Amor Fati

Cast :

Luhan

Oh Sehun

Kim Kai

Pair :

Hunhan

Kailu

Chanbaek

Rate :

M

YAOI

DON'T LIKE DON'T READ

Cerita ini murni dari pikiran author. Jika ada kesamaan adegan dan lain-lain merupakan suatu ketidaksengajaan. Cast sepenuhnya milik orangtua masing-masing. Kecuali Luhan dan Sehun yang ditakdirkan untuk bersama.

Don't forget to review and happy reading ^_^

New York, 05:37

Drrrttt…

Dering ponsel merk ternama terdengar di tengah suasana sunyi temaram di suatu kamar milik seseorang. Mengganggu ketenangan dari wajah rupawan nan damai dalam tidur nyenyaknya.

"Hmm." Gumam sosok itu mengangkat panggilan dari ponselnya.

"Luhan, keberangkatanmu ke Seoul sudah aku atur. Kau hanya perlu mempersiapkan dirimu beserta barang-barangmu. Dan kau akan terbang jam 10 siang nanti."

"Hmm. Baiklah hyung."

PIP

Panggilan terhenti dan sosok bernama Luhan itu melanjutkan tidurnya. Seolah hal yang dibicarakan tadi adalah bukan hal penting untuk dia merelakan waktu tidurnya.

.

.

.

Seoul, 07:24

Dentingan alat makan yang memenuhi ruangan luas dengan dinding berukiran rumit, lukisan-lukisan yang tampak memamerkan keindahannya, serta lampu cantik yang menghiasi langit-langit ruangan. Tampak dua orang laki-laki serta satu perempuan sedang melangsungkan acara sarapan pagi bersama.

"Apa benar nanti Luhan hyung akan kembali ke Seoul, Ayah?" Tanya seorang pemuda berumur 19 tahun berparas tampan.

"Ya. Luhan akan kembali nanti. Studinya di Amerika telah selesai dan ia akan melanjutkan kuliah bisnis di Korea." Jawab pria paruh baya yang masih terlihat segar meski umurnya tak lagi muda dan menjabat sebagai kepala keluarga di mansion itu.

"Akhirnya hyung pulang setelah 3 tahun lamanya. Aku sudah sangat merindukannya."

"Ibu dan ayah juga merindukan Luhan." Gumam miris sosok wanita ditengah meja besar yang tampak sangat mewah.

Mengulas kejadian 3 tahun lebih sebelumnya dimana Luhan remaja yang menggemaskan hidup bahagia dengan sebuah cita-cita menjadi aktor yang sukses. Saat itu Luhan juga tengah menjalin asmara dengan seseorang tanpa sepengetahuan orang tuanya. Luhan dan kekasihnya saling mencintai berbagi rasa senang, sedih, gundah, kecewa, dan haru bersama. Namun, seperti takdir yang tidak menginginkan mereka bersama akhirnya di suatu saat tak terduga orang tua mereka mengetahui hubungan mereka.

Orang tua Luhan terutama ibunya sangat tidak menyukai kekasih Luhan itu karena kekasih Luhan adalah anak dari orang yang sangat ibunya benci. Orang itu telah menyakiti dan mengecewakan Yoona , ibu Luhan. Orang itu adalah mantan kekasih Yoona. Saat itu terjadi peristiwa pelik yang begitu tragis diantara mereka. Seunggi – mantan kekasih – menjual Yoona kepada pria-pria hidung belang demi keuntungan yang dia dapatkan. Hal itu membuat Changwook – suami Yoona saat ini – sangat marah dan menyelamatkan Yoona hingga mereka menikah dan melahirkan Luhan dan Lay.

Tentu saja Luhan tidak tahu alasan ini dari orang tuanya. Yoona dan Changwoo sepakat untuk tidak membicarakan masalah itu pada Luhan. Luhan hanya mengetahui bahwa orang tuanya menentang cita-citanya sebagai aktor dimana Luhan sudah memiliki tanggung jawab untuk meneruskan perusahaan ayahnya. Kekanakan memang, tetapi mau bagaimana lagi mereka tidak ingin Luhan mengetahui masa pahit itu. Hingga akhirnya Luhan dan kekasihnya harus putus dengan berat hati karena Luhan akan melanjutkan studi bisnisnya di Amerika.

