Title: A Perfect Mess
Chapter I
Cast: Jaehyun Jung; Eunji Jung; Hansol Ji; Taeil Moon
Pairing: Jaehyun x [nugu?]
Rating: T+ / M
Warning: MxM. Mature content. Alternative Reality. Out of character. Typo everywhere.
Remake dari Tangled
Standard declaimer applied
~o.'0'.o~
.
Apakah kalian melihat orang yang belum mandi yang kini tiduran di atas sofa? Cowok yang memakai kaus oblong kebesaran warna putih dan celana robek?
Itulah aku, Jung Jaehyun.
Aku biasanya tidak seperti ini. Maksudku, itu benar-benar bukanlah diriku. Dalam keseharian, aku berpakaian rapi, rambut hitamku ditata sedemikian rupa, senyuman berdimpel manis selalu terpahat di wajah tampanku untuk memperlihatkan kesan profesional. Pakaianku dari atas sampai bawah, dari yang terluar sampai terdalam, beserta asesorisnya; sepatu, jam tangan, dan lain-lain―bermerek. Semua yang biasa aku pakai tiap hari jika ditotalkan bahkan akan lebih mahal dari biaya sewa rumahmu.
Apartemenku? Ya, tempatku berada sekarang. Tirainya ditutup. Hanya pantulan cahaya dari tv plasma yang menjadi sumber penerangan. Di meja dan lantainya berserakan botol bir, kaleng cola, bungkus makanan ringan, pizza sisa dan wadah es krim yang kosong.
Sebenarnya apartemenku biasanya tidak seperti sekarang ini. Apartemen yang biasa aku tinggali selalu bersih, ada seorang ahjumma yang datang bersih-bersih dua kali seminggu. Dengan semua fasilitas lengkap; tv plasma, sound system, dvd player atau dengan kata lain home theater. Jangan lupakan jenis hiburan lain seperti Nintendo dan Playstation.
Dekorasinya modern. Didominasi nuansa warna hitam dan stainless steel. Siapa saja yang memasukinya akan tahu bahwa seorang pria tinggal di sana.
Jadi, seperti yang kubilang; apa yang kalian lihat sekarang bukanlah diriku yang sebenarnya.
Aku sedang flu.
Influenza.
Sebuah kata yang sangat bagus bukan? In-flu-en-za.
Setidaknya aku cukup yakin mengenai penyakit apa yang sedang kuderita.
Itulah kenapa aku telah bersembunyi di apartemenku selama tujuh hari terakhir. Itu sebabnya juga aku mematikan teleponku, sengaja tak mengisi ulang baterainya. Hanya meninggalkan sofa untuk memakai kamar mandi atau membawa masuk makanan yang kupesan dari petugas delivery.
Aneh, sepertinya penyakitku tak membaik juga. Padahal aku sudah merasakannya seminggu lalu. Mau dengar ceritanya?
Alarmku berdering jam 05:00 pagi, seperti biasa. Tapi bukannya bangkit dari tempat tidur untuk pergi ke kantor, aku malah melemparkan jam itu ke seberang ruangan, membuatnya hancur menghantam dinding. Kasihan.
Suruh siapa menjadi benda menjengkelkan, dasar jam bodoh. Suara bip-bip-bipnya menganggu sekali.
Aku berguling dan kembali tidur.
Ketika aku akhirnya menyeret tubuhku keluar dari tempat tidur, aku merasa lemah dan mual. Dadaku terasa nyeri, kepalaku sakit.
Nah—flu, kan?
Aku tidak bisa tidur lagi, jadi aku mendekam di sini, di sofa kesayanganku. Yang anehnya terasa begitu nyaman sehingga aku memutuskan untuk tinggal di sini saja. Sepanjang minggu. Menonton film komedi yang sudah aku tonton sebanyak tiga kali, tapi belum juga bisa membuatku tertawa sekalipun. Aku berniat menonton untuk yang keempat kalinya.
Tapi ada gedoran di pintu apartemenku.
Perasaan aku tak punya masalah apapun dengan penagih hutang―
Aku mengabaikan gedoran itu, meskipun gedoran itu tak kunjung berhenti. Lagi dan lagi.
"Jaehyun! Jaehyun, aku tahu kau ada di dalam sana! Cepat buka pintunya!"
Oh… tidak.
Ini Si Menyebalkan. Atau dikenal sebagai kakakku, Jung Eunji. Ketika aku mengatakan kata menyebalkan, aku mengatakannya dengan cara sesayang mungkin, aku bersumpah. Tapi begitulah Eunji nuna; selalu menuntut, kasar, tak tahu malu, dan…. keras kepala.
Aku akan membunuh si penjaga apartemen. Yang membiarkan anjing liar masuk sembarang―
"Jika kau tidak membuka pintu ini, Jaehyun, aku akan menelepon polisi untuk mendobraknya lalu setelah itu aku akan mengulitimu. Aku serius!"
