FAKE REASON

Main Cast :

Oh Sehun

Xi Luhan

Support Cast :

Xiumin

Genre :

Romance, School Life

Rate :

M(anis)

Lenght :

Rencana twoshoot

Desc :

Cast adalah milik tuhan dan cerita adalah punya Se Ra dengan sedikit di pengaruhi oleh komik yang pernah Se Ra baca.

"hey.. di luar ada alien yang datang menyerang. Ayo kabur!"teriak seorang namja kurus berbadan jangkung menggebrak sebuah pintu kelas tak bersalah, dimana siswa-siswi di dalamnya sibuk dengan percakapan dan keributan yang di buat masing-masingnya.

"apa? alien? Dimana ? ayo kita kabur Xiumin ah!"ajak seorang yeoja berpipi chubby tak cukup tinggi dengan panik menarik panik tangan chingu yang berada di sampingnya.

Tawa menggelegar pecah di kelas itu melihat tingkah panik yeoja tersebut. Semua mata benar-benar menuju padanya, dan tentu saja si penyebar berita aneh tersebut yang paling terpingkal-pingkal.

"kabur kemana kita, Luhan ah?"ejek sekumpulan namja di kelas itu, sementara lainnya juga berkomentar seperti "lucu sekali dia, mana ada alien" , "apa dia tadi tertidur?" , "yeoja yang benar-benat konyol" tentu saja setiap komentar di akhiri tertawa di belakangnya dan itu membuat yeoja bernama Luhan itu memanyunkan bibirnya sebal karena merasa di kerjai.

"hahah... sudah ku duga ternyata lagi-lagi hanya kau yang terjebak dengan lelucon konyol seperti itu. dasar bodoh!"ejek namja yang menyampaikan berita konyol tersebut. Membuat Luhan mendelik tajam padanya.

"kau sih terlalu gampang percaya pada sesuatu, di tipu dia terus,kan?"tegur yeoja yang di tarik oleh Luhan tadi, jelas sekali di matanya raut ingin mengajak berperang namja berkulit putih terpancar di mata Luhan.

"tapi, Xiumin .."suara Luhan hendak protes di potong begitu saja.

"makanya banyak belajar. Luhan babo!"ujar namja berkulit putih tersebut innocent, di tutup dengan menjulurkan lidahnya mengejek.

"yak! Oh SEHunn!" amuk Luhan. Namja bernama Sehun itu meninggalkan Luhan begitu saja keluar kelas tanpa mengacuhkan teriakan dari Luhan.

"Oh Sehun menyebalkan! aku tak akan pernah mempercayaimu lagi! aku tak akan mendengarkan katamu lagi!"

_..._

"ah.. awas! Ada kotoraan!"suara seorang namja memperingatkan.

"ah dimana? Dimana? Apa aku menginjaknya?"panik Luhan yang langsung menghindar dengam tampang bodoh dan kagetnya.

Lagi-lagi kekehan menyebalkan yang menyapa telinga Luhan. Seketika merubah raut wajah Luhan yang berbinar menjadi sebal.

"aku bohong kok"kata Sehun dengan poker face menyebalkannya.

"oh Sehun"geram Luhan dengan tatapan membunuh pada Sehun, yang entah kenapa memancing Sehun untuk terus tertawa.

Luhan yang malas untuk marah-marah dan berdebat dengan Sehun, memutuskan untuk berbalik meninggalkan namja menyebalkan yang berkali-kali menipunya.

"hey, kenapa kau pulang lewat sana? Rute kita kan searah"tegur Sehun yang kemudian melambaikan tangannya mengajak.

"eh benarkah?"tanya Luhan tak yakin dengan pernyataan Sehun.

"ayolah cepat, kita pulang!"ajak Sehun, membuat Luhan semakin bingung. Namun, ia heran entah ia memilih untuk menerima ajakan Sehun. Sudahlah, tak ada yang salah dengan punya teman untuk pulang bersamakan? Ya, walaupun orang itu Sehun.

"aku paling suka minum bubble tea disana. Kau suka bubble tea? Menurutku bubble tea itu minuman terlezat dan menyegarkan di dunia ... "celoteh Sehun di sepanjang jalan, yang hanya di tanggapi oleh Luhan dengan 'eh' 'oh' 'iya' atau 'oke' dan juga Luhan berada berjarak 5 langkah di belakang Sehun. Membuat Sehun harus sedikit berteriak ketika bercerita.

