Halusinasi

"Halusinasi adalah hal yang paling diinginkan didunia ini, tapi untuk yang ini, beda ceritanya."

Disclaimer:

Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime

Halusinasi © AkaneMiyuki

Rated: T

Genre: Fantasy, Mystery.

Characters: All of SnK characters.

Pairing: some, but.. it's RiRen.

Warnings: Gaje, nyaris full dialog dan full deskripsi, chapter banyak, tata pemilihan kata jelek, AU, OOC, OOT, Detective, etc.

ENJOY!

Lelaki itu berjalan di jalan yang tidak diketahui ketika matahari sudah tidak menampakkan sinarnya lagi di kota Trost, tidak ada yang menyadari keberadaannya. Dia berjalan dengan pelan di keramaian malam hari itu.

"Eren…"

Dia memeluk dirinya sendiri untuk menghindari rasa dingin yang menusuk tulang itu, dia hampir tiba dirumah setelah malam yang panjang ini.

"Eren…"

Lelaki itu dengan cepat membalikkan badannya kebelakang, mencari cari sang sumber suara, tidak ada satupun orang disana, lalu dia berjalan kembali. Dia dengan gugup membalikkan badannya sekali lagi ke belakang, berharap kalau suara tadi hanyalah angin, dia berjalan kembali, mengambil langkah yang mebih cepat dari sebelumnya.

"Eren…"

Langkah langkah kecilnya berubah menjadi sebuah pelarian, dia dengan cepat lari ke apartemennya lalu menutup pintu dengan kencang. Dengan rakus melahap oksigen yang kurang dari tubuhnya, dia menutup matanya dan merebahkan dirinya. Dia hanya berhalusinasi, malam hanya bermain main dengan dirinya, dengan pelan dia melangkah ke kamar mandi, membuka keran air dan membasahi wajahnya.

"Eren…"

Dia melihat kearah kaca, ada sebuah silluet, dia berbalik kearah belakang dengan cepat, nafasnya memburu dan semakin frustasi. Tidak ada siapa siapa.

"Eren…"

Suara itu memenuhi kamar apartemennya dengan gema keras yang terus menerus mengulang, dia membuka mulutnya untuk berteriak, namun tidak ada satu teriakan pun yang keluar.

"Eren…"

Dia terjatuh, meringkuk, menutup kedua telinganya. Dan terisak penuh kesunyian.

"Eren…"

"Eren…"

"Eren…"

Halusinasi

.

"Mungkin, itu semua hanya halusinasimu, halusinasimu saja,"

.

Suara itu terus berbunyi semalaman, dengan keras memanggil manggil nama pemuda itu hingga sang pemuda ketakutan, karena tidak tahan, akhinya dia melaporkan kejadian itu ke Trost Organization, dimana seluruh detektif ternama dan polisi yang terlatih berkumpul, berbicara dengan Inspektur Erwin adalah satu satunya jalan, seorang polisi dengan wibawa yang kental, ketika dihadapkan dengannya, Inspektur Erwin hanya mengatakan kalau itu hanyalah halusinasinya saja.

Sampai beberapa orang datang ke Trost Organization dengan kasus yang sama, kurang lebih seminggu, sudah ada 50 orang yang melapor pada Trost Organization, kurang lebih seminggu, kota Trost mengalami gangguan dalam tidur mereka, kurang lebih seminggu, kota Trost memiliki gossip tentang makhluk astral yang mengikuti setiap malam.

Bangunlah dari tidurmu.

Eren bangun dengan keringat dingin membasahi keningnya, seprai, bantal dan guling—semuanya terjatuh dari tempat asalnya, sepertinya dia menghabiskan malam bergulat dengan mimpi dan ketiga barang milik kasur itu menjadi korbannya.

Dia menatap langit langit dan bernafas berat. Menelan ludahnya dan kemudian menutup kelopak matanya, mengarahkan tangannya kewajahnya, menepis peluh dan stress yang dialaminya tadi malam, mimpinya masih dipenuhi dengan memori memori menyeramkan.

Walaupun dia masih menganggap dirinya beruntung saat ini, dia masih dapat bermimpi.

Baru saja seminggu, ketika serangan insomnia mendadak terjadi di kota Trost ini. Tidak ada yang tahu mengapa 50 orang yang tinggal disana tidak dapat tertidur dengan tenang, tetapi semua orang menyalahkan "Hantu Trost", semua orang mengetahui rumor tentang "Hantu Trost", yang memanggil nama mereka sebelum tidur dan mencuri mimpi indah mereka, menggantikannya dengan mimpi buruk tentang hal yang tak pernah ingin mereka bayangkan.

