Flavored of Love—

(Sekuel of Two Faced Lovers)

Author: Rin

Chapter: 1/?

Disclaimer: All casts is belong to theirselves.

Rated: T

Pair: YeRy (Yesung x Henry) – KiHyun (Kibum x Kyuhyun), slight ZhouWook, KangTeuk, HanChul, HaeHyuk.

Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship

.

Inspired by Utada Hikaru – Flavored of Love

.

Warning: AU, Shonen-ai, crack pair, OOC untuk keperluan cerita, Fluff ancur, misstypo(s), pergantian POV, dll.

.

.

Suara jam terdengar memenuhi ruang tengah asrama berplat nomor dua itu, sementara empat manusia yang duduk di depan salah satu meja yang terletak di sana sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ah, bukan, lebih tepatnya hanya tiga orang yang sedang sibuk dengan kegiatannya sementara satu orang lainnya terlihat merengut kesal sambil menumpukan kepalanya di atas meja.

Namja berkepala besar yang tengah fokus dengan buku di hadapannya hanya bisa menggelengkan kepalanya—sambil menghela nafas tentunya—melihat tingkah sepupunya itu. Sekarang hari minggu dan yang ada di asrama saat ini hanya tinggal mereka berempat saja. Yesung, Henry, Kyuhyun dan Kibum. Sementara siswa lainnya memilih untuk kencan dan sejenisnya, bahkan penjaga asrama sekalipun.

Henry yang sedang mendengarkan musik melalui earphonenya memilih untuk mengabaikan Kyuhyun daripada harus menanggapi kegalauannya hanya karena diacuhkan oleh namjachingunya yang seperti biasa lebih memilih untuk berkencan dengan bukunya—lagi.

Yesung yang tengah membaca buku mengambil headphone yang tergeletak di samping kanannya lalu mengenakannya. Daripada ia harus melihat seorang Cho Kyuhyun merengut dengan wajah sok aegyonya, lebih baik ia menyibukkan dirinya dengan hal lain, buku dan musik misalnya.

"Aish, hyungdeul, mochi China, mau sampai kapan kalian mengacuhkanku seperti ini sih?" Kyuhyun merajuk sambil mempoutkan bibirnya, yang hanya dibalas dengan Yesung yang menatapnya dengan malas dan Henry yang malah menutupi wajahnya dengan salah satu buku yang dibawa oleh Yesung.

Merasa tidak mendapatkan respon berarti dari sepasang kekasih yang duduk di depannya, Kyuhyun mengalihkan pandangannya ke arah Kibum yang masih setia dengan bukunya—terlihat tidak mempedulikan Kyuhyun, karena bagaimanapun ia sudah terlalu biasa dengan sikapnya yang kadang seperti anak kecil ini.

"Kyu… kenapa kau tidak cari kegiatanmu sendiri saja sih, daripada harus mengganggu orang lain?" Yesung menatap Kyuhyun dari balik kacamatanya sementara buku yang tadi ia baca, ia simpan di atas meja—tidak ada niat untuk membacanya lebih lanjut.

Kyuhyun memutar matanya mendengar saran dari hyungnya itu. "Kalau aku bisa ya hyung, itu sudah kulakukan sejak tadi. Masalahnya, aku malah bingung apa yang harus kulakukan sekarang."

"Terserah deh…" Yesung kembali memusatkan perhatiannya pada buku yang ada di hadapannya.

Kibum yang sejak tadi fokus dengan bukunya—walau sebenarnya ia mendengarkan baik-baik pembicaraan antara dua saudara jauh ini—menatap keduanya sambil menutup bukunya. Ditatapnya sang namjachingu yang kelihatannya masih ngambek hanya karena dia diabaikan olehnya, lalu ia pun menghela nafasnya.

"Kyunnie, kalau kau mengeluarkan suaramu lagi aku akan dengan senang hati membuatmu diam…"

Kyuhyun mengerutkan alisnya—bingung. "Hah? Maksudmu, hyu—"

Belum sempat Kyuhyun menyelesaikan ucapannya, bibirnya telah lebih dulu dibungkam oleh Kibum menggunakan bibirnya sendiri. Kyuhyun yang mendapat perlakuan ini hanya bisa terbelalak kaget. Walau sudah sering dicium oleh namjachingunya ini, namun kalau itu dilakukan di hadapan orang lain tentu saja itu memalukan.

