Disclaimers: Saint Seiya dan karakter-karakter yang terlibat di dalam anime atau pun manga BUKAN milik saya!

A/N: Saya menggunakan sudut pandang orang ke tiga (kamera) dalam cerita ini. Saya berharap siapa pun yang nantinya kena tag dapat mempertahankan sudut pandang ini! Jika ada tulisan yang dimiringkan pada bagian ini, itu berarti si karakter bicara dalam hati.

.

Gladiator

By: Pitaloka

.

.

.

Bagian 01: Yang benar saja!


"Nnnnngggg….HOAHEEEEMMMM….Nyam…nyam…nyam….."

Seiya, sang satria Pegasus, masih menggeliat malas di kasurnya. Maklum, dunia sudah damai dan tidak ada lagi perang antar dewa. Setelah melewati semua pertempuran berdarah yang melelahkan, akhirnya ia dan para satria Athena lainnya (dari kelas perunggu hingga emas) dapat merasakan liburan. Pemuda itu sebenarnya sudah bangun sejak lima belas menit yang lalu tapi tampaknya ia masih betah "berkencan" dengan gulingnya.

Ketika ia sedang bersenang-senang dengan bantal dan gulingnya, ia mendengar ketukan keras yang bertubi-tubi di pintu.

"Seiya! Woi, bangun keledai! Mau sampai kapan kau tidur?"

"Hhh…Kenapa sih si botak itu? Pagi-pagi kok udah heboh? Bodo ah! Orang masih ngantuk juga…."

"Woi! Bangun kuda terbang yang ga bisa terbang!"

Kesal dikatai kuda terbang yang tidak bisa terbang, Seiya pun beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintunya. Setelah pintu terbuka, ia mendapati Tatsumi yang sedang membawa tongkat kayu yang biasa ia gunakan untuk mengancam anak-anak kecil.

"Kenapa sih, Tatsumi? Pagi-pagi kok teriak-teriak? Ada maling?" tanya Seiya usil.

Ujung tongkat kayu menghantam kepala Seiya, sesaat setelah pemuda berambut coklat tua itu menyelesaikan kalimatnya.

"Aduh! Kenapa kau pukul kepalaku? Sakit, tahu!"

"Nona Saori dan ketiga orang temanmu sedang menunggumu di ruang keluarga Kido. Kau segeralah mandi!" kata Tatsumi sembari meninggalkan Seiya yang masih meringis kesakitan.

Setelah mandi dan mengisi perut dengan makanan ringan, Seiya meninggalkan kamarnya dan menelusuri koridor menuju ruang keluarga Kido yang ada di lantai satu. Pemuda itu melihat ke sekeliling dan menghela nafas. Rumah Keluarga Kido yang beberapa tahun lalu tampak besar, mewah dan bersih sekarang agak sedikit kusam.

Maklum, jumlah asisten rumah tangga dan tukang bangunan yang biasa ditugaskan di rumah keluarga Kido memang sudah agak sedikit berkurang. Selain memang sulit mencari asisten rumah tangga dan tukang bangunan yang dapat dipercaya, kebanyakan asisten rumah tangga yang bekerja di rumah keluarga Kido memang sudah lanjut usia sehingga mereka harus dirumahkan.

Setelah ia menuruni tangga, melewati satu lorong panjang dan dua tikungan, akhirnya ia tiba juga di ruang keluarga Kido. Begitu memasuki ruangan, ia melihat sang inkarnasi Dewi Keadilan yang sedang duduk dengan anggunnya di sofa merah dengan Hyoga, Shun dan Shiryu berdiri didepannya. Keempat orang itu menoleh ketika menyadari ada seseorang yang membuka pintu.

"Selamat datang, Seiya. Kenapa kau telat?" tanya Saori tenang. Wajahnya terlihat biasa-biasa saja. Tidak ada pertanda bahwa ia akan menyampaikan satu berita yang mengejutkan.

"M….Maafkan aku…" kata Seiya sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Shun, mana Ikki? Mengapa ia tidak datang?"

"M…Maafkan saya dan kakak, nona Saori. Saya sudah menghubunginya berkali-kali tapi ia tidak pernah membalas panggilan saya atau membalas pesan singkat yang saya kirim kepadanya."

"Hhh…ya, sudah tidak apa-apa. Nah, karena kalian semua sudah datang, saya akan menyampaikan satu berita untuk kalian."

