikan-ikan yang berseliweran di dalam kolam ikan kecil yang ada dihadapannya dengan tatapan kosong.
Jongie… Jongie… Jongie…
Hanya nama itu yang terlintas dipikiran gadis bernama Kim Ryeowook itu hingga sebuah tepukan pelan dibahunya menyadarkannya dari lamunannya.
"Kau melamun?" tanya seseorang yang menepuk pelan bahu Ryeowook tadi.
"Sungmin eonni?" Ryeowook mendongakkan wajahnya. Ditatapnya wajah berparas cantik sekaligus imut itu sebentar sebelum ia mengerjapkan kedua matanya.
"Aigo… Lucunya~" gurau gadis bernama Lee Sungmin itu sambil memposisikan dirinya duduk disebelah Ryeowook setelah sebelumnya mencubit sebentar kedua pipi Ryeowook.
"Sakit…" Ryeowook mengusap kedua pipinya yang sedikit memerah karena cubitan Sungmin tadi. "Kenapa eonni bisa berada disini?" tanya Ryeowook sambil meluruskan kakinya yang sedari tadi ia tekuk.
"Apa aku tidak boleh berkunjung ke rumah adik sepupuku sendiri?" Sungmin mencolek pipi Ryeowook dan terkikik geli melihat Ryeowook mengerucutkan bibirnya. "Aku hanya bercanda" ucapnya sambil memeluk tubuh Ryeowook dari samping.
"Hmm" angguk Ryeowook sambil membenahi posisi duduknya. "Apa eomma yang menyuruhmu datang kemari, eonni?"
Sungmin tersenyum sebentar sebelum ia mengalihkan pandangannya ke kolam ikan kecil yang sejak tadi menjadi objek pandang Ryeowook. "Tidak juga… Karena aku pun berencana untuk datang kemari besok" ucap Sungmin sambil mengayun-ayunkan kakinya. "Tapi karena tadi bibi menelepon dan memintaku untuk datang kemari, ya sudah… rencana besok terpaksa kumajukan menjadi sekarang" ucap Sungmin setengah bercanda.
"Hmm… Sudah kuduga…" angguk Ryeowook. "Apa eomma sudah memberitahumu tentang sesuatu yang akan terjadi 3 hari mendatang?" tanya Ryeowook sambil melirik Sungmin sebentar.
"Hmm… Ulang tahunmu… Akan diadakan acara pertunangan… Benar?" tanya Sungmin memastikan.
"Ne" anggguk Ryeowook. "Tapi—"
"Aku mengerti" Sungmin melingkarkan tangannya di bahu Ryeowook. "Aku tahu dan aku sangat mengerti dengan permasalahan yang sedang kau hadapi. Tapi—"
Ryeowook tiba-tiba menolehkan wajahnya dan menatap Sungmin dengan pandangan marah sekaligus melepas rangkulan tangan Sungmin dibahunya. "Apa kau juga akan menyuruhku untuk berhenti mengharapkan Jongie, eonni? Apa kau juga akan mengatakan hal yang sama dengan apa yang appa dan eomma katakan padaku?"
Sungmin memejamkan matanya sebentar sambil menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ia cukup mengerti dengan keadaan Ryeowook dan ia sangat memahami sifat keras kepala adik sepupunya itu.
"Dengarkan aku… Aku sangat memahami bagaimana perasaanmu tapi—"
"Tapi apa eonni? Dari cara bicaramu saja aku sudah tahu kalau kau pasti akan menyuruhku berhenti mengharapkan Jongie dan menyuruhku untuk mau menuruti permintaan appa dan eomma untuk bertunangan dengan Kim Yesung itu. Apa lagi yang harus kumengerti?"
