Disclaimer © Masashi Kishimoto

Story © Punya Kika

Rated © T

WARNING © OOC akut, typo, alur cepat dan teman-temannya.

Summary © Ketika hidup harus dibawa baper dalam segala hal.

Don't Like Don't Read

.

.

.

-Baper-

.

.

.

Baper itu misalnya lagi latihan penelitian dan harus ngisi field note (kegiatan harian yang berkaitan dengan penelitian) tapi pas mau nulis field note, malah- "Dear diary, hari ini kok dia gak ngabarin yahh..."

Atau bisa jadi saat menikmati hembusan angin sore sehabis diputusin pacar- "Lagi rapuh-rapuhnya, tertiup angin aja rasanya pengen langsung roboh"

Bisa juga pas nonton berita yang nayangin kecelakaan maut- "Ngeliat truk jatuh ke jurang aja aku gak bisa. Apalagi ngeliat kamu jatuh ke tangan orang lain"

Baper (n) Kondisi dimana kita merasa lemah karena seharian gak makan apa-apa. Eh, itu laper.

Remaja masa kini atau setidaknya mereka yang pernah remaja pasti gak asing dong dengan kata 'baper'. Iya, baper singkatan dari bawa perasaan, merupakan suatu kondisi dimana hati terasa nyiitt seperti ditusuk-tusuk jarum. Cekit..cekit..cekit..cekit...

Berikut adalah beberapa kasus baper yang menimpa remaja Konoha High School yang masih dalam proses pencarian jati diri.

.

.

.

Di kelas

Pelajaran Geografi. Pelajaran yang biasanya bikin ngantuk dan bikin ngerasa jadi anak teknik geologi tapi...Pelajaran geografi yang dibawakan oleh Anko-sensei bikin merem melek dan kita bakalan ngerasa kayak penambang batu bara ilegal. Metode ngajarnya militer banget, men. Tak berprikesiswaan dan tak berprikeanakmudaan.

"Sabaku Gaara...!" Anko-sensei memanggil nama Gaara, cowok idaman banyak wanita di luar sana, termasuk author. Meski doi punya tatoo norak tapi tetep aja face-nya bisa bikin cewek-cewek menggila. Cakep sih tapi please, dia gak punya alis!

"Hai'.." Gaara memperbaiki duduknya, udah kebiasaan Anko-sensei sebelum pelajaran dimulai pasti ada sesi tanya-tanyaan.

"Bagaimana keadaan di Planet Mars?" Anko-sensei menatap intes ke Gaara, yang ditatap berusaha mencari jawaban.

"Di Planet Mars ya...kayaknya keadaan di Planet Mars baik-baik aja deh Sensei" jawaban dan wajah inosen Gaara membuat Anko-sensei meremas erat-erat buku yang ada di genggamannya.

"Bakayaro... Konoyaro...!" Sai yang duduk disamping Gaara mengomentari jawaban Gaara yang ngelantur dengan gaya nge-rapp ala Killer Bee.

"Nara Shikamaru...!" lagi, Anko-sensei memanggil salah satu siswa terpintar di kelas ini.

"Hai'..." Shikamaru lagi gak enak hati karena ada masalah sama Temari, bawaannya pengen tidur mulu. Shikamaru berusaha membuka matanya untuk sekedar memberikan kesan 'I'm daijoubu' kepada Anko-sensei. Shikamaru udah bosan liat Shikaku dateng ke sekolah cuma gara-gara teguran Shikamaru yang tidur mulu kalo lagi belajar.

"Planet Pluto itu seperti apa?" Anko-sensei berharap Shikamaru mampu memberikan jawaban yang memuaskan.

"Planet Pluto itu kayak aku Sensei, ada tapi gak dianggep..." Ayolah, Shikamaru cuma cowok biasa yang bisa baper kalo lagi nggak enak hati.

"Sai...!" Anko-sensei bener-bener udah kesel, sebenernya doi bangga punya murid yang kreatif tapi ya nggak gini juga.

"Hai'..." Sai menampilkan senyum super palsunya.