Yesung yang melihat hal itu hanya bisa terperangah sebelum kemudian menghela nafas pasrah. Kelihatannya kalau di dekat mereka berdua, ia harus membiasakan diri untuk sering melihat adegan ini. Sementara Henry yang duduk di sebelah Yesung hanya bisa menutupi wajahnya yang memerah dengan buku sementara sebelah tangannya menarik lengan baju Yesung—terlihat ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak berani ia ungkapkan.

Merasa ada seseorang yang menarik lengan bajunya, Yesung menoleh ke arah Henry dengan tatapan bingung. "Wae?"

Henry tidak menjawab, namun sudut matanya melirik ke arah Kibum dan Kyuhyun yang bukannya menyudahi acara ciuman mereka malah terlihat semakin menikmatinya. Dan melihat hal itu, jelas membuat wajahnya semakin memerah.

Mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Henry, Yesung melirik ke arah KiHyun couple sambil memutar matanya.

"Aish, dasar kalian ini. Ayo pergi, mochi..." Dan berikutnya Yesung menarik tangan Henry untuk segera menjauhi tempat itu dan membiarkan pasangan itu menikmati waktu mereka. Yah, semoga saja mereka tidak melakukannya lagi ketika Leeteuk pulang kalau mereka tidak mau kena amuk malaikat yang akan bertransformasi jadi iblis.

-0-

Yesung terus menarik tangan Henry—dengan perlahan tentunya—sampai mereka berada di pekarangan asrama mereka. Keduanya memilih untuk duduk di atas rerumputan. Yesung yang sebenarnya sejak awal tidak ada niat untuk membaca buku—dan terpaksa harus melakukannya karena tidak ingin menanggapi Kyuhyun yang sedang galau—meletakkan buku-buku yang dibawanya di atas rumput.

Henry memeluk kedua lututnya sambil menyembunyikan sebagian wajahnya di balik lututnya. Jujur saja, ia masih malu dengan pemandangan yang dilihatnya tadi. Sebenarnya tidak masalah sih kalau mereka mau berciuman atau apalah itu, tapi setidaknya mereka bisa melakukannya di tempat lain—yang penting jangan di hadapan orang lain seperti itu.

Melihat Henry yang sedang dalam pose yang menurutnya manis itu, Yesung tidak tahan untuk sekedar menyunggingkan seulas senyuman di wajahnya. "Masih malu dengan yang barusan, eoh?"

Henry membulatkan matanya mendengar itu. Tidak menyangka kalau Yesung akan mengungkit yang tadi lagi. Namun sebelum sempat ia membuka mulutnya, sebuah lengan merangkul bahunya hingga ia semakin dekat dengan Yesung. Kalau begini, sudah jelas ia tidak akan bisa menahan lagi untuk tidak membuat wajahnya semakin memerah.

Mereka memang sering berpelukan atau berciuman—walau belum ada niat untuk melanjutkan lebih jauh lagi tidak seperti kebanyakan pasangan yang ada di asrama ini, namun tetap saja hal itu selalu sukses membuat wajah putih Henry Lau memerah sempurna.

"Ya! Gege, ini kan di luar, kalau ada yang melihat kita seperti ini kan memalukan!" Henry berusaha untuk melepaskan rangkulan tangan Yesung dari tubuhnya, namun bukannya melonggarkan pelukannya, Yesung malah semakin mempereratnya.

Seulas seringai tipis muncul di wajah Yesung. Kelihatannya mengganggu mochi-nya ini bisa jadi kegiatan yang cukup menarik untuknya saat ini yang sedang dilanda bosan.

"Aniyo, aku kan hanya merangkulmu bukan memelukmu jadi tidak masalah kan kalau kulakukan ini di luar, lagipula kau tahu kan kalau akhir-akhir ini aku selalu tidak tahan untuk memelukmu~" ucap Yesung, wajahnya ia dekatkan dengan leher bagian kiri Henry, membuat si pemilik leher otomatis merasa geli karena hembusan nafas hangat yang menerpa lehernya.

"G-gege, k-kau mau apa?" tanya Henry, gugup. Ia sebenarnya tidak masalah dengan perlakuan gegenya ini, namun yang jadi masalah buatnya saat ini adalah mereka sedang di luar dan bukan tidak mungkin ada orang lain yang akan melihat mereka—dan tentu saja itu memalukan.