Sungmin menghela nafasnya. "Tolong dengarkan aku dulu" Sungmin membawa kedua tangan Ryeowook ke dalam genggaman kedua tangannya dan mengelusnya perlahan. "Kau ingat keadaanku 2 tahun yang lalu? Saat diriku dipaksa bertunangan dengan orang yang tak kukenal? Aku pun merasakan apa yang sedang kau rasakan saat ini... Aku marah, sedih, kecewa, semuanya... Aku bahkan berniat melarikan diri dari rumah saat itu" Sungmin menatap kolam ikan tersebut dengan pandangan menerawang. "Kau tahu? Aku sudah berulangkali mengatakan pada eomma dan appa jika aku memiliki seseorang yang aku cintai meskipun aku tak memiliki hubungan apa-apa dengan orang yang kucintai itu—"
"Tapi kau sangat beruntung karena yang ditunangkan padamu ternyata orang yang kau cintai itu" Ryeowook memandang Sungmin lekat-lekat. "Tapi aku? Aku benar-benar tidak mengenal orang ini. Dan janji yang kubuat dengan Jongie... Aku yakin sekali jika dia pasti akan segera datang... Hiks..."
Runtuh sudah pertahanan Ryeowook. Air mata yang sudah ditahannya sedari tadi akhirnya kembali turun membasahi kedua pipinya yang kini terlihat lebih tirus dari saat orangtuanya pulang dari Jepang beberapa hari yang lalu.
"Aku tidak mau ditunangkan dengan orang bernama Kim Yesung itu eonni... Aku tidak mau... Hiks..."
Sungmin hanya bisa memeluk tubuh adik sepupunya itu erat-erat sambil mengelus punggungnya berulang kali. Ia benar-benar kasihan melihat saudara yang paling disayanginya ini terlihat begitu rapuh seperti ini.
"Sayang, dengarkan aku" Sungmin melepaskan pelukannya pada tubuh Ryeowook dan menangkup kedua pipi Ryeowook dengan kedua tangannya. "Kau tahu jika kedua orangtuamu sangat menginginkan kau bertunangan dengan orang yang bernama Kim Yesung itu bukan?"
Ryeowook mengangguk dengan air mata yang masih menetes dari kedua matanya.
"Kau hanya akan bertunangan dengannya, bukan menikah. Jadi apabila kau merasa benar-benar tidak cocok dengannya, kau boleh memutuskan tali pertunangan kalian" Sungmin mengulas senyum terbaiknya, mencoba untuk memberi pengertian pada Ryeowook yang masih saja meneteskan air matanya. "Cobalah untuk menjalaninya terlebih dahulu. 3 bulan mungkin? Aku akan selalu mendukung apapun keputusanmu kelak setelah kau menjalani hubungan pertunangan itu dengan Kim Yesung" Sungmin mengeluarkan sapu tangannya dan menghapus air mata di kedua pipi Ryeowook secara bergantian.
"T-tapi eonni—"
"Jangan khawatir... Semua pasti akan baik-baik saja. Dan untuk Jongie-mu itu... Mmm... Mungkin aku bisa meminta bantuan Kyuhyun untuk menyelidiki dimana keberadaannya saat ini dan bagaimana ia sekarang"
Mendengar ucapan tersebut, Ryeowook segera memeluk tubuh Sungmin dengan erat. "Gomawo eonni... Jeongmal gomawo... Kau memang satu-satunya orang yang paling mengerti diriku"
Sungmin tersenyum mendengarnya. "Cheonmaneyo" balas Sungmin sebelum mereka saling melepaskan pelukan mereka. "Kalau begitu ayo kita makan! Bibi bilang kau belum makan sejak kemarin malam. Apa jadinya jika 3 hari yang akan datang kau malah jatuh sakit?"
"Biar saja! Bagiku 3 hari mendatang itu—"
"Ryeowookie"
"Ne eonni, mianhae" Ryeowook menundukkan wajahnya. "Aku akan mencobanya"
"Fighting sayang" Sungmin menepuk bahu Ryeowook lembut. "Jja! Sekarang ayo kita ke ruang makan. Tadi aku mampir membeli jjangmyeon sebelum aku datang kemari"
Mata Ryeowook berbinar cerah saat Sungmin mengatakan hal tersebut. Jjangmyeon adalah salah satu makanan favoritnya.