"Apa nama gurun terpanas di dunia dan berapa suhunya?" Anko-sensei benar-benar akan mengamuk kalo siswanya juga nggak tahu pertanyaan yang satu ini.

"Gurun Dasht-e lut di Iran, Sensei. Suhunya 70 derajat" Sai menjawab dengan benar.

"Bagus, Sai..." Anko-sensei tersenyum puas.

"Tapi Sensei... masih ada yang lebih panas dari Gurun Dasht-e lut.." Sai mulai melow.

"Ha? Gurun apa itu, Sai?" Anko-sensei jadi penasaran, setahu doi gurun di Iran itulah yang paling panas.

"Gurun di hati ini, Sensei. Panasnya sampai semilyar derajat saat ngeliat mantan becandaan sama gebetan barunya..." Nauzubillah, sampe semilyar derajat gitu

.

.

.

Di toko sepatu

Hari ini Sasuke baru aja dapat uang saku tambahan dari Kakak Itachi yang menang tender. Sebagai pecinta sneaker, hal pertama yang kepikiran sama Sasuke adalah beli sepatu. Nambahin koleksi. Kepikirannya sih converse navy yang high tops biar ke-kece-annya semakin badai. Jadilah Sasuke mengunjuki toko sepatu yang terpercaya.

"Selamat datang, mas..." sapa cewek berambut panjang saat Sasuke membuka pintu toko. Name tag di bajunya bertuliskan Hyuuga Hinata

"Hn..." Sasuke ngangguk dan langsung menuju rak sepatu.

"Mbak, converse navy high tops-nya dong" kata Sasuke nunjuk model sepatu.

Mbak Hinata langsung menuju tempat penyimpanan untuk mencari mencari sepatu yang diinginkan oleh pelanggan cakep itu. Datanglah Hinata membawa satu kotak berisi sepatu dambaan Sasuke.

Sasuke mencobanya dan agak sedikit sempit.

"Mbak, ada yang lain gak?" tanya Sasuke melepas sepatunya.

"Kenapa, Mas? Gak cocok? Diperjuangin dulu aja mas, siapa tahu pada akhirnya cocok"

.

.

.

Di Puskesmas

Naruto baru aja ditolak Matsuri. Cewek berambut pendek yang ternyata adalah pacarnya Gaara. Naruto gak tau informasi ini karena karena Gaara dan Matsuri membina hubungan mereka dengan pergerakan bawah tanah. Simpelnya, gak keliatan.

Udah jatoh ketimpa kontener sekalian. Itu yang Naruto alami. Terlalu mendalami nasib cintanya yang gak berjalan mulus semulus paha gebetan. Naruto jalan gak liat-liat dan saat ada nyamuk menabraknya, Naruto terjatuh. Sikunya berdarah dan terpaksa dilarikan ke puskesmas terdekat.

Di puskesmas, ternyata ada anak kesehatan yang lagi magang. Namanya Haruno sakura, rambut warna pink yang pastinya lucu banget buat dijadiin rambut hombre, senyuman manis yang bikin diabetes dan sentuhan hangat yang ngalahin hangatnya selimut di pagi hari.

"A-duuhh-duuhhhh..." Naruto meringis cemen saat Sakura mengoleskan obat merah pada sikunya

"Adek Sakura basuh luka kayak gini biasanya dibayar berapa?" tanya Naruto kalem.

"Biasanya sih 50 ribu, Kak" jawab Sakura tak kalah kalem.

"Kalo basuh luka hati dibayar berapa, Dek?" tanya Naruto bikin jijik.

"Kalo luka hati, dibayarnya pake kasih sayang yang tulus sampai mati aja, Kak"

.

.

.

Beli gorengan

Anak kos.

Tanggal dua.

Melihat dua kalimat sederhana diatas jadi pengen cari orang yang bisa menggandakan uang. Hiks! Lagi kere.

Nasib jadi anak kos di tanggal tua nggak cuma dialami sama author tapi juga dialami oleh Kiba dan Shino. Untuk menghemat, mereka berdua akan malam pake gorengan aja. Jadilah mereka berjalan beriringan menuju gerobak-gerobak malam yang menjajakan dirinya. Eh, intinya gerobak yang jualan gorengan.