"Hmph—haha..." Yesung segera menjauhkan wajahnya dari leher Henry dan kini sibuk untuk menahan agar tawanya tidak meledak terlalu keras.

Henry yang melihat hal itu, sontak hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum kemudian mempoutkan bibirnya melihat sang namjachingu yang ternyata malah menggodanya. "Ya, gege. Berhenti tertawa seperti itu!"

Walau Henry merajuk seperti itu, namun Yesung terlihat tidak mempedulikannya dan tawanya malah makin keras terdengar, membuat Henry mau tidak mau merasa kesal juga. Dan dengan kecepatan sepersekian detik—

PLAK.

—Henry memukul kepala Yesung dengan tangan kanannya. Tidak sopan memang, tapi terserah deh, gegenya ini yang mulai duluan.

"Aww, appo. Aku kan cuma bercanda."

"Terserah deh." Henry masih mempoutkan bibirnya, membuat Yesung kembali menyeringai—yang sayangnya tidak disadari oleh Henry.

Chu.

Sepasang iris gelap milik Henry membulat ketika Yesung mencium bibirnya. Bukannya ia tidak suka sih, hanya saja ini di luar dan kemungkinan orang yang lewat akan melihat mereka dan sudah jelas itu benar-benar memalukan.

Menyadari kalau Henry tidak bereaksi sedikit pun, Yesung mulai melumat bibir Henry membuat sang namja China langsung tersadar dari rasa kagetnya. Namun ketika ia akan membalas ciuman itu—

"Ehem..."

—sebuah suara langsung menginterupsi mereka.

Dan berikutnya, Henry langsung mendorong Yesung menjauh darinya. Tidak keras, tapi cukup untuk membuat ciuman mereka terlepas.

"Xi Che-gege..." Henry menelan ludahnya ketika dilihatnya Heechul—yang membawa kantung belanjaan—kini tengah menatap mereka berdua dengan tatapan menyelidik dan sekaligus kesal juga.

"YA! Kalian berdua, aku tahu kalau kalian baru pacaran seminggu tapi tidak usah sampai segitunya mengumbar kemesraan sampai di halaman asrama ini, tahu!" Heechul menatap mereka bergantian.

Yah, hubungan Yesung dan Henry memang baru berjalan satu minggu biarpun yang bersangkutan sama sekali tidak menceritakan hal itu pada dirinya atau yang lain. Berterimakasihlah pada seorang namja evil yang dengan tidak sopannya malah meneriakkan kalau Yesung dan Henry berpacaran di sepanjang koridor asrama tepat beberapa menit setelah mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih. Dan tentu saja itu membuat Henry hanya bisa terbelalak pasrah dengan wajah yang bisa dipastikan sangat memerah dan Yesung yang mengejar Kyuhyun untuk menghentikan dirinya sebelum anak itu meneriakkan kata-kata sembarangan. Pelecehan seksual di depan asrama? Yang benar saja...

Tentu saja reaksi dari masing-masing orang berbeda. Namun untuk beberapa orang—seperti Heechul dan Hankyung yang sudah terlanjur menganggap Henry layaknya seorang anak itu—hal tersebut sebenarnya sangat membahagiakan, terutama dengan kenyataan kalau namja yang tergolong manis dengan pipi chubbynya itu sebelumnya telah disakiti oleh makhluk yang tidak bertanggung jawab kembarannya koala dan berwarna merah, Zhoumi.

Dan mengingat hal serupa juga menimpa Yesung—dengan sedikit perbedaan di beberapa bagian tentunya—juga mengenal bagaimana namja berjuluk art of voice itu sebenarnya, setidaknya itu cukup melegakan bagi pasangan HanChul itu—begitu pun dengan Kyuhyun, walau yang bersangkutan tidak mau mengakuinya.

Yah, biarpun reaksi awal Heechul sebenarnya adalah mengamuk hanya karena satu kalimat dari Kyuhyun, "Pelecehan seksual di depan asrama". Membuat Yesung mau tidak mau harus berhadapan dengan Cinderella yang sedang menjelma jadi penyihir yang ada di dongeng Snow White—sebelum kemudian ditangani oleh sang pawang, Tan Hankyung.

Dan setelahnya, hampir semua penghuni asrama justru menyambut dengan baik hubungan mereka—kecuali Zhoumi dan Ryeowook tentunya, karena sejak saat itu entah kenapa mereka berdua malah menghindari Yesung dan Henry.

