.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : T Rate/AU/Typo(s)/OOC (maybe)/Hinata-centric/Multi hints/Harem
No Pair
Sekali lagi Hinata centric
Genre : Romance/Fantasy/Humor
.
Boyfriend Simulation
-Prolog-
.
Hinata benar-benar tampak jenuh hari ini, karena Sakura sudah bercerita lebih dari satu jam mengenai kedua pacarnya, Naruto dan Sasuke. Oh, ayolah, apa Sakura sama sekali tidak bisa mengerti perasaannya? Mantan pacar sekaligus gebetannya, keduanya sama-sama berpindah hati ke Sakura yang notabene adalah sahabatnya.
Naruto, pemuda yang sejak dulu ditaksirnya malah menyatakan cinta pada Sakura, dan Sasuke, laki-laki yang sempat berpacaran dengannya semasa SMP dulu, sekarang malah jadian dengan Sakura. Hal yang lebih parah dari itu, ternyata Sasuke memang sempat selingkuh dengan Sakura! Dalam hal ini Sakura tak bisa disalahkan karena gadis itu memang tidak tahu apa-apa kalau Sasuke sudah punya kekasih sebelumnya.
Tapi, boleh 'kan dia merasa kesal pada sahabatnya itu? Sakura jelas tahu kalau Hinata menyukai Naruto, bahkan sebelum dia mengenal Sasuke. Tapi ketika Naruto menyatakan cinta pada Sakura, gadis itu membalas perasaan si pirang tepat di depan hidungnya sendiri. Padahal saat itu Sakura sudah menjalin kasih dengan Sasuke.
Sekarang dia harus terjebak menjadi 'tong sampah' atas semua curahan hati si pinky, alias Sakura mengenai Naruto dan Sasuke. Dalam kasus ini, Hinata benar-benar sangat bersabar meskipun hatinya selalu teriris tiap kali Sakura menyebutkan nama Naruto di depan mukanya sendiri.
"Sudahlah, Sakura-chan. Lebih baik kau pilih salah satu dari mereka. Cepat atau lambat, salah satu dari mereka akan mengetahuinya." Hinata berusaha bersikap objektif pada Sakura. Meski dia kesal saat mendengar Sakura dengan mudahnya mengatakan dia mencintai kedua pemuda itu.
"Tapi aku tidak bisa melakukan itu, Hinata-chan~" Sakura merajuk manja dan mengerucutkan bibirnya ke depan. "Kau tahu 'kan kalau aku sangat mencintai Sasuke? Dia adalah cinta pertamaku!" Sakura bersedekap dan memasang wajah cemberut saat Hinata menyuruhnya untuk memilih.
'Kalau begitu kenapa kau menerima Naruto!' rutuk Hinata dalam hati. Tak habis pikir apa sih yang dimau Sakura? Katanya sangat mencintai Sasuke, tapi kenapa dia masih menerima cinta Naruto?
"Sedangkan Naruto..., dia adalah pemuda paling baik yang pernah aku temui..." Suara Sakura melembut ketika dia membicarakan Naruto, "Dia sangat perhatian dan sangat menjagaku..., aku tidak bisa melepasnya begitu saja, Hinata..." Perih rasanya hati Hinata mendengar pengakuan Sakura. Hatinya bagai dicabik-cabik oleh sebilu luka.
"Sakura, aku rasa ini sudah terlalu sore. Lebih baik kau pulang," ujar Hinata sambil menahan nada getir yang keluar dari bibirnya. Dia sudah tidak kuat lagi kalau harus mendengar curhatan Sakura mengenai Naruto.
"Eh, iya! Aku baru ingat kalau sore ini aku ada janji dengan Sasuke di taman!" tampaknya Sakura sama sekali tidak menyadari gurat rasa sakit yang tergambar pada wajah Hinata. Dia malah mengingat jadwal kencannya dengan Sasuke minggu sore ini di taman.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, Hinata." Sakura segera berdiri dari atas tempat tidur Hinata yang dibalut dengan sprei berwarna violet, dan lekas mengambil tas kecil miliknya yang terhampar sembarangan di dekatnya.
"Terima kasih, Hinata. Kapan-kapan aku curhat lagi, ya!" Sakura tersenyum jenaka pada Hinata. Tampak jelas raut bahagia terukir pada wajahnya yang mulus.
"Sama-sama, Sakura...," Hinata membalasnya dengan senyuman kecil. Meskipun dia kesal, dan merasa sakit hati, tapi dia turut merasa bahagia juga bila melihat sahabatnya itu ceria dan tertawa seperti saat ini.
"Dadah, Hinata!" Sakura bergegas meninggalkan ruangan kamar Hinata.
"Sudah mau pulang, Sakura-san? Kenapa buru-buru sekali?" terdengar suara Hanabi dari arah depan kamarnya.