"Ayo!" Ryeowook segera menyeret Sungmin ke ruang makan dengan langkah cepat yang membuat Sungmin terkikik geli melihat perubahan sikap Ryeowook.
.
.
"Dengan ini kalian resmi bertunangan"
Terdengar tepuk tangan dan seruan riuh dari para undangan yang hadir pada pesta malam itu. Ya... Pesta ulangtahun Ryeowook sekaligus pesta pertunangan dirinya dengan namja bernama Kim Yesung, namja pilihan kedua orangtuanya.
Ryeowook terlihat memaksakan senyumnya, sedangkan namja yang bernama Kim Yesung tersebut terlihat tersenyum bahagia.
Sungmin yang melihat keadaan adik sepupunya tersebut tersenyum miris. Dalam hati ia berjanji akan secepatnya menemukan namja bernama Jongie yang kehadirannya telah dinanti-nantikan begitu lama oleh saudara yang begitu disayanginya tersebut.
"Kau baik-baik saja?"
Ryeowook tampak sedikit terkejut ketika sebuah tangan tiba-tiba saja merangkul dirinya. "U-umm... Iya Yesung-ssi" Ryeowook bahkan tidak sadar jika dirinya sempat melamun selama beberapa saat tadi. "U-umm... Maaf... Tanganmu..."
"Ah..." Yesung refleks melepaskan rangkulannya pada bahu Ryeowook saat ia menyadari apa yang telah ia lakukan pada gadis yang bahkan belum genap 2 hari dikenalnya secara langsung tersebut. "Mianhae... Aku tidak bermaksud—"
"N-ne... Tidak apa-apa" potong Ryeowook sebelum ia meminum minuman yang ia pegang sedari tadi. Demi boneka-boneka kesayangannya, ia benar-benar benci dengan situasi awkward seperti ini. Ingin sekali rasanya ia mencari Sungmin, menariknya ke bagian lain dari rumah tersebut, lalu menangis sejadi-jadinya di pelukan hangat kakak sepupunya tersebut. Tapi ia berusaha untuk menahan keinginannya itu karena ia tak enak dengan Yesung dan kedua orangtuanya yang jauh-jauh datang dari Jepang demi acara yang sebenarnya sangat tidak diharapkannya ini.
"Umm... Ryeowook-ssi, aku tahu jika sebenarnya kau tidak nyaman dengan ini. Tapi, bisakah kau mencobanya terlebih dahulu?"
Ryeowook yang tadinya menundukkan kepalanya perlahan mendongak dan menatap Yesung dengan pandangan tak mengerti. "Maaf?"
"3 bulan... Apa itu cukup bagi kita untuk saling mengenal lebih jauh? Kalau dalam jangka waktu tersebut kau tidak merasa cocok denganku dan begitu pun sebaliknya, kita putuskan tali pertunangan ini. Bagaimana? Aku tidak mau jika hubungan ini malah akan menyakiti kita berdua bila diteruskan ke jenjang yang lebih serius suatu hari nanti"
Ryeowook terlihat berpikir sejenak sebelum ia kembali menatap Yesung dengan tatapan serius. "Baiklah... Aku setuju" Ryeowook mengangguk. "Terima kasih atas perhatianmu. Aku tak menyangka kau akan mengatakan hal ini padaku"
Yesung mengulas senyumnya. "Appa-mu sudah menceritakan tentang masalahmu padaku dan aku bisa memahaminya. Oleh karena itu aku mengatakan hal ini padamu. Dan mengenai orang yang bernama Jongie itu, jika dalam waktu 3 bulan tersebut kau benar-benar merasa tidak cocok denganku, aku berjanji akan menemukannya untukmu"
Ryeowook mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"
"Karena aku mencintaimu"
.
.
