"Biarkan saya membantu anda, Hime-sama."

"Tidak!"

"Melayani anda adalah tugas saya."

"Tidak! Aku tidak mau!"

Brak!Dua pasang mata yang tengah berargumen sejak tadi kini mengalihkan perhatian mereka pada pintu kamar si gadis. Di ambang pintu terlihat seorang pemuda berambut blonde diikat pony tail yang memakai pakaian butler sama seperti pemuda coklat disana. Wajah kesalnya berubah seketika saat melihat majikannya tengah terpojok di sudut ruangan seraya terus menahan tangan pemuda berambut coklat yang hendak membuka bajunya.

"Anda masih belum mengganti pakaian anda juga, Hime-sama?"

"Bagaimana aku bisa mengganti pakaian jika kalian ma-" Gadis itu kembali berusaha keras menjauhkan tubuh pemuda coklat di hadapannya yang terus saja ingin membantunya berganti pakaian. "-Aku tidak mau!"

"Tapi ini adalah tugas kami, Hime-sama."

Pemuda blonde itu berjalan mendekat ke arah mereka berdua. "Lui benar, Hime-sama. Tugas kami adalah melayani anda, dan mengganti baju anda adalah salah satu pelayanan kami." Katanya untuk membela teman seperjuangannya meski tadi ia sempat kesal dengan pemuda coklat itu karena suatu hal.

"Aku akan mengganti pakaianku sendiri!"

"Anda harus membiasakan diri dengan service kami, Hime-sama."

"Benar apa yang Len katakan, Hime-sama."

"TIDAK MAU!!!"

Please Save My Privacy

"Aku sudah tidak bisa menikah."

"Anda masih bisa menikah, Hime-sama."

"Tidak, aku sudah tidak bisa menikah."

Kedua pemuda berbeda warna rambut itu hanya bisa menggeleng tatkala melihat kelakuan majikannya di bangku belakang dari kaca spion mobil. Majikannya itu tengah memeluk tas ransel kuning miliknya dan menenggalam kan kepala disana seraya mengucapkan kata-kata yang sebenarnya tidak masuk akal. Hanya karena digantikan pakaian oleh seorang butler, bukan berarti kau takkan bisa menikah.

Satu minggu terlah berlalu sejak dua butler di kursi depan dipekerjakan oleh sang ayah untuk mengurusi setiap kegiatan sehari-hari gadis itu. Sebenarnya ia telah menolak, namun sang ayah tetap keukeuh pada pendiriannya hanya karena anak gadis satu-satunya itu tinggal di rumah utama sendirian, sedangkan ia dan istrinya tinggal di luar negri untuk urusan bisnis. Sejujurnya gadis itu tidak terlalu menolak jika diberikan seorang butler, tapi entah mengapa yang datang kerumahnya malah dua orang butler? Apakah sang ayah tidak takut anaknya di apa-apakan? Terlebih selama seminggu ini, ia sama sekali tidak bisa merasakan kata "Privacy".

"Aku tidak mau sekolah lagi! Aku tidak bisa memperlihatkan wajahku pada Kaito-senpai. Apa lagi jika ia tahu aku sudah tidak menikah lagi. Huaaaaaaaaaaaa..."

Pemuda berambut coklat yang tengah menyetir mobil itu kini melirik teman blondenya. Merasa adanya kode, pemuda blonde itu hanya menaikan bahu seraya tersenyum tipis saat melihat tingkah lucu nan polos majikannya.

"Siapapun! Tolong lindungi privasiku!"

To Be Continue

Hola All...

Maaf saya malah buat 2 ff baru dan salah satunya cerita ini.

Wakakakak, tapi saya mau membuat sesuatu yang berbeda seperti humor. Tenang, cerita saya yang lain tetap lanjut walau kalian ga baca atau Review yang sebenernya bikin saya pundung. wkwkwkwk.

Karena saya baru selesai UAS, kemungkinan besok saya akan mulai lanjutin ff saya yang lain. Di mulai dari The Flow of life ya.

Sebenernya saya ini lagi pundung, karena saya yakin bakalan ngulang semester. Ya Lord. Oh ya, doain saya ya biar ga terlalu banyak yang ngulang, dan doain biar cepat- cepat lulus, amin.

Mungkin segitu dulu. Trima kasih bagi yang telah membaca dan mau meReview cerita ini. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Salam Hangat,

Go Minami Asuka Bi