"Oh ya? Apa itu, nona Saori?" tanya Seiya dan ketiga temannya dengan mata berbinar-binar. Wajah mereka langsung cerah. Mereka berfikir bahwa mereka akan mendapatkan tambahan gaji dan libur panjang.

"Saya akan mengikutsertakan kalian dalam satu proyek besar yang luuuuaaarrrr biasa!"

"Oh ya? Apa itu nona Saori?" tanya Seiya dan ketiga orang temannya yang sekarang mulai meneteskan air liur mereka.

"Saya akan melibatkan kalian dalam rangka memperbaiki rumah besar keluarga Kido dan Sanctuary secara sukarela."

Mendengar perkataan dewi kesayangan mereka, stabilitas mental Seiya dan kawan-kawannya langsung jatuh!

"Eeeehhhh….J…Jadi anda akan membayar kami secara penuh, begitu, nona Saori?" tanya Seiya

"Bukan Seiya, nona Saori bukannya ingin membayar kita secara penuh tapi ia akan merekrut kita sebagai kuli gratisan!" kata Hyoga dengan memberi penekanan pada dua kata terakhir.

Mendengar perkataan Hyoga, Seiya dan Shun langsung cengo. Kedua pemuda tanggung yang malang itu kini tidak tahu harus menjawab apa sampai akhirnya Seiya membuka mulutnya.

"T…tapi nona Saori…."

"Tidak ada tapi-tapian! Pokoknya kali ini seluruh satria perunggu harus menjadi pekerja sukarelawan untuk memperbaiki rumah besar keluarga Kido dan Sanctuary. Titik!" kata Saori Kido sembari bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Setelah langkah kaki Athena Saori sudah tidak terdengar lagi, keempat orang satria perunggu itu mulai menyampaikan keluh kesah mereka pada satu sama lain.

"Nona Saori kenapa lagi sih? Memangnya kita sudah buat masalah apa, sampai-sampai harus kerja rodi kayak gitu?" tanya Shun lesu. Dari raut wajah pemuda berambut hijau itu semua orang tahu kalau Shun merasa sedih.

"Ngga tahu! Dia lagi PMS kali!" jawab Seiya asal.

"Hush! Seiya! Jangan sompral gitu ah! Hyoga, Shiryu! Kenapa kalian kok bisa kelihatan tenang begitu?" tanya Shun pada Shiryu dan Hyoga yang dari tadi tampak tenang.

"Shun, aku berpikir bahwa tampaknya nona Saori mulai bosan mengusili orang dewasa. Setelah mengusili satria emas kini ia mengusili kita. Roshi bilang padaku bahwa para satria emas dan satria perak digaji dalam proyeknya kali ini," kata Shiryu.

"Benarkah itu, Shiryu?"

"Benar, Hyoga."

"Begitu ya, terus kenapa Camus sensei ga pernah cerita padaku ya?"

Shiryu tidak menjawab. Pemuda berambut panjang itu hanya menaikkan kedua pundaknya dan menggelengkan kepalanya.

"Wah! Ga adil nih, nona Saori! Eh, gimana kalau kita ikut ujian untuk mendapatkan jubah perak semester ini?" tanya Seiya.

"Boleh saja…"

"N…Nona Saori! B…Bukankah anda…."

"Saya memang keluar ruangan, tapi buka berarti saya benar-benar meninggalkan kalian bukan?."

Para satria perunggu itu hanya terdiam. Mereka tidak menyangka ternyata Athena Saori tidak benar-benar meninggalkan mereka. Rupanya, gadis yang berambut lavender itu tidak benar-benar pergi. Ia memang meninggalkan ruangan tadi tapi sepertinya ia kembali lagi karena curiga para satria pelindungnya tidak mengikutinya.

"Boleh saja kalian mengikuti ujian untuk menjadi satria perak tapi asal kalian tahu saja. Semester ini, satria perak yang diangkat dari satria perunggu hanya SATU orang saja."

"S…Satu orang saja? Mengapa? Bukannya satria perak yang sudah meninggal itu banyak termasuk di dalamnya gurunya Shun, Cepheus Albiore?"

Saori Kido tidak menanggapi pertanyaan Seiya. Ia hanya menyunggingkan seulas senyum misterius di bibirnya.