-Bulan Pertama-
Ini adalah akhir minggu. Ryeowook membersihkan dan menata rapi kamarnya yang terlihat sedikit berantakan karena kesibukan kuliahnya beberapa hari belakangan ini membuatnya malas untuk merapikan kamarnya seperti hari-hari biasanya.
"Ah!" Ryeowook terpekik kaget ketika tangannya tak sengaja menyenggol sebuah pigura kecil berbahan plastik, yang mengakibatkan pigura tersebut terjatuh ke lantai. "Untung saja bukan kaca" Ryeowook mendesah lega. Ia benar-benar malas jika ia harus membersihkan lantai kembali jika saja pigura tersebut menggunakan kaca sebagai bahannya.
Ia mengambil pigura tersebut dan membaliknya untuk melihat foto yang terpajang disana, dan ia tertegun ketika melihat foto tersebut.
Itu adalah foto yang diambil hampir sebulan yang lalu. Foto dimana ia merayakan ulangtahunnya sekaligus pesta pertunangannya dengan Kim Yesung. Dan ia masih ingat kata-kata Yesung waktu itu. Kata-kata yang membuatnya lega karena laki-laki itu mau memahaminya dan kata-kata yang membuatnya terkejut.
Ya... Ryeowook masih ingat jika laki-laki tersebut mengatakan perasaannya padanya. Namun sampai saat ini laki-laki tersebut tidak menyinggung tentang hal itu lagi. Ia bahkan terkesan begitu berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata jika mereka berdua memiliki janji bertemu atau hanya sekedar jalan-jalan berdua.
Drrt... Drrt...
Getaran ponsel yang cukup kuat tersebut menyentak Ryeowook kembali ke alam sadarnya. Ia segera meletakkan pigura tersebut ke posisinya semula dan melangkah menuju meja rias, tempat Ryeowook meletakkan ponselnya.
From Yesung
Aku merasa jenuh dan ingin refreshing sejenak. Tapi aku tidak suka pergi sendirian. Apa kau sibuk? Bisakah kau menemaniku?
Ryeowook berpikir sejenak sebelum jari-jarinya mengetikkan sesuatu di layar ponsel tersebut.
To Yesung
Aku tidak sibuk. Kebetulan aku baru saja selesai membersihkan kamarku. Aku bisa menemanimu.
Ryeowook sudah akan meletakkan ponselnya kembali sebelum layar ponselnya yang sebelumnya telah menghitam kembali terang dan menampilkan adanya satu pesan masuk.
From Yesung
Aku akan menjemputmu. Bersiap-siaplah. Aku akan datang setengah jam lagi.
Setelah membaca pesan tersebut, Ryeowook segera meletakkan ponselnya ke tempatnya semula dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
.
.
"Pantai?" Ryeowook bergumam pelan ketika pandangannya menatap hamparan air yang begitu luas dengan gelombang yang tidak begitu besar.
"Hmm. Kau suka?" tanya Yesung sambil melirik Ryeowook yang duduk disampingnya.
"Ya. Sudah lama sekali aku tidak ke pantai" jawab Ryeowook jujur, yang membuat Yesung tersenyum simpul.
"Ayo" ajak Yesung setelah ia memarkirkan mobilnya dan membukakan pintu mobilnya untuk Ryeowook.
"Gomawo" ucap Ryeowook yang hanya dibalas anggukan oleh Yesung.
Mereka berdua berjalan berdampingan. Namun tidak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan sejak tadi. Ryeowook berjalan dengan kepala yang sedikit menunduk. Sedangkan Yesung yang sudah beberapa kali mencuri pandang ke arah Ryeowook sejak tadi tampak bingung ingin membicarakan hal apa dengan gadis yang berjalan disampingnya itu.
"Emm... Ryeowook-ah, bagaimana kalau kita duduk disana?" Yesung menunjuk spot yang ia maksud pada Ryeowook.
"Emm... Boleh..." sahut Ryeowook seadanya.