Hankyung yang baru saja memasuki halaman asrama diikuti oleh Zhoumi dan Ryeowook menatap heran namjachingunya yang masih diam di depan pintu asrama sambil melihat ke arah pekarangan, bukannya masuk ke asrama.

Melihat Hankyung yang berhenti beberapa meter kemudian setelah ia memasuki pekarangan otomatis membuat Zhoumi dan Ryeowook saling bertatapan heran.

"Gege, kau kenapa?" Memberanikan diri, Zhoumi berusaha menanyakan apa yang tengah terjadi pada gegenya.

Namun, bukannya menjawab pertanyaan Zhoumi, Hankyung malah menghampiri sang namjachingu tercinta. "Chullie, apa yang—"

"Kalau mau ciuman setidaknya cari tempat yang tidak mencolok, babo."

Dan satu pernyataan dari Heechul sukses membuat Hankyung hanya bisa melongo.

Mwo? Ciuman? Batin Zhoumi.

Hankyung mengalihkan tatapannya ke arah objek yang berada di depan Heechul. Henry yang hanya bisa menatap Heecul sambil tersenyum canggung—dengan wajah yang masih memerah—dan Yesung yang hanya menatap Heechul dengan tatapan bosan.

"Bilang saja kalau hyung sebenarnya iri kan gara-gara Hankyung-ah akhir-akhir ini sedang sibuk dengan kegiatan klubnya jadinya dia jarang bermesraan dengan hyung." Yesung membalas ucapan Heechul tanpa menyadari kalau sebenarnya orang yang sedang dibicarakan olehnya itu sedang berdiri di belakang sang Cinderella sangar.

Mendengar ucapan Yesung, seketika wajah Heechul langsung memerah, terutama ketika didengarnya sebuah suara yang sangat dikenalnya berada tepat di belakangnya.

"Apa itu benar, chagiya?"

Dirasakannya wajahnya kini memanas, dan untuk menutupinya—

"YA! BIG HEAD, JANGAN SEMBARANGAN KAU!"

Dan belum sempat Heechul memberi pelajaran pada dongsaengnya yang entah kenapa hari ini mendadak menjadi kurang ajar itu, Yesung sudah keburu menarik tangan Henry untuk segera menjauh dari tempat kejadian sebelum bencana menimpa mereka—ah tidak, lebih tepatnya menimpa dirinya, karena mana mungkin sang Cinderella mau melukai anaknya.

"HYUNG, SEBELUM KAU MARAH PADAKU, SEBAIKNYA KAU LIHAT APA YANG DILAKUKAN DONGSAENG KESAYANGANMU DAN SEPUPUKU DI DALAM!" Teriak Yesung sebelum kemudian menghilang di belokan menuju gedung asrama lain.

Mendengar hal itu, Heechul langsung melesat masuk ke asrama. Rasanya ia harus berterima kasih pada sang art of voice yang telah membantunya untuk melarikan diri dari Hankyung berkat kata-katanya barusan daripada ia harus menghadapinya dengan wajah yang sepertinya sudah menyaingi warna tomat. Itu akan sangat memalukan.

Hankyung yang melihat itu hanya bisa menatap Heechul dengan tatapan pasrah. Yah, sudah nasibnya punya namjachingu yang tsundere seperti ini, walau bukan berarti ia tidak menyukai sifatnya itu. Setidaknya, Heechul hanya menunjukkan itu di hadapannya dan jujur saja itu membuatnya terlihat sangat manis.

Terdiam beberapa saat, Hankyung memutuskan untuk mengikuti Heechul masuk ke dalam asrama, sedikit melupakan keberadaan Zhoumi dan Ryeowook yang mengikuti mereka sejak tadi.

Zhoumi masih memandang arah kepergian Yesung dan Henry sebelum sebuah tepukan pelan di bahunya menyadarkannya. "Gwaenchana?"

Zhoumi menatap sang namjachingu yang kini balas menatapnya dengan khawatir. "Ne, gwaenchana..."

Walau aku sebenarnya tidak baik-baik saja sih...

"Kalau begitu, ayo masuk..."

Detik berikutnya, Ryeowook langsung memasuki asrama, meninggalkan Zhoumi yang masih mematung di tempatnya, sebelum kemudian ikut masuk ke dalam.

Apa aku bisa memisahkan mereka, dan membuat mochi berpaling lagi padaku?