Luhan masih saja berjalan sedikit melambat, mengabaikan fakta bahwa Sehun memperlambat langkahnya juga dan terkesan menunggunya. Ia hanya canggung dengan namja beraura menyeramkan seperti es namun ternyata sangat jahil dan talkactive di depannya. Ia terus menunduk sambil menyimak apa yang di ceritakan oleh Sehun.

"ahhk! Akhh!"pekik Sehun tiba-tiba berlutut dengan memegang dadanya. Tubuhnya naik turun seolah mencari udara untuk memasukinya. Dahinya mengerut seolah menahan sakit sementara matanya terpejam. Sehun terlihat begitu kesakitan, membuat Luhan segera berlari ke tempat Sehun yang menyandarkan tubuhnya ke badan jembatan yang mereka lewati.

"kau tak apa-apa?"tanya Luhan sangat panik. Ia tak begitu ahli merawat seseorang yang sakit, ia tak tahan juga melihat ekspresi Sehun yang begitu kesakitan. Banyak hal berkeliaran dalam pikirannya.

Luhan berusaha menghilangkan kesakitan Sehun dengan mengelus punggungnya, namun tak mengurangi sakit Sehun di mata Luhan. Luhan terus panik. Ia mengelus lembut kepala Sehun namun tetap saja ekspresi Sehun tak membaik. Tak ada seseorang pun juga terlihat melewati jalan yang mereka lewati.

"oh tuhan.. Oh Sehun apa yang harus aku lakukan?"Luhan melirik ke kiri dan kanan mencari apa yang bisa di lakukannya untuk menolong Sehun.

"aku pergi kesana dulu mencari bantuan, kau tunggu disini saja"

Luhan meminta ijin dan segera ingin berlari meminta pertolongan namun sebuah tangan menahannya.

"eh? Ada apa?"komentar Luhan kaget karena sang penarik adalah Sehun.

"jangan pergi! Cukup cium saja aku"

"eh?" Luhan kaget lagi, dengan ragu dalam pikirannya hal tersebut terdengar janggal namun pikirannya yang lain menyatakan siapa tau saja memang itu obatnya, ya siapa tahu kan sehun makhluk asing yang butuh hal tersebut atau bisa jadi Sehun terkena kutukan yang mengharuskan itu. Luhan hanya ingin membantu tanpa ada maksud lain, dia juga tak mengerti akan prosedur hukum yang harus ia jalani jika ditemukan Sehun yang telah menjadi mayat terlihat terakhir kali bersamanya.

Luhan perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Sehun. Membuat namja yang berekpresi kesakitan tersebut merubah aura wajahnya menjadi smirk jahil kembali. Jelas sekali, kalau sedari tadi ia hanya berpura-pura.

"hahahhahaa ..." kekehan tawa pecah dari Sehun sebelum Luhan benar-benar menciumnya. Pipi Luhan memerah, ia sangat malu sekaligus kesal pada Sehun yang lagi-lagi mengerjainya. Ia mendudukan diri di tanah menjaga jarak dengan Sehun, ia menghela nafas lega terlebih dahulu, ia merasa lega karena Sehun baik-baik saja. ia mencuri pandang pada Sehun yang masih saja terkekeh, tanpa ia sadari bibirnya melengkung terpesona pada tawa lepas milik Sehun. Namun, ia cepat-cepat menggeleng menghindari fakta konyol tersebut, Luhan memikirkan cara balas dendam pada Sehun.

"hey, kau tak apa? kau marah?"tanya Sehun khawatir pada Luhan sedari tadi terus mengabaikannya. Luhan terus saja berjalan mengabaikan Sehun yang sedari tadi masih setia menganggunya. Luhan sedikit heran apa namja di sampingnya ini tak berniat untuk sekedar meminta maaf.

"Luhan ah, kau lucu sekali kalau sedang marah seperti ini"rayu Sehun, yang tak di pungkiri membuat Luhan hampir tersenyum namun di tahannya sekuat mungkin.

Luhan berhenti tiba-tiba Sehun pun mengikutinya.

"Sehunnah,.."panggil Luhan lembut namun setia menunduk. Sehun memposisikan dirinya di depan Luhan menunggu hal yang ingin di sampaikan padanya. Jujur saja, Sehun sedikit takut kalau yeoja itu menangis, ia lebih menerima di caci maki daripada membuat seseorang menangis.