'Benar-benar suasana yang awkward' batin mereka berdua dalam hati.
"Bagaimana ujianmu?" tanya Yesung tiba-tiba pada Ryeowook ketika mereka berdua baru saja mendudukkan diri mereka di atas salah satu bangku yang tersedia di pinggiran pantai tersebut.
"Hasilnya lumayan" sahut Ryeowook. "Oppa sendiri bagaimana? Apa oppa betah tinggal disini?" tanya Ryeowook sambil melirik laki-laki yang duduk disebelahnya tersebut.
Yesung mengulas senyum tipisnya sambil menatap laut yang ada dihadapan mereka berdua dengan pandangan menerawang. "Aku lahir dan tinggal di kota ini hingga aku berumur 15 tahun sebelum aku dan keluargaku pindah ke Jepang, jadi aku tak perlu bersusah payah untuk bisa beradaptasi walau nyatanya sudah banyak yang berubah baik dari segi tatanan kotanya maupun gaya hidup masyarakatnya"
Ryeowook mengangguk. "Kupikir kau tinggal di Jepang sejak lahir" gumamnya.
"Tidak" Yesung beralih menatap Ryeowook. "Aku pindah karena waktu itu perusahaan keluargaku yang ada di Jepang mengalami masalah yang cukup besar dan hampir bangkrut. Kakekku menyuruh appa untuk menanganinya sehingga kami sekeluarga terpaksa pindah ke Jepang karena masalah tersebut tidak bisa diselesaikan dalam jangka waktu 1 sampai 3 tahun. Perlu waktu sekitar 5 tahun untuk menyelesaikannya dan membuatnya kembali stabil" jelas Yesung yang dibalas anggukan oleh Ryeowook.
Mereka berdua kembali terjebak dalam keheningan setelah pembicaraan tadi. Yesung yang paling tidak suka dengan suasana semacam ini berdehem pelan sebelum bibirnya terbuka untuk mengucapkan sesuatu.
"Eum... Ryeowook-ah... Maaf sebelumnya... Tapi mengenai laki-laki yang selalu kau nantikan selama 15 tahun ini... Eum... Bisakah kau menceritakan tentangnya padaku? Siapa tahu informasi mengenai dirinya darimu bisa kujadikan patokan untuk mencarinya"
Ryeowook menghela nafasnya sejenak sebelum ia menuruti permintaan Yesung untuk menceritakan laki-laki yang kehadirannya begitu ia nantikan sejak dulu. "Aku selalu memanggilnya Jongie. Aku tidak tahu nama lengkapnya, yang kutahu dia bermarga Kim, sama sepertimu" Ryeowook mengawali ceritanya. "Aku lahir di Incheon dan tinggal disana sampai aku berumur 12 tahun sebelum aku pindah ke kota ini. Jongie adalah teman masa kecilku yang begitu akrab denganku. Rumahnya bersebelahan dengan rumahku. Setiap hari aku selalu bermain bersamanya walaupun dia lebih tua dariku dan berjenis kelamin berbeda denganku"
"Apa tidak ada anak yang berjenis kelamin dan berumur sama denganmu ketika itu?" tanya Yesung penasaran.
"Ada... Bahkan lebih dari 2 orang seingatku. Tapi entah kenapa aku tidak suka bermain dengan mereka. Mungkin karena rasanya berbeda" Ryeowook menatap langit biru yang terlihat begitu indah hari ini dengan pandangan menerawang. "Entah kenapa aku merasa sangat nyaman jika aku sedang bersama Jongie. Jongie bisa menjadi kakak sekaligus temanku. Dia selalu mengalah denganku dan selalu berusaha untuk membuatku senang. Aku begitu menyayanginya" kenang Ryeowook saat ia kembali menggali ulang kenangan lamanya yang begitu ia rindukan.
"Lalu apa yang menyebabkan kalian berpisah? Apa karena kau dan keluargamu yang harus pindah ke Seoul?"