-0-

Yesung berhenti di depan gedung asrama lain, dengan Henry yang terengah-engah karena mendadak diajak lari oleh gegenya itu berdiri di belakangnya.

"Gege, kau kan tidak perlu sampai berlari seperti itu—"

Yah, biarpun aku juga tidak yakin kalau gege akan selamat kalau diam saja di sana.

"Kita diam di sana dan membiarkan waktu kita untuk berdua terganggu begitu saja? Mana sebelumnya diganggu sepupuku pula? Tidak, terima kasih." Balas Yesung, yang sebenarnya sukses membuat wajah Henry kembali memerah.

Waktu untuk berdua? Aish, gege, kau ini tidak tahu ya kalau kau itu selalu saja membuatku merasa malu... dan senang juga sih.

"Nah, setelah ini kita kemana nih?" Tanya Yesung, sambil menatap Henry yang bisa mengendalikan rona merah di wajahnya sebelum terlihat oleh Yesung—kalau ia tidak ingin digoda olehnya.

"Hee? Memangnya gege mau bawa aku kemana?"

Bukannya menjawab, Henry malah balik bertanya sambil memasang wajah polosnya—tentu saja tanpa disadari oleh si pemilik wajah, membuat Yesung mau tidak mau harus menahan dirinya untuk tidak 'menyerang' namjachingunya saat itu juga, atau ia akan berhadapan dengan penyihir jahat beserta pawangnya. Minimal kalau ia tidak mati, paling jatah hidupnya berkurang separuhnya.

Yesung menelan ludahnya, bingung dengan dirinya sendiri. Sejak kapan pikirannya mulai terkontaminasi hal-hal begitu? Apa karena ia terlalu sering bergaul dengan Lee Hyukjae dan namjachingunya? Entahlah...

"Y-yah, berhubung kita sedang di luar dan kalau kembali ke asrama sekarang ini juga, ada penyihir yang sedang menungguku... kelihatannya, jadi... kalau kita sekalian kencan saja bagaimana?" tanya Yesung sambil berusaha untuk memperbaiki nada suaranya agar tidak terdengar gugup. Jujur saja, pikirannya tadi membuatnya agak tidak enak untuk menatap wajah Henry selama beberapa menit ini.

Henry membulatkan matanya. Kencan? Bukan ide yang buruk sih sebenarnya, malah itu terlalu bagus buatnya. Setidaknya ia bisa menghabiskan waktunya hanya berdua dengan Yesung yang kini berstatus sebagai namjachingunya, daripada harus menghabiskan waktu kosong mereka di asrama yang sudah jelas akan dengan senang hati diganggu oleh makhluk-makhluk tidak bertanggung jawab yang hobi merusuh. Sebut saja... duo HaeHyuk misalnya. Atau bahkan kalau jiwa evil seorang Park Jungsoo sedang bangkit, sudah jelas mereka tidak akan bisa bermesraan—tidak, bahkan hanya duduk diam berdampingan pun sudah sulit.

Henry menganggukkan kepalanya sambil menundukkannya. Ia tidak berani menatap wajah Yesung saat ini. "Y-yah, kurasa tidak ada salahnya sih... Lagipula... kita juga jarang menghabiskan waktu hanya... berdua saja..."

Yesung tersenyum mendengar jawaban Henry yang terdengar gugup begitu. Ia tahu kalau namjachingunya itu sebenarnya malu untuk mengatakan hal itu, namun melihat dia memberanikan diri untuk mengucapkannya sudah jelas ia merasa sangat senang. Dan karena hal itu pula, tanpa peringatan atau pemberitahuan, Yesung sudah memeluk Henry dengan sangat erat, mengabaikan Henry yang kaget dan meronta karena merasa sesak.

Dan baru beberapa menit kemudian, Yesung melepas pelukannya dengan Henry yang berusaha mengais udara sebanyak-banyaknya—siapa tahu gegenya ini tiba-tiba ingin memeluknya lagi tanpa peringatan.

Namun, belum sempat Henry mengistirahatkan paru-parunya yang sejak tadi sudah dipaksa untuk bekerja terlalu keras padahal ia sama sekali tidak sedang atau sudah berolahraga, Yesung sudah menarik tangannya untuk mengikutinya.

"Kajja, ayo pergi..."

-0-

Leeteuk tiba di asrama ketika hari sudah beranjak menuju sore. Ia berhenti di depan kotak pos di depan asrama yang sebenarnya sejak dua hari yang lalu tidak ia periksa isinya. Kangin yang mengikutinya dari belakang—sambil mengangkut kantung belanjaan di kedua tangannya—pun ikut berhenti.

