Srak!
Cahaya mentari menyeruak masuk tatkala seorang gadis berambut merah jambu dengan pakaian maid membuka gorden pada jendela kamar pria yang tengah terusik dari tidurnya. Pria berambut hitam itu meraba tempat tidur untuk mencari salah satu bantal yang berada di dekat kepalanya. Ia mengambil bantal tersebut lalu menaruh beda empuk tersebut di wajahnya untuk menghalangi dari terpaan sinar matahari.
Melihat tingkah sang majikan, maid tersebut berjalan mendekat ke tepi tempat tidur lalu menarik kasar bantal yang ada menutupi wajah majikannya dan berkata, "bangun, tuan muda."
"Ck!" Dengan terpaksa pria itu pun membuka mata lalu mengubah posisinya yang terbaring kini menjadi duduk.
"Saya mendapat telepon dari nyonya Karin, bahwa ia akan datang sekitar 1 jam lagi dan maka dari itu saya akan membantu anda untuk bersiap-siap." Kata sang Maid.
Mendengar sebuah nama disebutkan, tuan muda itu menghela nafas dan menampilkan ekspresi malas. "Lanjutkan tugasmu." Katanya seraya bangkit dari tempat tidur dan berbalik menghadap maid tersebut.
Mengerti akan masuk sang majikan, maid tersebut berjalan mendekat dan berhenti tempat di hadapannya. Dengan cekatan maid itu mulai membuka seluruh kain yang melekai di tubuh sang majikan tanpa rasa malu. Tidak, bukan ia tidak malu hanya saja dirinya telah melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun, maka dari itu ia sudah terbiasa melihat tubuh telanjang tuan mudanya.
Gadis merah muda itu mengambil celana dalam, satu set pakaian formal yang berupa kemeja putih, celana bahan hitam, dasi hitam dengan lambar kipas kecil di ujungnya, sabuk berbahan dasar kulit yang juga memiliki lambang, dan jas dari troli yang ia bawa untuk menaruh makanan juga pakaian sang majikan. Sama seperti ia melepas piyama majikannya, ia pun memasangkan pakaian itu dengan cekatan.
Setelah merasa cukup rapih dengan tampilan sang tua muda, gadis itu menarik sebuah kursi yang tadinya tertata rapih dengan meja yang memiliki desaign sama lalu mendudukkan pria itu disana. Dari pakaian kini si gadis beralih pada rambut acak-acakan khas orang bangun tidur itu. Ia mengambil kotak minyak rambut dari troli lalu mulai menata rambut tersebut agar lebih rapih.
"Anda sudah bisa melakukan aktifitas yang lainnya, tuan muda."
Tuan muda yang tadi acak-acakan karena bangun tidur, kini telah berubah menjadi wajah tampan yang cerah meski ekspresi datarnya tetap tidak berubah sejak dirinya bangun. Ia pun bangkit dari posisi duduknya lalu berputar menghadap maid yang merapihkannya setiap hari itu dengan sebuah senyuman tipis. Sebuah tepukan pelan ia berikan padanya sebagai bentuk rasa terima kasih.
"Terima kasih."
"Anda tidak perlu berterima kasih pada saya. Sudah menjadi kewajiban saya untuk melayani anda."
Tepukan itu berubah menjadi sebuah usapan pelan pada pucuk kepala sang maid. "Aku mencintaimu." Katanya sebelum melenggang keluar kamar meninggalkan maidnya.
Tak berapa lama setelah sang majikan benar-benar menghilang dari balik pintu, gadis merah muda itu mencengkram pakaiannya di area dada. Wajah datar yang selalu ia kenakan saat bertugas, kini luntur tergantikan ekspresi sendu tatkala ia tahu bahwa perasaan pria itu terhadapnya begitupun sebaliknya. Tapi sebesar apapun rasa cinta yang tumbuh sejak mereka masih kecil, tetap saja itu takkan berarti jika mengingat kasta dan status mereka sekarang.
Sudah 5 tahun prianya menikah dengan seorang gadis pilihan orang tua lalu menikahi seorang gadis lagi demi kepentinhan perusahaan, dan sudah 6 tahun ia mendedikasikan diri untuk menjadi seorang maid prianya. Mereka memang saling mencintai dan bertukar kata cinta, namun semuanya tidak lebih dari sebatas perkataan saja. Gadis itu menyadari bahwa dirinya tidak boleh melebihi batas, bahkan diperbolehkan menjadi maid dan mengurus segala keperluan rumah tangga prianya sudah lebih dari cukup.
28 tahun ia hidup di dunia ini, namun ia tak pernah tahu bahwa takdir menuntutnya pada satu hal yang menyakitkan. Ia tidak bisa menggapai prianya lebih dari sekedar kata-kata, ia tidak bisa menyentuh prianya lebih dari sekedar mengganti pakaian atau membasuh tubuhnya, ia tidak bisa melayani lebih dari sekedar seorang maid. Namun itu tidak sebanding saat ia sendiri yang melayani kebutuhan istri-istrinya, ia pula yang memandikan calon-calon istrinya sebelum dirinya rias untuk menjadi seorang pengantin, ia sendiri yang mendekor kamar pengantin mereka, dan ia sendiri yang selalu membersihkan bekas persetubuhan mereka.
Meski ia tahu bahwa hanya dirinyalah yang dicintai sang majikan, tapi saat cinta hanya terbalas dengan kata, itulah yang paling menyakiti dirinya. Namun apa daya dirinya yang tidak bisa menentang prianya itu. Dari segala kegundahannya ini, ia hanya berharap bahwa suatu saat dirinya bisa benar-benar mendapatkan balasan yan terbaik atas kerja kerasnya sekarang.
"Aku mencintaimu, Sasuke."
To be Continue