.

.

.

Lalu lalang penumpang begitu riuh terlihat di Bandara Internasional Incheon. Di kerumunan para penumpang tampak seorang pria berparas manis tengah menelpon seseorang yang harus menempatkan ponselnya disela-sela telinga dan bahu karena ia harus mengurus barang-barang bawaannya yang terhambur di lantai.

"Hyung kau ada dimana? Aku sudah akan keluar." Tanya pria manis itu.

"Aku sudah menunggumu di area keluar. Kau akan melihatku setelah sampa di sana."

"Oke hyung aku keluar."

Pemuda itu bergegas keluar dengan menyeret sebuah koper besar dan merangkul tas ransel di punggungnya. Matanya tak henti mengedarkan pandangan ke segala penjuru hingga bertemu tatap dengan mata seseorang yang ia kenal lalu menghampirinya.

"Luhan akhirnya kita berjumpa lagi. Aku merindukanmu." Sahut pria tinggi nan tampan yang sudah menunggu kedatangannya satu jam yang lalu.

"Ugh. Lepaskan pelukanmu. Aku kesulitan bernapas." Desak Luhan yang sesak napas akibat pelukan dari Minho – orang yang menjemput Luhan sekaligus menjabat sebagai sekretaris pribadi Luhan – yang terlampau erat.

"Hehehe. Maaf Luhan. Aku hanya terlalu bersemangat untuk bertemu denganmu. Dan lihat, Luhan yang sekarang semakin menggemaskan dan sangat cantik. Kau membuat jantungku berdebar-debar."

"Hentikan. Aku mual mendengarnya. Lebih baik kita pergi sekarang."

"Baiklah Tuan Putri."

PLAK

"Berhenti memanggilku seperti itu jika kau masih ingin melihat adik kecilmu."

Minho segera memalingkan muka ke bawah menatap gundukan di balik celananya.

"Oke. Jangan lakukan."

Mereka segera pergi keluar menyusuri jalan penuh dengan orang-orang hilir mudik dalam bandara itu. Sampai di sebuah mobil mewah menunggu mereka dan langsung melaju membelah kepadatan jalan raya.

.

.

.

Tiba di mansion yang sangat megah dengan taman depan yang begitu luas. Lampu-lampu taman, berbagai patung dewa-dewi, dan sepasang gazebo yang melengkapi keindahan taman. Mobil mewah berseri Lamborghini Avendator Lp700-4 keluaran 2014 bernilai itu tampak memasuki mansion tersebut.

BLAM

Luhan serta Minho keluar dari mobil mewah itu memasuki mansion dimana ayah, ibu, dan adik Luhan telah menunggu kedatangannya.

"Hyuungg! Aku sangat merindukanmu!" Teriak Lay menghampiri Luhan.

"Aku juga Lay-ah." Jawab Luhan sambil membalas pelukan Lay.

"Apa kabar hyung? Mengapa kau tidak pernah menghubungiku hyung?"

"Aku sibuk Lay-ah. Maafkan aku."

"Tidak apa-apa hyung yang penting kau sudah kembali."

"Luhan, ayah dan ibu juga sangat merindukanmu." Changwook dan Yoona mendekati Luhan dan memeluknya.

"Aku juga." Balas Luhan walau terselip nada dingin diucapannya. Sejak Luhan pergi ke Amerika, ia memang sedikit dingin kepada orang tuanya. Namun, Luhan tidak dapat memungkiri jika ia juga merindukan ayah dan ibunya.

Acara melepas rindu terus berlanjut tetapi didominasi oleh Lay karena suasana Luhan dengan orang tuanya cukup canggung. Hingga Yoona menginterupsi bahwa Luhan harus istirahat dari perjalanan panjangnya selama di pesawat apalagi Luhan memiliki phobia terhadap ketinggian. Jadi mereka berpisah sementara dan Luhan langsung menuju kamar yang sangat ia rindukan.

Sesuai rencana yang telah ditentukan, Luhan akan menjadi mahasiswa baru di Seoul International University melanjutkan studi bisnisnya. Luhan sengaja memilih universitas yang sama dengan adiknya karena ia ingin menjaga adiknya selama ia di sana menggantikan waktu-waktu saat ia di Amerika.