"Gwaenchana, hyung?" tanya Kangin, khawatir kalau namjachingunya itu merasa sakit atau sekedar pusing.

Leeteuk menggelengkan kepalanya. "Ani..."

Ia membuka kotak pos tersebut dan mengeluarkan isinya. Sepucuk surat terambil oleh tangannya. Dibacanya nama pengirim dan alamat yang tertera di amplopnya. Kedua alisnya seketika bertautan ketika dibacanya tempat tinggal si pengirim.

"Kangin-ah, kau tahu kapan surat ini diantar ke asrama ini?" Tanya Leeteuk sambil mengacungkan surat yang sejak tadi ia genggam.

Kangin menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu hyung. Aku kan jarang dapat surat. Hanya saja... aneh juga, tumben ada yang mengirim surat ke sini padahal ini bukan masa-masa liburan..."

Leeteuk masih diam, namun pikirannya bergelut lebih rumit. Memang sekarang ini bukan waktu biasa asrama menerima surat terutama yang khusus ditujukan untuk siswa-siswa yang tinggal di dalamnya—walau tidak ada ketentuan sama sekali mengenai kapan keluarga atau kerabat bisa menghubungi keluarga mereka yang tinggal di tempat ini. Namun, hal itu sebenarnya malah menjadi pikiran baginya... terutama dengan alamat si pengirim dan orang yang dituju oleh surat ini.

Canada? Bukannya itu terlalu jauh? Lalu... untuk… Henry Lau?

Ia tidak tahu kalau anak itu dulunya tinggal di Canada. Bukannya ia dulu pernah bilang kalau ia tinggal di China sebelum ini?

Leeteuk menggelengkan kepalanya. Ini bukan urusannya, walau sebenarnya ia sangat ingin mengetahui lebih jauh soal namja yang baru menempati asrama ini selama hampir dua minggu namun sudah mengalami beberapa kejadian tidak mengenakkan.

"Hyung, kau tidak apa-apa kan?"

Leeteuk menoleh ke arah Kangin sambil memasang senyum terbaiknya. "Ne, aku tidak apa-apa. Kajja, cepat masuk. Kurasa sebentar lagi akan hujan..."

-0-

Yesung dan Henry tiba di asrama tepat beberapa menit sebelum makan malam dimulai, membuat mereka mau tidak mau harus menerima ceramah dari Leeteuk selama tiga puluh menit tanpa jeda sedikitpun. Yah, walau mereka hanya menganggap amarah itu sebagai angin lalu saja—atau dengan kata lain, masuk telinga kanan keluar telinga kiri adalah ungkapan yang tepat untuk mereka.

Tidak akan ada yang bisa mengalahkan rasa senang mereka—walau hanya karena kencan mereka yang sebenarnya tidak ada istimewanya sama sekali, mengingat mereka hanya berputar-putar di daerah sekitar asrama dan menghabiskan waktu hanya dengan berjalan-jalan, bermain di taman yang sebenarnya dikhususkan bagi anak-anak, makan es krim bareng dan beberapa kegiatan lainnya yang sebenarnya terlalu biasa untuk dijelaskan di halaman ini.

Beberapa menit kemudian, Leeteuk menyelesaikan sesi ceramah dengan mulut berbusanya dan lebih memilih untuk ke dapur dan membantu Heechul dan Ryeowook yang sedang memasak—tidak, lebih tepatnya Ryeowook yang memasak, karena sebenarnya Heechul tidak benar-benar mengerjakan tugasnya. Yah, setidaknya masih mending daripada Kyuhyun yang memang ada niat untuk membantu namun bukannya perkejaan selesai, yang ada dapur asrama hampir menemui ajalnya.

Setelah dirasa Leeteuk tidak akan mengeluarkan ceramah susulan, hingga mereka tidak harus mengadakan sesi ceramah gelombang dua, Yesung langsung menarik tangan Henry dan duduk di sebelah Kibum, sementara Henry duduk di antara Kyuhyun dan Hankyung. Kali ini ditambah dengan keberadaan duo ikan dan monyet dalam satu meja yang biasa mereka tempati. Lee Donghae dan Lee Hyukjae.

Tanpa menyadari kalau sejak tadi ada sepasang mata yang menatap cemburu ke arah mereka.