Paham kan apa maksudku?
Aku menggenggam bantal yang telah menemaniku sejak flu seminggu lalu. Aku menekan wajahku ke dalamnya dan menarik napas dalam-dalam. Baunya seperti campuran dari air liur, ketombe dan kotoran lain di rambutku. Tapi itu tidak penting.
"Jaehyun! Kau dengar aku?"
Aku menekan bantal menutupi wajahku. Tak lain dan tak bukan adalah untuk menghalangi suara gedoran yang terus memborbardir pintu apartemenku.
"Aku benar-benar akan memanggil polisi sekarang!" Suara Eunji terdengar penuh peringatan, dan aku tahu nunaku itu tidak main-main.
Aku menghela napas dalam-dalam dan memaksa diri untuk bangkit dari sofa. Berjalan ke pintu saja membutuhkan waktu yang lebih lama dari siput merangkak, setiap langkah dari kakiku yang berat dan sakit merupakan upaya keras.
Flu terkutuk.
Aku membuka pintu dan menguatkan diri menghadapi murka Si Menyebalkan. Dia menggenggam iPhone terbaru ditelinganya dengan satu tangan. Rambut dark brownya diikat longgar ke belakang, menyempurnakan penampilannya yang memakai kemeja putih dipadu rok hitam selutut dan blazer yang hanya disampirkan di bahu. Dia juga menggenggam clutch bag. Penampilan yang terlalu anggun untuk orang barbar macam nunanya itu. Yang lebih cocok memakai setelah tarzan.
Di belakangnya, tampak pria sebayaku―memasang ekspresi menyesal dalam setelan kemeja biru dan jas. Sahabat sekaligus rekan kerjaku, Ji Hansol.
Aku memaafkanmu, pak penjaga apertemen. Kali ini Hansol-hyung yang harus mati.
"Ya Tuhan!" Eunji berteriak ngeri. "Apa yang terjadi padamu?"
Sudah kukatakan pada kalian ini bukan aku yang sebenarnya.
Aku tidak menjawabnya. Aku tidak punya energi. Aku hanya meninggalkan pintu terbuka dan jatuh dengan wajah terlebih dulu di atas sofaku. Aku mencintaimu, sofa—sudahkah aku bilang? Yah, aku sudah mengatakannya barusan. Meskipun mataku terbenam dalam bantal, aku merasakan Eunji nuna dan Hansol-hyung berjalan perlahan ke dalam apartemen. Aku membayangkan betapa terkejutnya wajah mereka melihat kondisi ini. Aku mengintip dari balik bantalku dan melihat bahwa perkiraanku sangatlah tepat.
"Jaehyun?" Aku mendengar nunaku bertanya, tapi kali ini ada nada kekhawatiran yang menyelimuti satu kata pendek itu. Lalu dia terdengar marah lagi. "Demi Tuhan, Hansol-a, kenapa kau tidak segera meneleponku? Bagaimana kau bisa membiarkan ini terjadi?"
"Aku juga belum sempat melihatnya―" Kata Hansol cepat. Lihat, Hansol-hyung juga takut pada Si Menyebalkan. "Aku datang setiap hari. Tapi dia tidak mau membukakan pintu."
Aku merasakan sofanya bergerak saat Eunji nuna duduk.
"Jaehyun?" Katanya pelan. Aku merasakan tangannya bergerak lembut di sepanjang belakang rambutku. "Kau kenapa?"
Suaranya begitu khawatir, dia mengingatkanku pada ibuku. Ketika aku masih anak-anak dan sakit di rumah, Ibu akan datang ke kamarku dengan membawa cokelat panas dan sup di atas nampan. Dia akan mencium keningku untuk memeriksa apakah tubuhku masih panas karena demam. Ibu selalu membuatku merasa lebih baik. Apa yang dilakukan Eunji nuna membuatku merindukan Ibu.
"Aku baik-baik saja, nuna." Jawabku, meskipun aku tidak yakin apakah dia mendengar suaraku. Suaraku hilang terhalang oleh bantal. "Aku hanya flu."
Aku kemudian mendengar suara riuh dari botol bir dan sampah, dan kutahu Eunji nuna mulai membereskan kekacauan. Aku bukan satu-satunya orang di keluargaku yang menyukai kebersihan dan kerapian. Itu adalah hal standar yang dimiliki oleh seluruh keluarga Jung.
"Jangan mencoba berbohong padaku." Eunji nuna menarik napas dengan tajam, membersihkan sisa-sisa pestaku selama semingu. "Jaehyun." Eunji menggoyang bahuku dengan lembut.
Aku menyerah dan duduk, menggosok mataku yang kelelahan.