"wae?"tanya Sehun sedikit deg-degan, mencari kesempatan menatap mata yeoja yang seolah enggan menatapnya tersebut.

Hampir sama dengan deg-degan dan bingungnya Sehun, Luhan juga deg-degan untuk memulai balas dendamnya, ia bingung melakukan yang mana terlebih dahulu. Akhinya dalam hati ia mulai berhitung mundur.

3

2

1

Argghhh...

Arghhh...

"yak! Xi Luhan!"pekik Sehun yang baru saja mendapat tendangan cukup kuat di kakinya dari Luhan. Ketika Sehun reflek merunduk memegang kakinya, Luhan mengambil kesempatan menyentil kepala Sehun.

Luhan sudah berlari lebih dahulu meninggalkan Sehun sambil terkekeh sesekali mengirim ejekan kepada Sehun.

"awas kalau kau sampai tertangkap Luhan ah!"ancam Sehun yang mengejar Luhan, Luhan juga terus berlari menghindari Sehun. Keduanya terus tertawa dan berlari menuju tujuan mereka.

_..._

"Luhan ah, kau di suruh songsaengnim membersihkan ruang olahraga"ucap seorang yeoja pada Luhan yang sedang bermandikan keringat. Ia mengangguk dan tersenyum.

"ndee.. "seru Luhan pada yeoja yang bersama dengan 3 orang temannya tersebut.

Luhan menuju ruang yang di katakan yeoja yang merupakan teman sekelasnya tersebut. Namun, ia teringat untuk menjemput tasnya terlebih dahulu sebelum menyelesaikan tugas dari songsaengnimnya tersebut.

"kau lihatkan dia gampang di bodohi"kata yeoja yang menyampaikan informasi pada Luhan tadi. Luhan yang mendengar percakapan tersebut memilih berhenti di tepat di depan pintu kelasnya, bersembunyi agar tak terlihat oleh 4 teman sekelasnya itu.

"iya, tapi kau tega sekali Daeun ah"protes salah satu dari 4 yeoja tersebut.

"iyaa aku setuju dengan yang dikatakan Hyeri, padahal kita yang di suruh membersihkan ruangan tersebut"tambah yeoja yang berukuran sedikit kecil dari yang lainnya.

"memangnya kalian mau membersihkan ruangan itu dan terlambat pulang?"tanya Daeun pada 3 orang lainnya.

Semuanya serentak menggeleng. Tubuh mereka terasa terlalu capek setelah olahraga memikirkan untuk membersihkan ruang tersebut membuat mereka enggan melakukannya, walau hati nurani mereka juga sedikit kasihan pada Luhan. Namun, melihat Luhan yang sepertinya tak banyak protes dan rajin meninggalkan tugas pada orang seperti dia bukanlah hal buruk.

"nah, kalau begitu bantu dia sana"tambah Daeun lagi.

Ketiganya terdiam, mereka lebih memilih merapikan tas untuk segera pulang.

"nah, kajja! Hyeri ah, Minah, Hayoung ahh"Daeun merangkul 3 temannya tersebut dan melangkah keluar kelas dan segera pulang.

Luhan keluar dari area bersembunyinya. Tersenyum tipis pada kebodohannya karena berhasil di tipu lagi, namun pikiranya lebih pada rasa kecewa pada teman sekelas yang ternyata hanya memanfaatkan dan tega menipunya.

Selesai membereskan perlengkapan sekolahnya dan memasukan ke dalam tas. Ia menuju ruang olahraga tersebut. Ia tidak mau keluar dari sana tiba-tiba sudah gelap. Ia sedikit bergegas, mengabaikan bahwa ada seseorang yang juga mendengar apa yang Luhan dengar tadi.

"kau lagi-lagi kena tipu. Dasar babo!"keluh sebuah suara di belakang Luhan yang mengumpulkan bola-bola basket yang dari tadi bergulir dari tangannya.

Luhan tak cukup memahami perasaannya sendiri. Ia kesal karena lagi-lagi ia di bilang bodoh oleh orang yang terlalu sering membodohinya, menjadikan mengerjai seorang Luhan adalah candu baginya. namun, ia sedikit ada perasaan senang karena ternyata ada seseorang dan ia tak sendirian.