"Gorengannya dek, gorengannyaa..." teriak si penjual gorengan, kalo gak salah sih namanya Bang Itachi.

"Gorengannya dong, Bang" kata Kiba.

"Mau yang mana nih, dek?" tanya si Itachi memegang jepitan gorengan.

"Tahu isi sama tempe kriuk 10 ribu, Bang" kata Kiba sok unyu nunjuk gorengan.

Bang Itachi lincah ngambil kantong plastik dan memasukkan tahu isi kemudian tempe tapi-

"Bang...jangan disatuin!" kata Kiba histeris.

"Lah, kenapa dek?"

"Tahu dan tempe itu beda bang, jangan hanya karena mereka berdua sama-sama terbuat dari kedelai terus Abang seenaknya pengen nyatuin gitu aja. Ada beberapa hal di dunia ini yang gak bisa disatuin, Bang"

Setelah selesai dengan gorengan, Kiba dan Shino move ke penjual martabak.

"Martabaknya deekkk..." sahut si penjual ngiklan, panggil aja Bang Tobi.

"Satu dong, Bang" kata Shino.

"Martabak telur atau martabak manis, Dek?" tanya bang Tobi.

"Martabak telur aja, Bang, karena yang manis gak selamanya yang terindah" setdaaahhh.

Kira-kira 10 menit menunggu, martabak telur pesanan Shino sudah siap tinggal dipotong-potong aja sih tapi-

"Bang, gak usah dipotong, Bang. Gak tega liatnya!" seru Shino memperingati.

"Lah, terus gimana dong, Dek?" tanya Bang Tobi bingung.

"Cukup hati aku aja yang terpotong-potong, Bang. Martabaknya jangan" Shino sayang, terus kamu ntar makannya gimana.

"Terus sambelnya mau yang mana, dek?" tanya Tobi tetap tabah menghadapi anak muda labil yang ada di hadapannya.

"Apa kata Abang? Sambal? Aku sudah tak mampu menghadapi pedesnya dunia ini, Bang. Cukup hidup aku yang pedes, Bang, makanan aku jangan"

.

.

.

Pake Koyo

Hari ini Ino lagi bersedih. Soalnya dari gelagatnya Sai, cowoknya Ino, kayaknya bentar lagi Ino bakalan diputusin tanpa alasan yang jelas. Keliatan banget dari tingkahnya Sai yang datang dan pergi kayak sinyal hape pas kita lagi di pedesaan. Untuk menghilangkan kesedihan Ino, hari ini Hinata, Sakura dan Tenten menginap di rumah Ino. Sekedar gosip dan nonton film romantis aja sih.

"Ahh, pengel bangeet..." kata Ino mengurut betisnya. Tadi siang kan ada jam pelajaran olahraga.

"Tenang aku bawa koyo nih" kata Hinata mengeluarkan koyo cabe anget dari dalam tasnya. Dengan baik hati, Hinata membuka dan menempelkan koyo tersebut di kaki Ino.

"Kalo ngeliat koyo jadi inget Sai.." kata Ino melow.

"Kenapa gitu?" tanya yang lain bersamaan.

"Awalnya hangat, lama kelamaan dingin dan pas dilepas rasanya sakit banget"

Iya dah.

.

.

.

To Be Continued

.

.

.

Hai gaes, author random ini nongol lagi.

Bersamaan dengan fic ini, Kika ingin menyampaikan banyak terima kasih sama temen-temen reader yang setia ngikutin ficnya Kika.

Sebagai tanda terima kasih, Kika pengen publish story baper versi kalian di chapter 2, cerita bapernya akan menyertakan nama kalian.

Contoh : di kantin by beby Gaara andalan guweh

Jadi, silahkan komen di kolom review baper versi kalian untuk Kika upload di chapter depan

Kalian tinggal tulis kalimat bapernya aja, ntar sisanya biar Kika yang improv.

Contoh : Cukup tembok di rumah aku aja yang dingin dan datar. Sikap dan muka kamu ke aku jangan.

Salam anget.