"Jika kalian ingin digaji, kalian harus bisa menjadi seorang satria perak! Ujian layak atau tidaknya seorang satria perunggu naik pangkat menjadi seorang satria perak, akan ditentukan satu minggu lagi dalam turnamen tertutup yang akan diadakan di coliseum yang ada di dekat Papacy. Apa kalian mengerti?"

Para satria perunggu tidak menjawab. Kini, mereka benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.

"Nah, sekarang, saya ingin belanja. Selamat berlatih, para satria pelindungku!" kata Saori sembari melambaikan tangannya.

Setelah Saori meninggalkan ruang keluarga dan para satria perunggu tersebut yakin bahwa sang dewi benar-benar sudah meninggalkan mereka. Mereka kembali berembuk.

"Aku heran mengapa peraturannya berubah dan tidak masuk akal? Sebenarnya apa yang ada di benak Athena?" tanya Shiryu.

"Hmph! Baiklah! Jika itu memang keinginan, nona Saori. Saya akan buktikan bahwa saya bisa mendapatkan jubah perak!" kata Seiya mantap.

"Apa rencanamu, Seiya? Ingat, kita hanya diberi waktu satu minggu untuk berlatih."

"Mengapa bicara seperti itu Shiryu? Apa kau meragukan kemampuanku?" tanya Seiya sengit. Pemuda itu tampaknya mulai naik darah.

"Aku tidak bilang aku meragukanmu, Seiya," jawab Shiryu datar.

"Baiklah! Sekarang aku akan pergi ke Sanctuary dan menemui Marin. Aku akan memintanya melatihku kembali agar aku dapat memenangkan jubah perak!" kata Seiya lalu kemudain pergi meninggalkan ruangan.

Melihat perilaku satria Pegasus yang terlalu bersemangat, ketiga rekannya tidak dapat melakukan apa-apa. Untuk sesaat, ketiga satria perunggu tersebut hanya bisa berdiam diri.

"Kalau begitu, sekarang aku akan pergi ke Rozan. Aku akan meminta Roshi untuk melatihku kembali. Shun, apa kau sudah ada rencana dengan siapa kau akan berlatih? Gurumu kan sudah tiada."

"M…Mungkin aku akan mencoba bicara dengan Shaka."

Medengar jawaban Shun, Shiryu dan Hyoga terperanjat.

"Apa kau yakin ingin berlatih dengan Shaka, Shun?" tanya Shiryu tidak percaya. Ada ekspresi horror diwajahnya setelah ia mendengar keinginan Shun.

"Iya. Aku dengar dari kakakku bahwa dulu di Pulau Ratu Maut, ia pernah bertarung dan membunuh dua orang satria perak yang merupakan murid Shaka. Menurut kakakku, kedua orang itu sebenarnya cukup tangguh sebab mereka sempat membuat kakakku kelabakan."

"Oh, begitu. Baiklah, kita akan bertemu lagi di coliseum satu minggu lagi. Sampai jumpa, Hyoga, Shun!" ujar Shiryu sambil meninggalkan ruangan.

"Sampai jumpa, Shun!"

"Sampai jumpa, Hyoga!"

Para satria perunggu akhirnya membubarkan diri dan mulai menyusun rencana masing-masing. Mereka semua berjanji pada diri mereka bahwa mereka akan berjuang segigih mungkin agar dapat memenangkan jubah perak.

.

-Can you feel your cosmo?-

.

Keesokan harinya di pagi hari, para satria perunggu mulai menjalankan rencana mereka. Seiya dan Shun tiba di kota Athens di pagi hari dengan menggunakan maskapai penerbangan yang berbeda. Shiryu dan Hyoga tiba di tempat dimana guru mereka bermukim di malam hari.

Pegasus Seiya POV

Seiya terbangun di salah satu hotel di kota Athens di siang hari. Ia bangun kesiangan karena jetlag. Ia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahyan-lahan. Pemuda itu lantas mengambil sisa air mineral yang ia bawa dari pesawat dari dalam tasnya dan meminumnya. Setelah merasa segar, ia mengambil pensil dan selembar kertas. Ia mencatat targetnya dalam satu minggu dan menyusun dua rencana.

Yang pertama, ia akan menemui Marin dan memintanya untuk melatihnya. Jika Marin menyatakan tidak sanggup, ia akan menjalani rencana kedua yaitu menemui Aiolia dan meminta satria emas Leo yang garang itu menjadi mentor untuk melatihnya menjadi satria perak. Apabila Aiolia sibuk mungkin….