"kau berisik sekali, tuan Oh"protes Luhan yang berfokus pada bola-bola orange di lantai. Ia mengabaikan sosok Sehun yang sedari tadi di belakangnya.

Sunyi. Tak ada jawaban, bantahan maupun sanggahan yang di dengarnya. Membuat Luhan sedikit tak nyaman, membuatnya membalikan tubuhnya mencari namja yang selalu di ingatnya sebagai namja menyebalkan.

Luhan tersenyum heran, bingung tentang yang di rasakannya. Ia ingin berterimakasih karena pada saat ini di matanya dalam diam Sehun sedang berusaha membantunya membereskan ruangan olahraga tersebut bersamanya. Namun, cukup heran kenapa Sehun berlaku baik padanya, harusnya Sehun memilih tak peduli padanya yang 'bodoh' –menurut Sehun-.

"terima kasih"gumam Luhan berharap Sehun mendengarnya.

Sehun tentu saja mendengarnya karena suara yang memenuhi telinga mereka tak lebih dari langkah-langkah dari kaki mereka sendiri berserta gesekan dari benda yang di seret mereka. Sehun malah hanya mengulum senyumnya, memilih pura-pura tak mendengar.

"hey.. terima kasih"ulang Luhan lagi dengan lebih keras.

Dia merasa harus mengucapkannya meski tak tau kenapa ia tiba-tiba gugup mengatakannya. Kata seperti itu serasa ganjal ketika ia mengucapkan kepada seseorang bernama Sehun tersebut.

"nah, selesai"

Sehun menutup lemari penyimpanan di sudut ruangan tersebut. Kemudian malah menuju pintu keluar mengabaikan Luhan.

"yak! oh Sehun, kau tak mendengarku?"tanya Luhan sebal, menyusul Sehun ke pintu.

"mendengar apa hm?"tanya Sehun, menoleh langsung pada Luhan yang sudah berada di sampingnya. Luhan terdiam sama terdiamnya dengan Sehun yang tadinya berencana memasang gembok untuk mengunci ruangan tersebut. Luhan terdiam menatap wajah Sehun yang dapat terlihat olehnya karena sinar rembulan. Luhan terpesona pada wajah namja tersebut yang baru saja ia sadari begitu tampan meski ada kerutan terganggu di keningnya. Luhan baru tahu kalau bekas luka di pipi Sehun, terlihat begitu jelas dan terlihat menggoda(?), Luhan juga tak tau apa itu kata yang tepat namun itu menarik baginya. sorot mata tajam Sehun itu pun terlihat begitu imut karena Luhan mengingat akan muncul kerutan-kerutan tipis nan manis di ekor mata ketika Sehun tertawa.

"hey..."sapa Sehun, memandang aneh Luhan yang tadi menantang tatapannya seketika menunduk.

Entahlah yang menjadi masalah pada yang ingin di katakannya atau pada sang penanya, lidah Luhan terasa kelu untuk menyampaikan.

"terima kasih"ucap Luhan sekenanya, mengabaikan hatinya yang terasa aneh.

"untuk?"tanggap Sehun singkat. Luhan sudah mulai kembali kesal, malas sekali menjelaskan hal yang rasanya sudah di ketahui.

"membantuku membersihkan ruangan ini, kau sungguh sangat ..."

"jangan aneh-aneh, aku hanya tak mau bertemu dengan ruangan berantakan saat latihan akan latihan besok"potong Sehun pada Luhan yang baru saja ingin memuji Sehun.

Luhan mendengus sebal. Dia kecewa sendiri karena alasan Sehun. Lucu? Sedikit. Luhan sepertinya mulai menginginkan dirinya menjadi alasan Sehun berada di sampingnya sekarang.

Ceklek!

Pintu ruang olahraga itu berhasil di tutup Sehun. Luhan masih menunduk dan menghentakan kakinya sebal.

"hey, ayo pulang sudah gelap"suara Sehun memanggil Luhan beserta gestur mengajak. Luhan terpaksa mengikuti Sehun karena mau dikatakan seperti apapun mereka searah.

_..._

TBC or END?

I miss you,,

yeah, I'm back.. setelah sekian lama. dan yah dengan cerita konyol seperti biasanya. ada yang merindukan?

hahaha, okee.. okee.. yang penting jangan lupa tinggalin review ne..

saranghaee everyonee...