Midnight talk with Gil
Sudah beberapa malam ini, Alice mendapati dirinya terjaga sepanjang malam. Dia bahkan sudah mencoba segala cara agar dirinya bisa tidur. Dia mencoba memejamkan mata selama beberapa menit, minum susu hangat, membenturkan kepala ke dinding - siapa tau dia bisa terlelap seketika dan bahkan mendengarkan musik classic pemberian Sharon yang menurutnya membosankan. Tapi tetap saja dia tidak merasakan kantuk - tidak sedetik pun. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab dari hal ini?
Alice pun mulai memutar otaknya yang sudah berabad-abad tidak di fungsikan dengan seharusnya. Dia mulai mengingat-ingat kejadian yang dialaminya sepanjang minggu ini. Apakah ada hal-hal yang setidaknya bisa menjadi penyebab penyakit susah tidurnya ini. Dia berpikir keras sambil menyantap daging di dapur. Tetapi semakin keras dia mencoba, kepalanya malah bertambah pening. Alice mulai terlihat kesal. Hal ini terlihat dari caranya merobek-robek daging yang disantapnya dengan gaya barbar. Sisa daging berhamburan dilantai. Diambilnya susu segar di kulkas dan langsung diminum dari botol tanpa segan-segan.
"Lagi-lagi kau membuat keributan, kelinci bodoh. "
"Puffhh..!"
Alice serta merta menyemburkan susu yang sedang diminumnya tepat di wajah Gilbert.
"Hei, apa yang kau lakukan?"
Gilbert sama sekali tidak kaget dengan tindakan gadis itu. Kalau boleh jujur, dia sebenarnya merasa kesulitan berurusan dengan Alice. Menurutnya, gadis ini hanya bisa membuat masalah dan menyusahkan Oz, majikannya. Sungguh sial karena harus terjebak dengan Alice malam itu.
Dilihatnya sekeliling dapur yang telah dipenuhi sisa-sisa daging dan beberapa botol susu kosong yang berhamburan di lantai dapur. Hal itu benar-benar membuatnya kesal. Ingin rasanya dia marah besar dan mengusir Alice keluar dari kediaman tuannya itu.
"Lihatlah apa yang sudah kau lakukan disini, kelinci bodoh! Sudah kubilang beberapa kali, jangan mengotori dapur !"
"Berisik kau, ganggang laut!"
Alice memandang kesal ke arah Gilbert lengkap dengan gaya berkacak pinggang andalannya. Alice benar-benar tidak habis pikir, kenapa Gilbert selalu saja marah padanya. Selalu saja ada alasan untuk memarahinya. Mulai dari ucapan sampai gaya Alice selalu saja di kritiknya. Sekali saja Gilbert bisa diam, itu benar-benar surga bagi Alice.
"Kau tau, kau benar-benar tau cara membuat orang lain kesal, kelinci bo-..."
"Hei ganggang laut, akhir minggu kemarin aku melihat Jack di festival kota Sabrie.."
Gilbert terdiam mendengar kata-kata Alice. Baginya mendengar hal tentang Jack adalah sesuatu yang personal .
"Apa kau ngobrol dengannya?"
"..."
Alice terdiam beberapa saat dan melihat kearah lain. Dia tidak bisa menyembunyikan raut sedih yang tergambar jelas di wajahnya yang selalu terlihat polos itu. Dilipatnya kedua tangannya kebelakang. Lalu ditatapnya Gilbert sambil menjawab pertanyaan lelaki itu.
"Kusentuh tapi tak bisa...kutangkap tapi tak bisa..."
Alice bergumam. Gadis itu menghela napas dalam-dalam. Tangan kirinya memegang erat-erat pergelangan tangan kanannya; matanya sendu seketika.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti"
"Sudalah jangan terlalu banyak tanya ganggang laut. Pelayan sepertimu tidak perlu tahu hal itu, hmfh!"
Tiba-tiba gadis itu kembali lagi ke keadaanya yang biasa. Seenaknya, bossy dan meyebalkan.