Eren salah satunya, sebelumnya Eren tidak percaya dengan segumpalan omong kosong itu, namun setelah mengalaminya sendiri, dia menjadi trauma. Hantu. Mungkin itu hanya seseorang yang menyebabkan kehancuran karakter dan psikologi kepada korbannya dan mengira kalau itu benar benar hantu dan membuat mereka tidak dapat tertidur lelap, namun Eren berbeda, walaupun begitu—dia masih bisa mengatasi rasa takutnya itu, kadang kadang saja.

Diatas ketakutan mimpi buruk yang tak ingin mereka lihat atau semacamnya. Ketika media mengetahui rumor ini, esoknya semua koran Trost dipenuhi dengan cerita "Hantu Trost", Levi—sebagai detektif yang ternama dan kini mengatasi kasus Eren langsung menutup seluruh blog dan media massa yang memuat cerita tentang "Hantu Trost".

"Jangan takut bocah," ucapnya dingin, maniknya menatap Eren yang meringkuk dikasurnya, menutupi dirinya sendiri dengan selimutnya.

"Sir Levi tidak pernah mengalaminya—kan, bagaimana sir Levi bisa mengerti perasaanku.." mata Eren memancarkan ketakutan, dia tidak berani beranjak dari kasurnya untuk sekedar berganti baju atau mandi, tidak sebelum Levi memaksanya.

"Kau terlalu penakut, dan terlalu pengecut, hantu itu tidak ada bodoh,"

"Benarkah?"

"Tentu saja, dalam kasusmu, mungkin saja itu hanya seseorang yang dapat memanipulasi pikiranmu dengan sangat baik." Levi menatap Eren yang masih tertutupi selimutnya.

"Sampai kapan kau mau berada disana terus bocah, cepatlah keluar dan mandi!" titah Levi, Eren masih diam ditempat.

"Bagaimana—orang itu dapat memanipulasi pikiranku tanpa aku dapat melihatnya?" tanya Eren takut takut.

"Mungkin mereka sudah sangat terlatih, sehingga dapat memanipulasimu dengan mudahnya, tebakanku, mereka memiliki kekuatan special, seperti—telekinesis? Hanya saja jarang jarang orang memiliki kekuatan special seperti itu," ujar Levi, dan beberapa detik kemudian menarik selimut Eren dengan paksa.

"MANDI!" Eren segera berdiri lalu menuju kamar mandi dengan cepat.

"Tch, merepotkan." Levi berdiri lalu duduk di sofa, menumpukan satu kakinya di kakinya yang lain dan melipat tangan didepan dadanya.

Ketika semua detektif dikota Trost setelah mendengar kabar "Hantu Trost" dan Inspektur Irvin yang mendengar berita itu langsung memerintahkan setiap detektif yang ada untuk tinggal bersama korban, 25 detektif ditugaskan di bagian selatan dan 25 polisi ditugaskan dibagian timur. Termasuk sang Inspektur sendiri yang mengurus seorang laki laki berumur 19 tahun bernama Armin Arlert, Levi yang mendapatkan orang pertama yang melaporkan kejadian itu pun mau tidak mau harus mengurusnya.

"Harusnya kasus ini tidak pernah ada," ucap Levi pelan.

Halusinasi

.

"Hei, kenapa mereka memanipulasi pikiranku?"

.

Eren yang sudah mandi, dan mengalungkan handuk dilehernya itu langsung duduk di sofa bersama dengan Levi, Levi kini tengah menyeruput kopinya, memandang Eren acuh tak acuh, Eren hendak membaca koran yang berada di meja.

"Apakah itu koran harian?" tanya Eren seraya menunjuk koran itu.

"Hn," jawab Levi singkat.

"Bolehkah aku membacanya?" tanya Eren.

Levi tidak bicara sedikitpun, dia tetap terdiam, memasang wajah datar sehari harinya. Levi menghela nafasnya lalu berdiri, menaruh cangkir kopi itu diatas menja lalu berjalan kearah jendela apartemen Eren sekedar untuk melihat lihat keadaan di luar.

"Sir Levi, kau tahu—kau bisa sedikit lebih—"

Tulisan besar di headline menangkap perhatian Eren.

"Oh ya ampun.."

Hantu Trost telah membunuh seseorang!