"Iya! Aku ada janji mau jalan dengan Sasuke, jadinya aku buru-buru sekali!" jawab Sakura dengan bersemangat.
"Wah, senang ya. Sekali-sekali kenalkan Hinata dengan salah satu teman priamu itu, biar dia bisa punya pacar!"pembicaraan keduanya sekarang malah melenceng dan membawa-bawa nama Hinata. Sang kakak yang mendengarnya hanya bisa mendengus dan merutuki Hanabi dari dalam hati. Kenapa adiknya yang satu itu sangat senang membongkar aibnya.
"Hahahaha. Kalau ada pasti akan aku kenalkan! Aku juga tidak mau Hinata jadi jomblo selamanya!" Sakura terkekeh geli mendengar ucapan itu terlontar dari Hanabi. Sejak putus dari Sasuke, temannya itu memang tidak pernah pacaran lagi. Apa dia gagal move on?
"Hei, apa kalian sudah puas membicarakanku?" teriak Hinata dari dalam kamar yang merasa tersinggung dengan obrolan keduanya.
"Wah, wah! Kayaknya ada yang ngambek nih!" balas Sakura dengan nada setengah mengejek.
Kedua gadis itu tertawa-tawa puas di depan. Sementara Hinata berdoa dalam hati agar kedua nenek sihir itu berhenti menyindirnya dan Sakura cepat-cepat pergi dari sana.
"Ah, ya sudah, deh. Aku harus segera pergi! Aku tak mau membuat Sasuke menunggu! Dah, Hanabi!" Sakura akhirnya bergegas pergi meninggalkan kediaman Hinata dengan langkah cepat.
.
.
Setelah Sakura pergi keluar, Hanabi yang sejak tadi berdiri di depan pintu kamar Hinata akhirnya masuk ke dalam dan menemui sang kakak yang sedang berbaring malas di atas tempat tidur sambil membaca sebuah manga.
"Ponsel android milikmu sudah selesai di-repair, nih!" Hanabi melemparkan ponsel android Hinata ke atas tempat tidur gadis itu.
"Untunglah bisa dibetulkan! Terima kasih, Hanabi!" Hinata menyambar ponsel berwarna putih itu dengan perasaan senang.
Hanabi memutar kedua bola matanya. Heran melihat sikap Hinata yang tampaknya lebih bahagia berduaan dengan ponselnya daripada berusaha untuk mencari pacar. Sepertinya, semenjak putus dari Sasuke, obsesi sang kakak berpindah pada ponsel yang terkadang diperlakukan berlebihan olehnya.
"Oh, ya. Aku memasukkan aplikasi permainan baru di ponselmu," ujar Hanabi sambil tersenyum mencurigakan.
"Permainan apa?" tanya Hinata dengan antusias. Dia memang sudah lama tidak memainkan permainan baru akhir-akhir ini, karena sibuk dengan tugas sekolah, jadinya dia lupa untuk download game-game terbaru.
"Nama permainannya adalah Boyfriend Simulation!" Hanabi langsung memasang wajah sumringah.
"Boyfriend Simulation...?" Hinata menatap penuh tanya ke arah Hanabi.
"Yah, pokoknya dimainkan saja sendiri. Nanti juga tahu permainannya seperti apa!" sang adik hanya melemparkan senyuman misterius, membuat Hinata semakin penasaran dibuatnya.
Setelah sukses besar membuat kakaknya penasaran, Hanabi malah melenggang keluar kamar sambil tersenyum puas. Dia yakin Hinata pasti akan menyukai permainan tersebut. Semoga saja setelah itu, dia akan bisa melupakan Naruto dan termotivasi untuk mencari laki-laki lain yang jauh lebih baik.
TBC
A/N : Terinspirasi dari game yang sering dimainkan saudara perempuan saya. Reaksinya saat memainkan game itu benar-benar lucu.
Maaf, kalau saya bikin cerita baru lagi mengenai Hinata, padahal bulan ini saya sibuk sekali m(_)m. Saya tidak bisa menahan ide ini, dan entah kenapa akhir-akhir ini saya memang kepincut berat sama tokoh perempuan yang khas dengan sebutan 'indigo' ini. Awalnya saya ingin membuat cerita baru mengenai Sakura, tapi daya tarik Hinata jauh lebih besar saat ini di mata saya.
Saya akan kembali update semua cerita saya pada tanggal 23 (bisa 24 atau 25) karena banyaknya kesibukan di bulan ini. Bagi yang ingin bertanya soal fic saya silahkan PM (serta saran atau pun kritik yang ingin disampaikan), akan saya balas. Saya tetap aktif memberi review dan membalas PM (hanya vakum sebentar dari publish cerita).