"Rugi aku bertanya padamu, kelinci bodoh! Daripada membuatku kesal lebih baik simpan energimu dan mulailah untuk bersih-bersih. Cepat!"
Diberikannya sapu ke Alice sambil menceramahinya soal kebiasaan buruk gadis itu. Alice berpikir gawat kalau harus mendengarkan omelannya. Nanti malah dia benar-benar tak bisa beristirahat.
"Oh ya, ganggang laut-bisakah kau melakukan itu lagi padaku?"
"Itu-itu apa?"
Gilbert memasang raut kebingungan ke arah gadis itu. Dia benar-benar tidak mengerti maksud gadis ini.
"Itu loh hal yang selalu kau lakukan padaku beberapa hari kemarin, ganggang laut."
Alice mencondongkan kepalanya kearah Gilbert dengan pandangan mata berbinar-binar. Akhirnya pria itupun mengerti maksud dari gadis itu - dan itu sangat mengganggunya.
"Aku tidak akan melakukanya lagi, kelinci bodoh. Jangan keenakan kau!"
"Kau pelit sekali, ganggang laut! Sekali saja-aku janji ini yang terakhir kali. Ingat, Aku ini tuan dari tuan mu, sudah seharusnya kau menuruti perintahku!"
Gilbert berusaha lari dan melepaskan diri dari Alice. Akan tetapi terlalu cepat seribu tahun baginya untuk bisa lolos dari cengkraman gadis itu. Di saat Gilbert berusaha lari dengan cepat Alice menarik kakinya dari bawah sehingga pria itu terjatuh dengan keras dengan bagian wajah tepat menghadap lantai. Gilbert yang malang berusaha bangkit dan membalikan badanya. Dia kaget menyadari Alice sudah merangkak tepat keatasnya.
Sebagian rambut Alice yang hitam kelam mengenai dada dan bahu Gilbert. Di pandanginya wajah pria itu dengan raut wajah serius. Pria itu bisa melihat dengan jelas mata Alice yang hitam dan bulat. Desahan napasnya terasa di kulit wajah pria itu. Gilbert tak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya sekarang. Napasnya tertahan, dia membatu.
"Hei, ganggang laut. Sudah dua hari ini aku menahan diri. Setidaknya tepuklah kepalaku sekali saja"
Alice merengek dengan wajah kesal seraya memegang tangan Gilbert.
"Ha?..."
"Jangan cuma 'Ha', cepat tepuk kepalaku, gangang laut!"
Mendengar rengekan yang meyebalkan dari Alice, seketika itu juga Gilbert sadar dari khayalannya. Dia pun depresi berat karena sudah memikirkan hal yang tidak-tidak pada kelinci bodoh itu.
"Turun dari atasku, kelinci bodoh"
Gilbert berusaha untuk berdiri.
"Tidak mau! Sebelum kau tepuk kepalaku aku tidak akan bangun, ganggang laut"
"Jangan keras kepala, kalau aku melakukannya pasti seterusnya kau tak akan berhenti, aku tahu sifatmu. Sekarang meyerahlah dan biarkan aku pergi"
Gilbert berusaha berdiri lagi, tapi Alice tidak mau beranjak dari atasnya. Gadis ini sungguh keras kepala. Alice berontak tapi Gilbert tidak mau kalah. Dipegangnya pergelangan tangan Alice agar dia tidak bisa berontak lagi. Gadis itu marah dan berusaha menggigit tangan Gilbert. Pria itu menarik tanganya berusaha mengelak dari gigitan gadis itu.
"Hentikan, bodoh!Kita bisa membangunkan Oz."
Gadis itu mendadak berhenti. Tiba-tiba suasana menjadi senyap.
"..."
" Ganggang laut-, sekali ini saja tepuk kepalaku.-,akan kutukarkan dengan makan siang ku, bagaimana?"
"..."
"Huffhh, kau benar- benar serakah! Baiklah-ku tambah dengan daging simpananku! Tawaranku adil, kan?"
Gilbert diam tidak percaya dengan hal yang baru didengarnya. Sebodoh-bodohnya kelinci bodoh itu, tidak mungkin dia mau melepas makan siang apalagi memberikan daging simpanannya. Pasti ada apa-apanya.