.

.

.

Setelah empat hari menghabiskan waktu untuk bersantai dan bernostalgia di kampung halamannya, Luhan harus menyiapkan diri untuk kuliah di hari pertamanya. Sebenarnya tidak bisa dikatakan bersantai sepenuhnya karena ia juga sudah melakukan pekerjaan di perusahaan ayahnya walau tidak sepenuh hari.

Luhan dan Lay berangkat bersama-sama dengan mobil Ferrari LaFerrari warna metalik menuju kampus yang letaknya cukup jauh dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Luhan mengendarai mobil dengan begitu mulus seolah ia terlatih untuk itu.

"Hyung, saat makan siang nanti aku akan menemuimu." Suara Lay memecah keheningan.

"Untuk apa?"

"Untuk memastikan kau baik-baik saja dan mengajakmu makan siang bersama."

"Aku baik-baik saja. Aku bukan anak kecil Lay-ah."

"Iya aku tahu. Hanya saja aku khawatir padamu."

"Jangan khawatir karena tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

"Baiklah. Tapi aku ingin makan siang bersamamu."

"Oke. Aku menunggumu."

"Yeyy! Hyung jjang!" Pekik Lay semangat.

Tidak kuasa menahan rasa gemas terhadap tingkah Lay, Luhan menoleh sejenak kearah Lay dari kemudinya lalu mengusak sayang rambut Lay hingga berantakan. Anak itu hanya memberengut lucu kala Luhan menghancurkan tatanan rambut rapinya.

Perjalanan terus berlanjut dengan canda dari mereka. Luhan begitu menyayangi Lay dan Lay yang tampak manja terhadap Luhan. Hingga mereka memasuki kawasan kampus yang sangat luas dan tatanan taman yang teratur menambah astetika Seoul International University. Luhan memarkirkan mobilnya lalu melepas seatbelt dan keluar dari mobil diikuti Lay. Lay menemani Luhan ke ruangan kesiswaan untuk mengurus masalah kepindahan. Setelahnya Lay meninggalkan Luhan menuju kelasnya yang akan dimulai sebentar lagi.

Selesai menghadap kepada kepala bagian kesiswaan, Luhan diantarkan ke kelasnya untuk mengikuti pelajaran. Saat tiba di kelas, Luhan berdiri di depan kelas dengan wajah datar khas Luhan jika bertemu dengan banyak orang.

"Selamat siang anak-anak. Kalian mendapat teman baru pindahan dari New York. Silakan perkenalkan dirimu Luhan." Sahut dosen disamping Luhan.

"Annyeonghaseyo Luhan imnida. Senang bertemu dengan kalian. Mohon bantuannya." Ucap Luhan mencoba ramah kepada calon teman-temannya.

"Perlakukan Luhan dengan baik selayaknya teman. Baik Luhan, kau boleh duduk."

Luhan bergerak menuju sebuah bangku kosong di samping pria mungil yang tersenyum ke arahnya. Luhan membalas senyumannya dan pria mungil itu menjulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Hai Luhan. Perkenalkan namaku Baekhyun, Byun Baekhyun." Kata pria mungil dengan senyuman ceria itu.

"Senang berkenalan denganmu Baekhyun-ssi." Jawab Luhan membalas uluran tangan Baekhyun.

"Panggil aku dengan Baekhyun saja tanpa embel-embel ssi oke?"

"Baiklah Baekhyun."

Pelajaran dimulai. Semua siswa terfokus pada penjelasan dosen di depan tak terkecuali Luhan dan Baekhyun sehingga mereka mengakhiri sesi berkenalan tersebut.

.

.

.

Jam makan siang telah tiba. Luhan telah berkenalan dengan semua siswa di kelasnya tetapi yang dekat dengannya sejauh ini hanya Baekhyun dan Kyungsoo. Mereka terus berbagi kisah masing-masing dan menemani Luhan ke kantin untuk makan siang bersama. Saat keluar kelas, mereka bertemu Lay yang datang menemui Luhan.

"Hyung ayo makan siang bersama!" Teriak Lay.

"Ayo, aku akan makan siang bersama mereka juga. Perkenalkan mereka temanku Lay-ah." Sahut Luhan.

"Halo aku Byun Baekhyun. Panggil saja aku Baekhyun."