Entah mengapa Seiya merasa bergidik saat membayangkan Aiolia menolak permintaannya tapi ia tetap berpikir positif dan dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, ia mencantumkan nama Gemini Saga sebagai mentor cadangan. Yah, walaupun pada kenyataannya, pemuda itu berharap ia tidak perlu bertemu Saga dan memintanya menjadi mentor.

Cygnus Hyoga POV

Hyoga bangun agak kesiangan dan menjumpai gurunya tidak ada didekatnya.

"Camus-sensei….." panggil Hyoga.

Sepi tidak ada jawaban.

"Sensei ada di mana sih?"

Tepat setelah Hyoga bertanya, pintu rumah terbuka dan memperlihatkan seorang pemuda tinggi berambut hijau kebiruan berdiri dihadapannya.

"Semoga guru panjang umur" batinnya.

"Sensei, apa kabar? Sini kubantu membawakan susu bekunya."

Camus tidak menjawab. Ia membiarkan muridnya membawakan susu beku yang ada di tangannya dan membuntuti muridnya ke dapur.

Saat muridnya sibuk mengurusi susu beku, satria emas Aquarius itu duduk di dekat meja makan yang di atasnya tersaji buah-buahan dan dua gelas coklat hangat.

"Apa yang membuatmu pulang ke Siberia, Hyoga? Mengapa kau tidak mendampingi Athena?" tanya Camus sembari meraih buah apel yang ada dihadapannya.

"Sensei, aku ingin menjadi satria perak. Athena Saori akan mengadakan turnamen untuk memperebutkan jbah perak dan aku ingin ikut. Aku mohon berikanlah aku latihan tambahan."

Camus tidak menjawab tapi ia menghancurkan buah apel yang ada digenggamannya.

Andromeda Shun POV

Matahari berada tepat di atas kepala saat Shun Andromeda sedang berjalan-jalan di wilayah pertokoan di dekat kota Athens. Paling tidak, ia sudah mengunjungi sepuluh toko buah-buahan dan sayur-sayuran di kota itu. Pemuda berambut hijau itu sebenarnya bisa saja langsung menemui Shaka agar ia langsung dilatih tapi entah mengapa ia merasa bahwa ia harus membawa sesuatu sebelum menemui satria Virgo itu. Ia dan Shaka memang tidak dekat dan mungkin juga Shaka akan bingung mengapa ia mau repot-repot membawa barang untuknya.

Shun menelan ludah mudah-mudahan saja satria Virgo tersebut tidak merasa tersinggung jika ia membawa buah tangan dan mudah-mudahan saja satria Virgo tersebut bersedia melatihnya.

Dragon Shiryu POV

"Jadi bagaimana guru? Bersediakah guru melatih saya lagi? Nona Saori kemarin bilang bahwa semester ini, satria perak yang direkrut dari kalangan satria perunggu hanya ada satu. Bersediakah guru membantuku?"

"Aku bisa saja membantumu Shiryu tapi perlu kau ketahui menjadi satria perak tidaklah mudah dan latihan yang akan kau jalani akan lebih berat nantinya daripada latihan yang kau jalani pada saat kau dulu ingin memperebutkan jubah perunggu."

"Tidak apa-apa guru! Aku akan menjalani berbagai macam latihan berat yang akan guru berikan padaku dengan sepenuh hati!"

"Baiklah, aku akan mulai melatihmu nanti sore!"

"Terima kasih, guru!"

"Shiryu, aku harap kau dapat bertahan hingga akhir. Sebab, bukannya tidak mungkin persaingan yang terjadi tidak hanya terjadi di antara kalian, para satria perunggu, tapi juga di antara kami, para satria emas."

.

Bersambung


Bagaimanakah kelanjutan kisahnya? Kepada siapakah Pegasus Seiya akan berguru pada akhirnya? Akankah Camus bersedia melatih murid kesayangannya? Apakah Shun berhasil menemui Shaka dan berhasil meminta satria Virgo untuk melatihnya? Latihan jenis apakah yang akan diberikan oleh Dohko? Dimanakah Ikki Phoenix?

The next author I tag is: Kenedict Leo

Remaining author(s) and authoress(es):
St. Chimaira Kari / Seika Hoshino / Urja Shannan / Tifa Itifal / St. Chimaira Kuo / Yukitarina /Masamune11