"Kau sakit ya, kelinci bodoh? Pasti ada apa-apa dengan kepalamu."
"Bodoh, yang sakit itu bukan di kepala tapi disini, ganggang!"
Alice memegang dadanya dan mendekatkan wajahnya ke Gilbert. Hidungnya nyaris membentur hidung pria itu. Saking kagetnya pria itu tak berhenti berkedip, badannya gemetaran. Cepat-cepat di sembunyikanya wajahnya yang memerah.
"Ke-kenapa? A—a-apa kau terluka di perkelahian kemarin?"
"Gyahahahahhah..! Tidak mungkin orang sehebat aku terluka karena perkelahian macam itu, hati-hati kalau bicara, ganggang laut!"
"Haaaa...? Apa-apaan kau!"
Gilbert merasa dirinya benar-benar bodoh karena menanggapinya dengan serius. Percuma dia khawatir. Pria ini berpikir bahwa Alice benar-benar adalah kelinci bodoh yang tak tahu diri.
"Sudalah, berhenti berbuat masalah. Lepaskan aku dan kembali kekamarmu. Sudah beberapa hari ini kau tidak tidur, 'kan."
"Jadi kau mengetahuinya, ya. Ckh.. padahal aku sudah berusaha menutupinya. Tiap malam di bagian ini terasa nyeri sekali. Aku bingung, padahal tidak ada yang luka dan memar. Urrgghh, hal ini membuatku kesal."
Alice mencegkram kerah baju Gilbert.
"Kau tidak punya penyakit jantung kan? Hmmm-,benar-benar tidak mungkin... Memangnya sejak kapan gejalanya?
Alice terdiam beberapa saat seperti mengingat sesuatu. Air mukanya terlihat sedih untuk beberapa waktu.
"Tidak usah banyak tanya, ganggang laut. Yang kutahu aku akan merasa lebih baik jika kau menepuk kepalaku sekarang. Kau tahu, seperti ada perasaan musim panas yang hangat."
Sejujurnya Gilbert tidak pernah mengerti maksud gadis itu. Yang dia tahu hanyalah itu satu-satunya cara baginya untuk lepas dari Alice. Akhirnya dia menyerah.
"Pluk..pluk.."
Di tepuknya kepala Alice dua kali dengan terpaksa.
"Hmm, begitu dong. Daritadi kek, gangang laut!"
Alice tersenyum tanda kemenangan.
Gadis ini benar-benar aneh. Senang dengan hal yang sangat sederhana seperti ini. Sebentar marah-marah sebentarnya lagi kesenangan seperti anak kecil. Cuma, yang pasti hanya ada satu hal yang bisa membuatnya sedih seperti ini. Gilbert tahu pasti hal itu.
"Soal Jack tak perlu kau pikirkan, kelinci bodoh-"
Alice menepis tangan Gilbert yang sedang menepuknya. Air mukanya berubah.
"Maksudmu, ganggang laut?"
"Maksudku-, pasti- suatu saat kalian berdua bisa duduk bicara. Kau pasti akan mendapatkan penjelasan darinya. Aku dan Oz pun punya banyak hal yang ingin kami bicarakan dengannya."
"Krauk!"
"Arrgh-Ummmffhh...!
Mendadak Alice menggigit bahu pria itu. Gilbert kesakitan. Sambil menahan sakit dia menutup mulutnya agar Oz tidak terganggu.
"Kelinci bodoh, untuk apa kau lakukan itu? Sial!
"Itu karena kau sok tahu, ganggang laut! Oh, ya, aku mau balik ke kamar sekarang udah ngantuk berat nih hoaammm...Dah!"
Alice pun pergi sambil tersenyum meninggalkan Gilbert yang bingung melihat tingkahnya.
Yah, paling tidak kita bisa tahu dengan pasti sejak malam ini tampaknya Alice dapat tidur nyenyak kembali. Sayangnya nampaknya penyakit Alice berpindah ke Gilbert.
"Uurrggh.. dasar kelinci bodoh!"
To be continued...