"Hai aku Do Kyungsoo. Kau bisa memanggilku Kyunsoo hyung."

"Halo Baekhyun hyung, Kyungsoo hyung. Perkenalkan aku Lay adiknya Luhan hyung. Senang bertemu kalian."

"Ya. Ayo kita pergi bersama." Jawab Baekhyun kelewat ceria dengan menarik lengan Lay.

Di belakang tersisa Luhan dan Kyungsoo yang hanya bisa terkekeh melihat interaksi keduanya. Melanjutkan langkah mengikuti dua orang hiperaktif di depan mereka.

Setelah tiba di kantin, Baekhyun dengan senang hati menawarkan diri untuk memesan makanan. Mereka bertiga mencari tempat untuk makan dan menemukannya di pojok ruangan dekat taman. Melangkahkan kaki ke tempat itu dan duduk disana.

Baekhyun datang dengan berbagai macam makanan di tangannya. Terlihat sosok pria yang setinggi tiang listrik berada di belakangnya mengekori langkah Baekhyun dengan tangan yang juga terisi banyak makanan.

"Ini pesanan kalian. Dan aku bertemu makhluk idiot ini di tengah jalan." Ucap Baekhyun menunjuk pria tinggi tersebut.

"Hei! Aku tidak idiot. Kalau aku idiot, mengapa kau bisa menyukaiku?" Sergah pria itu.

"Ya ya ya. Kau terlalu beruntung sehingga aku bisa menyukaimu."

"Ck! Katakan itu pada tingkah manjamu selama ini."

"Sudahlah. Nah Luhan dan Lay, perkenalkan dia Park Chanyeol. Panggil dia dengan dobi saja."

"Halo aku Park Chanyeol dari jurusan Manajemen kekasih pria pendek cerewet ini." Kata Chanyeol menunjuk Baekhyun dan yang ditunjuk hanya mendelik kesal.

"Hai aku Luhan."

"Halo namaku Lay adiknya Luhan hyung, senang bertemu denganmu." Sahutnya ramah berbeda dengan Luhan yang hanya memasang senyum tipis di wajahnya.

"Kau mahasiswa pindahan dari New York yang orang-orang bilang itu ya?" Tanya Chanyeol kepada Luhan.

"Ya itu aku."

"Mengapa kau pindah ke Seoul? Bukankah di New York kualitas pendidikannya lebih tinggi."

"Kurasa itu bukan urusanmu."

"Hei dobi! Kau mengganggu kenyamanan temanku dengan pertanyaanmu." Sahut Kyungsoo mencairkan suasana tegang di sekitar.

"Baiklah aku tidak bertanya lagi. Itu privasimu."

"Maafkan Luhan hyung. Dia memang seperti itu jika bertemu orang baru." Sahut Lay.

"Tidak apa-apa. Aku terlalu memang tipe yang mudah penasaran." Jawab Chanyeol.

"Ya. Kau dan rasa penasaranmu itu sungguh menjengkelkan Park." Usapan sayang terasa di kepala Baekhyun. Tangan besar Chanyeol dengan gemas mencubit pipi Baekhyun.

"Lebih baik kita makan sekarang. Selamat makan." Interupsi Kyungsoo.

Mereka akhirnya mulai makan dengan tenang walau seringkali tingkah pasangan Chanbaek itu mengacaukan ketenangan. Tetapi mereka hanya memaklumi dengan terkekeh menanggapi candaan maupun rayuan dari Chanyeol kecuali Luhan. Luhan hanya terus memakan makanannya sesekali mengedarkan pandangannya ke area kantin.

DEG

Hingga pandangannya terhenti pada seorang berpostur tinggi semampai namun tidak setinggi Chanyeol dengan kulit tan yang membalut tubuhnya dan rahang tegasnya. Jantungya serasa disengat listrik melihat sosok tersebut. Menimbulkan rasa rindu yang membuncah semakin besar. Setelah sekian lama tidak pernah bertemu atau berhubungan dengan pria yang telah mengisi hatinya dari dulu hingga sekarang. Dan entah keadaan baik atau buruk karena Luhan bertemu kembali dengannya. Tapi yang Luhan tahu, ia sangat merindukan sosok itu.

"Kai."

TBC