"Bicaralah padaku. Ada apa? Apa yang terjadi?"
Saat aku melihat ekspresi khawatir dari kakak perempuanku yang menyebalkan, aku seakan terlempar ke masa belasan tahun yang lalu. Saat aku berusia enam tahun dan anjingku baru saja mati. Dan seperti hari itu, kebenaran yang menyakitkan seakan mengoyak paru-paruku.
"Itu akhirnya terjadi."
"Apa yang terjadi?"
"Apa yang kau harapkan padaku selama bertahun-tahun," bisikku. "Aku rasa aku jatuh cinta."
Aku mendongak untuk melihat senyumnya. Itulah yang selalu Eunji nuna inginkan terjadi padaku. Dia sudah lama sekali menikah dengan Taeil-hyung, dan jatuh cinta pada pemuda Moon itu jauh lebih lama lagi.
Jadi Eunji tidak pernah setuju dengan cara hidupku dan tidak sabar melihatku memiliki hubungan sehat, yang tetap, serius, dan tidak labil. Menemukan seseorang yang akan bisa merawatku hingga tua, seperti cara dia mengurus Taeil-hyung. Bagaimana ibu yang mengurus ayah kami.
Tapi aku bilang padanya itu takkan pernah terjadi—itu bukan apa yang kuinginkan. Kenapa harus membawa buku ke perpustakaan? Kenapa membawa pasir ke pantai? Kenapa membeli sapi ketika kalian bisa membeli susunya? Yah, analoginya semacam itu. Lagipula aku cukup menikmati hidupku dengan wanita-wanita yang ia kencani bergantian. Aku punya wajah tampan. Mubazir sekali jika tak kumanfaatkan.
"Kau tidak mengerti. Orang yang aku sukai ini berbeda―"
"Berbeda apa maksudmu?"
"Dia bukan wanita dengan badan bagus, dada besar dan pantat berisi. Dia―" aku menelan ludahku sendiri, "―Laki-laki."
Aku melihat Eunji nuna kaget sebentar, sebelum mulai tersenyum.
"Dan dia akan menikah dengan orang lain."
Simpati menyebar di wajah nunaku. Dan kemudian wajahnya mengeras lagi. Karena Eunji nuna pada dasarnya memang tukang beres-beres. Dia bisa membenarkan saluran air yang tersumbat, menambal dinding yang berlubang, dan menghilangkan noda sekecil apapun dari karpet. Aku sudah tahu apa yang sedang berputar di kepalanya saat ini: adiknya sedang kacau, dan dia akan membereskan yang ini juga.
Aku berharap dapat semudah itu. Tapi kupikir tak ada di dunia ini yang akan mampu menyambungkan kepingan hatiku menjadi utuh lagi. Apakah aku sudah bilang kalau aku juga seorang yang puitis? Kumohon jangan muntah, tapi begitulah.
"Oke. Kita pasti bisa membereskan yang satu ini, Jaehyun."
Nah kan.
"Pergilah mandi air panas. Yang lama. Aku akan membersihkan kekacauan ini. Lalu kita akan keluar. Kita bertiga."
"Aku tidak bisa keluar." Apa dia tidak dengar? "Aku sedang flu."
Eunji tersenyum lagi, membuatku bergidik. "Kau perlu makan, makanan yang layak. Kau juga membutuhkan mandi, mandi yang bersih. Setelah itu kau akan merasa lebih baik, Jaehyun."
Mungkin dia benar. Tuhan tahu apa yang telah kulakukan selama tujuh hari terakhir tidak membuatku merasa lebih baik. Aku mengangkat bahu dan bangkit untuk melakukan apa yang Eunji nuna katakan. Seperti bocah empat tahun, aku juga membawa bantal berhargaku.
Dalam perjalanan ke kamar mandi, aku tidak bisa mencegah untuk berpikir bagaimana semua ini terjadi. Aku punya kehidupan yang baik sekali. Sebuah kehidupan yang sempurna. Dan kemudian semuanya berantakan.
Oh—kalian ingin tahu bagaimana?
Kalian ingin mendengar kisah menyedihkanku hingga berakhir seperti ini?
.
~o.'To be Continued?'.o~
.
.
Note:
[1] Aku tak menemukan cast bermarga Jung lain dan terlalu merepotkan untuk membuat OC. Jadi Eunji yang kupakai
[2] Chapter depan akan naik rated karena yah tujuan awalnya ini memang cerita mesum
[3] Voting dibuka untuk menentukan pairing. Sebagai pemberitahuan aku suka Jaehyun x all. Yang penting Jaehyun top. Jadi silahkan voting pairing favorit kalian di kotak review~ Lanjutan cerita akan dipublish secepatnya
[4] Ini tidak penting tapi―Jung Jaehyun why are you look so hot like asdfghjkl!