[Selasa, 25 Maret 20xx]

Seorang wanita bernama Alice Rascall ditemukan tak bernyawa di dalam kamarnya, diduga, aksi bunuh diri ini disebabkan oleh ketidak tahanan korban terhadap 'Hantu Trost', sang detektif yang bertugas menjaga pada saat itu sedang membeli kebutuhan sang korban, ketika sang detektif pergi, kamera CCTV merekam aktivitas yang tidak biasanya, sang korban yang tadinya duduk dimeja, langsund saja berguling guling dilantai dan tertawa cekikikan, kemudian mencekik dirinya sendiri hingga tidak dapat bernafas lagi, kasus ini telah melibatkan sejumlah detektif dan polisi setempat untuk menjaga korbannya lebih serius lagi.

Levi berjalan menjauhi jendela lalu kembali duduk di sofa, Eren masih saja duduk terdiam dan memandangi headline itu dengan rasa takut, setelah hantu itu datang menganggu, tidak masalah kalau kau tidak dapat tertidur—tapi sekarang? Hantu itu malah datang untuk membunuh. Dan sekarang seseorang telah meninggal dan Eren tidak percaya kalau itu tidak disengaja.

"Erwin akan segera kemari," ujar Levi.

Eren melihat kearah Levi, berfikir bagaimana Levi memiliki wajah teflon seperti itu, tapi berfikir juga kenapa dia bisa terlihat sangat tenang, Eren menaruh kembali koran itu lalu bicara pada Levi.

"Jadi—apa yang akan kau lakukan—sir Levi?"

Levi menjaga kesunyian, dia merapatkan kedua tangannya seakan akan sedang berdoa, meletakkan jempolnya didagunya. Dia sedang berfikir, sesuatu tentang pembunuhan itu mengganggunya.

Levi berusaha menjaga rahasia itu dari Eren, agar Eren tidak mengetahuinya dan tidak bertindak gegabah, bisa saja hantu itu mempengaruhi Eren lebih parah dari ini.

Ketukan pintu terdengar dari lantai bawah, beberapa detik kemudian, Erwin bersama dengan seorang pemuda bersurai emas memasuki ruangan, Levi menatap Erwin dan kemudian Erwin memulai percakapan.

"Aku yakin kau sudah mendengarnya."

"Iya,"

"Jadi, kau akan datang ke pertemuan dan membahasnya?"

Levi terdiam, Eren yang tidak terbiasa dengan keadaan itu hanya duduk sambil memegangi handuknya dan menaruh koran itu.

"Ayolah Levi, anak itu bisa kau urus, pintu dan jendela kau kunci, dengan begitu tidak akan ada jalan masuk atau keluar, aku yakin kasus pembunuhan seperti ini membuatmu tertarik," ajak Erwin pada Levi.

Levi masih terdiam, hanyut dalam pikirannya sendiri. Pemuda bersurai emas itu menghela nafasya, Levi mungkin saja tertarik, namun dia tidsak mau menunjukkan rasa ketertarikkannya itu secara terang terangan, Erwin berusaha membuat Levi tertarik.

"Itu adalah perbuatan hantu Trost," ujar Erwin, Levi hanya menatap dingin.

"Bagaimana kau tahu kalau itu perbuatan hantu Trost?" tanya Levi.

"Sang korban meninggalkan sepucuk surat."

"Seperti ciri ciri pelaku halusinasi?"

"Bukan," Levi mendecak. "Kata kata terakhirnya dan permintaannya, lebih terdengar seperti curhatan singkat," Levi beranjak dari sofa dan mengambil syal-nya.

"Kami akan menyusul, Erwin, kau dan Arlert terlebih dahulu saja."

Erwin tersenyum, lega karena Levi akhirnya ingin pergi membantu, kemudian Erwin pergi dari hadapan mereka berdua, Eren menatap heran Levi yang pendiam, ketika Levi menarik lengan Eren untuk berdiri dan memakaikannya syal, Eren memberanikan diri bertanya.

"Ke-kenapa kau terlihat tertarik dengan kasus ini?"

Levi mengaitkan syal itu di leher Eren, tidak bicara padanya satu kata pun padanya, dan menarik lengan Eren menuruni tangga setelah mengunci pintu kamar.

TBC

Author's note: Chapter pertama dengan kasus "Hantu Trost", maaf kalau sedikit nggak jelas karena baru pertama kali saya buat fic tentang detektif begini, jadinya saya cari cari ide dulu yang nyantel di otak saya, hasilnya begini deh, yah—walaupun masih banyak typo, semoga dapat membuat readers sekalian tertarik, jangan lupa—

Review! ^^