Chapter 1
Siapalah aku yang bagai benalu menumpang. Aku tidak memiliki hak untuk jatuh cinta padanya.
.
.
.
~~~~~~~CHANGMIN~~~~~~~~
.
Kecurigaanku beralasan. 'Dia tampak berbeda hari ini, entah kenapa aku merasa cemburu menatap senyumnya. Aku sangat keberatan, melihat senyum U-KNOW merekah tanpa alasan sepagi ini pukul tujuh pagi, Seoul Korea Selatan.
Dari mulutnya terus bersenandung dan bersiul nada yang tak begitu jelas. Sesekali Falling in Love teralun dari bibir tebalnya. Penampilan dari atas hingga bawah sangat perfect sepagi ini. Stelan kemeja bergaris-garis hitam putih Danim, dipadu blue jeans pensil era tujuh puluhan. U-Know tampak berbeda pagi ini.
Dan parahnya sepasang bambi ini, tidak mau berhenti mengintai setiap tingkah laku, pria itu. Dengan kata lain, 'Aku menguntit Jung Yunho aku menyukainya perasaan yang hanya sia-sia saja ,'karena nyatanya pria ini memiliki teman kencan yang lebih sempurna dariku, atau lebih tepatnya, 'Yunho mati rasa.' Hampir lima tahun tinggal bersama, mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing setiap harinya. Terbiasa dengan kebiasan buruk dan baik saat tinggal bersama, membuatku nyaman berada dekat dengannya. Namun Yunho hanya menganggapku sebatas SAHABAT.
Aku tipe orang yang perfectionis, aku tidak menyukai orang lain menyentuh kulitku, secuil pun. Namun Jung Yunho, mampu menyentuhku dengan ramahnya, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah ku, 'aku merasa nyaman.' Aku menyukainya saat tangan kekar itu, memijat tubuhku, aku selalu berharap Yunho melakukan satu hal yang lebih lagi. Namun tangan kapalan itu hanya memijat dibagian aman saja, setelah aku ketiduran ia pun membuatkanku, tanpa sentuhan tambahan. Aku hanya mampu mendengus kecewa, aku terlalu gengsi untuk bilang, 'AKU MENCINTAIMU' aku tidak mampu membayangkan reaksi Yunho.
Oh, Neptunus bantu aku, dia tampan dan beraura mataku tidak henti mengagumi garis-garis indah yang Tuhan lukis di wajahnya. Mohon kendalikan aku, agar tidak nekad, sesuatu dibuat menggeliat oleh pesonanya.
"Kau ada kencan!" Sapa Changmin pada akhirnya. "Lee Sungmin, menawariku kencan buta, dia sudah mengaturnya. Aku sudah lelah hidup sendiri," komentar Yunho membuat raut Changmin keruh. 'Sendiri!' Ulang Changmin dalam hati, lalu siapa Changmin untukmu Jung Yunho! Ah, iya Shim Changmin hanyalah pria menyedihkan yang menumpang di rumah mu,' ingin Changmin berteriak demikian didepan Yunho, namun Changmin tidak memiliki keberanian.
"Nikmati dulu setangkup roti selai kacang, dan Capuccino late, semoga kencanmu menyenangkan," pungkas Changmin, tenggorokannya terasa tercekat. Memuakan harus bersembunyi dibalik senyum palsu.
Keduanya larut dalam diam, menikmati sarapan masing-masing juga pemikiran masing-masing. Changmin cukup tahu diri, 'untuk menjaga sikapnya. Bagaimana pun ia hanya pendatang yang menyewa sebentuk kamar dirumah Yunho. Datang dari Jinan ke Seoul untuk menuntut ilmu, menggapai mimpi yang sempat tertunda karena fasilitas di Jinan yang kurang memadai.
Kejadian unik, saat Changmin bertemu pertama kali dengan Yunho lima tahun lalu, 'saat kaki Changmin menginjak kulit pisang di tangga stasiun kereta bawah tanah, Changmin yang kurang siap saat itu tergelincir hingga jatuh menimpa Yunho yang kebetulan saat itu, berjalan menaiki tangga. Tiga puluh detik lamanya, kedua tatapan bertemu, waktu seperti berhenti saat itu, dunia seakan berputar mengelilingi keduanya. Changmin masih bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup tidak beraturan saat itu.
'Chogio! Maafkan aku, kulit pisang itu membuatku hilang keseimbangan,' Changmin membungkuk dalam, menyadari kesalahannya.
'Naneun Gwenchana, Apa kakimu terkilir!' Perhatian Yunho, menunjuk cara berdiri Changmin yang kurang nyaman, sambil menunjukan mata yang tersenyum, Changmin mengiyakan. Pria jangkung itu sedikit terkesan, dan anehnya ia merelakan pinggangnya disentuh Yunho kala itu pria asing yang baru ia kenal, 120 detik yang lalu.