"Bukan" Ryeowook menggelengkan kepalanya. "Dia dan keluarganya yang melakukannya terlebih dahulu. Mereka pindah ke Seoul ketika aku berumur 8 tahun dan Jongie memberikan alamat rumahnya padaku. Kami sempat saling berkirim surat selama hampir 3 tahun sebelum kami benar-benar putus hubungan"
"Maksudmu?" Yesung mengernyitkan dahinya.
"Sewaktu itu aku sakit, dan eomma lupa memberitahuku jika ada kiriman surat dari Jongie untukku. Aku begitu terlambat membalas surat darinya. Namun setelah dua bulan lamanya aku menunggu, Jongie tidak juga membalas suratku" Raut wajah Ryeowook berubah menyendu. "Aku mencoba untuk mengiriminya surat kembali bahkan sampai 3 kali dan seminggu setelah aku mengirimkan suratku yang terakhir, aku menerima sebuah surat"
"Dari Jongie?" potong Yesung.
Ryeowook kembali menggeleng. "Bukan... Itu surat dari pemilik baru rumah yang Jongie dan keluarganya tempati di Seoul" Ryeowook menundukkan kepalanya. "Di surat itu paman pemilik baru rumah Jongie dan keluarganya tersebut memberitahu jika Jongie dan keluarganya sudah pindah dan paman itu meminta maaf karena ia tidak tahu mereka pindah kemana. Saat itu aku benar-benar merasa sedih. Aku bahkan mengurung diriku berhari-hari di kamar dan tidak bernafsu untuk melakukan apapun termasuk makan dan minum, sampai akhirnya appa dan eomma memutuskan untuk pindah ke Seoul supaya aku bersemangat kembali melanjutkan hidupku"
"Jadi setelah itu kau benar-benar tidak berhubungan lagi dengannya?"
"Hmm" gumam Ryeowook. "Dia sangat jahat bukan? Padahal sebelum pindah dulu dia sempat menjanjikan akan datang mencariku dan melamarku saat usiaku sudah 20 tahun. Tapi nyatanya dia tidak datang mencariku sampai aku berumur 23 tahun" Ryeowook menggigit bibir bawahnya untuk meredam isakan yang hampir lolos dari bibirnya dengan tangan kanan yang mengusap air mata yang sudah menggenang di sudut mata kanannya. "Dan aku dengan bodohnya masih saja mengharapkan kedatangannya hingga detik ini... Hiks..."
Runtuh sudah pertahanannya. Ryeowook membiarkan air matanya meluncur deras membasahi kedua pipinya. Isakan-isakan kecil pun lolos dengan begitu mudahnya dari belahan bibirnya.
Yesung yang mengerti dengan kesedihan yang gadis itu rasakan segera melingkarkan tangan kirinya ke bahu kanan gadis tersebut. Membawa tubuh yang lebih kecil dari tubuhnya tersebut ke dalam rengkuhan hangatnya sambil mengelus sayang bahu kanan Ryeowook agar gadis itu merasa nyaman dan segera menghentikan tangisnya.
"Menangislah... Keluarkan semua emosimu lewat tangisanmu... Aku akan menunggumu dan memelukmu seperti ini sampai kau puas melampiaskan semuanya lewat tangisanmu..." bisik Yesung pelan di dekat telinga gadis itu sebelum ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Ryeowook.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
Hai, hai~
Mei dateng bawa fict YeWook lagi *padahal yang kemarin belum kelar*
Untuk yang ngikutin fict Mei yang Fall in Love YeWook ver, Mei minta maaf banget yaa~
Mei kehilangan feel untuk fict itu, jadi belum bisa lanjutin lagi. Miaaannn~~~ *deepbow*
Sebagai gantinya Mei posting fict ini dulu. Semoga aja dalam waktu dekat ini Mei bisa lanjutin fict Mei yg terbengkalai itu *amin*
See ya on next and last chap~
.
-Mei Hyun-
.