Lima menit berlalu, hingga akhirnya Leeteuk berjalan ke ruang tengah, tepatnya ke meja tempat Henry berada.

"Henry-ah, aku tidak tahu kapan ini sampai, tapi ada surat untukmu." Kata Leeteuk, tangannya merogoh saku celananya dan dikeluarkan sepucuk surat yang masih tertutup dengan sempurna walau sudah terlihat agak lembab—kemungkinan dari efek hujan sejak kemarin atau dua hari yang lalu.

Henry mendongakkan kepalanya, dilihatnya Leeteuk tengah berdiri di depannya sambil menyodorkan sepucuk surat padanya.

Ia menerimanya dengan ragu. "Ini... dari mana, gege?"

"Canada."

Dan mendengar itu, Henry langsung membulatkan matanya, murni kaget dengan jawaban Leeteuk.

Namun, sebelum orang-orang yang duduk di meja yang sama dengannya itu penasaran untuk menanyakan lebih lanjut mengenai surat yang diterima oleh dongsaengnya itu, Henry keburu mengantonginya dan langsung mengalihkan perhatian mereka terhadap makan malam yang baru saja dihidangkan. Lucky Henry, setidaknya ini belum saatnya untuk membuka surat itu.

Tanpa disadarinya, Hankyung hanya menatapnya dengan tatapan miris. Padahal baru saja kau bahagia tapi masih harus mengalami kejadian buruk lagi…

-0-

Makan malam telah selesai beberapa menit yang lalu, beberapa siswa sudah kembali ke kamar masing-masing. Henry masih diam di ruang tengah. Tadinya Yesung ingin menemaninya, namun dengan sedikit mengarang alasan kalau ia tidak akan lama diam di sana, membuat Yesung membatalkan niatnya itu.

Henry menatap sepucuk amplop yang ia letakkan di atas meja. Ia masih terus menatap amplop tersebut tanpa ada niat untuk membukanya.

Beberapa menit berlalu, daripada ia hanya diam tanpa ada sesuatu untuk dilakukan ditambah dengan khawatir kalau-kalau Yesung akan menyusulnya kemari, Henry memberanikan dirinya untuk membuka amplop tersebut.

Diambilnya secarik kertas yang ada di dalamnya, lalu dibukanya. Dibacanya perlahan setiap kalimat yang tertera di sana. Dan ketika membaca baris terakhir kalimat yang ada tertulis di sana, matanya langsung melotot kaget.

"MWO? Akhir semester ini? Canada? Artinya hanya tinggal satu bulan lagi…" Henry meremas kepalanya frustasi, wajahnya ia tenggelamkan di antara kedua tangannya, "gege, apa… yang harus kulakukan sekarang?"

Dan tanpa disadarinya, setitik bening mulai mengalir di sudut matanya.

-0-

Hankyung menatap sendu ke arah Henry yang kini tengah menenggelamkan wajahnya di atas meja. Ia tidak tahu apa yang tengah dilakukannya, namun ia sudah bisa mengasumsikan kalau Henry kini tengah menangis.

Ia mengambil ponsel yang ia letakkan di saku kemejanya. Dibukanya setiap pesan yang masuk ke dalam inboxnya dua hari terakhir ini.

Matanya kini tertuju pada sebuah pesan singkat yang ia terima dua jam yang lalu. Dibacanya setiap huruf yang terjalin membentuk sebuah kalimat yang sebenarnya tidak ingin ia baca sama sekali. Ia bahkan tidak akan mau menunjukkannya kepada siapapun.

'Han-gege, aku tahu kalau ini agak sedikit mendadak, tapi maukah gege membujuk Henry untuk pulang ke Canada?'

.

.

To Be Continued—

.

a/n: oke, saya bikin lebih dulu sekuel dari Two Faced Lovers, cuma ini fokus ke dua pair, KiHyun sama YeRy. :D Tapi di chapter ini agak fokus dulu ke YeRy, KiHyun-nya kemungkinan chapter depan. XD Buat yang minta KiHyun NC, sabar ya. XD saya mesti nyari inspirasi dulu, dengan kata lain mendekam dulu di kelas Bahasa Inggris Informatika. XD #plak *ketauan sering ngelamun*

Oke, thanks yang udah review chapter terakhir "Please Stay With Me" sama "Two Faced Lovers", saya lagi males bales reviewnya satu-satu. XDa #digeplak

See you on the next chapter~