'Jung Yunho imnida!' Yunho mengenalkan diri sambil memijat pergelangan kaki Changmin, dengan jel anti memar. Dengan telaten pria bertubuh padat itu, membalutkan perban tebal di kaki Changmin.
'Shim Changmin imnida!' Balas Changmin. Sambil meringis menahan nyeri.
Changmin mengulum senyum mengingat perkenalan yang menggelikan itu. "Kau sedang bahagia?" Sapa Yunho menghalau tangan kanannya didepan wajah Changmin yang melamun. "Aku bersemangat hari ini, Han Ga In menyetujui kontrak kerjasama denganku, dia membubuhkan tanda tangannya untuk iklan produk kecantikan dari perusahaanku," alasan Changmin menutupi sesuatu yang terus berkelindan di ingatan, dan semuanya jauh tentang Jung Yunho.
Yunho hanya mengangguk, kemudian menandaskan gigitan roti terakhirnya. Menghabiskan sisa Capuccino, meraih kunci mobil dan bergegas pergi. Gerak-geriknya seperti menghindari sesuatu. "Aku akan, kembali tengah malam. Jangan menungguku aku membawa kunci cadangan, makanlah diluar saja jangan memasak," pesan Yunho sebelum hilang ditelan pintu. Changmin menghela kecewa, Yunho bahkan tidak mengecup keningnya. "Hah, aku hanya sahabat," gumam lirih Changmin.
Pukul 21.35 menit, waktu setempat saat Changmin masuk kedalam kamarnya. Penat, lelah, dan kecewa menguasai tubuhnya saat ini. Setelah menamatkan gelas Doktor dari Universitas Harvard, mengantongi nilai terbaik untuk riset, produk kecantikan non kimia bermerek SK-II mengukuhkan Changmin sebagai salah satu CEO tampan incaran ahjuma-ahjuma kaya untuk dijodohkan dengan putri mereka.
Keuntungan yang diraup perusahaan baru tersebut, mencapai 10 milyar dalam waktu empat bulan setelah diluncurkan. Membuat Changmin, diam-diam mampu melunasi hutang-hutang Yunho yang menggunung pada rentenir, bahkan beberapa rentenir jalanan telah menjadi anak buah Changmin.
Mudah saja bagi Changmin pindah dari rumah sederhana Yunho ini, dan membeli Apartment dengan fasilitas LUX yang menganggumkan, dan membuat mulut berdecak karenanya. Namun Changmin memilih bertahan, demi menanti sebuah keajaiban yang sia-sia saja.
Changmin melonggarkan dasinya, menghempas keras tubuhnya diatas bad. Matanya nanar menerawang mengawasi langit-langit kamarnya. "Aku akan kembali tengah malam, dalam kondisi mabuk dan penuh jejak lipstik di sekujur tubuhmu," suara Changmin, menambahi pesan Yunho tadi pagi.
'Dari mana kau berasal?' Suara Yunho lima tahun lalu, sambil duduk berdampingan dibibir balkon. Menikmati Cappucino late, ditemani angin dingin korea yang menyenangkan.
'Jinan, aku kemari untuk menggapai mimpi,' penuturan Changmin saat itu, seperti baru kemarin.
'Kebetulan tinggal saja dirumah ini...tapi kau harus bayar sewanya, 1.300.000 won untuk satu tahun bagaimana? Aku butuh uang untuk melunasi hutangku pada rentenir.'
Mata Yunho berapi-api. Changmin yang memang membutuhkan tempat tinggal, menyambut baik tawaran Yunho, hingga hidup keduanya bergantung satu sama lain. Alasan tentang biaya operasi kanker hati untuk ibunya dulu, menjadi pemicu Yunho untuk berhutang. Dengan bunga yang mencekik leher Yunho setiap bulannya.
Bayangan demi bayangan tentang perkenalan keduanya terus berkelindan dimata Changmin. Tangga stasiun bawah tanah, balkon rumah Yunho, Cappucino yang mengepul, kulit pisang dan perban terus berputar hingga Changmin merasa penat mencari jalan keluar. Hati dan perasaannya seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar, semuanya terasa buntu.
Hingga pagi menyapa dengan embun yang menyejukkan. Tidak ada tanda kedatangan Yunho yang pulang, kamar pria itu pun hampa. Changmin kembali menelan kecewa, Yunho benar-benar tidak menganggapnya ada...
TBC
Cerita ini terinspirasi dari drama A Gentleman Dignity, hanya saja si penyewa yang jatuh cinta pada pemilik rumah.
Mohon maaf untuk kekurangan dalam ff ini, typo salah tulis dan lain sebagainya
Pacare Sasuke hanya manusia biasa.
Mohon review dan dukungannya.
