Author's Note :
Chingu T,T *dateng sambil pundung*
Hiks, akunku yang julycassieelfshawol ga bisa di buka lagi, bener-bener lupa ps akun dan e-mailnya T^T Ga tahu kenapa... *nangis ngejerit a.k.a Lebay*
jadi, mian, FF ini aku pub di akun yang ini, gapapa ya? *puppy eyes*
Habis, aku kangen banget ama YunJae T.T
dan mian juga aku ketik dari yang awal, aku harap chingudeul ada yang mau RnR ^^
Title : A Poor Life.
Part : 1 (One).
Genre : Romance, General.
Warning : BL,PG-17,Maybe Typo (s).
Summary :
Jaejoong dan Yunho adalah namja yang hidup dalam takdir yang berbeda. Namun, jalan lain mempertemukan mereka dalam keadaan yang buruk. Malam itu,Yunho yang rupanya adalah salah satu faktor semangat Jaejoong, itu justru adalah yang pertama kali 'menyentuh' dirinya.
Disclaimer : SME Present.
Author : DrarryLova.
"Jika kalian pikir semua orang yang memiliki wajah tampan dan fisik sempurna adalah orang yang selalu hidup bahagia, kalian salah. Aku bersyukur karena terlahir dengan sempurna & wajah yang tak cacat sedikitpun, tapi, aku bukanlah namja yang beruntung. Aku mungkin punya kisah yang menyedihkan. Jika kalian ingin tahu, sebaiknya, dengarkanlah ceritaku ini."
JJ-POV
"Akh." Aku meringis pelan. Gerakan namja itu terhenti untuk mengobatiku seakan mengerti betapa perihnya saat air hangat itu menyentuh memar di pergelangan kaki kananku.
"Mian Joongie. Kau harus di obati." Dengus namja berambut sebahu yang sama denganku itu dengan sedikit kesal. Namun kali ini, namja yang sudah ku kenal bernama Heechul itu memberikan kain kompres pada namja yang sedari tadi berdiri disampingnya. Sepertinya, Heechul mengerti karena ia terlalu emosi, ia malah menyakitiku ketika mengobati lukaku ini. Makanya, ia menyerahkan pekerjaannya pada namja ini.
Dengan hati-hati, namja berkulit pucat itu mengompres lukaku sementara Heechul mondar-mandir di hadapanku dengan sikap kacau. Ada 1 namja lagi yang ada di ruang ini dan memilih untuk berdiri di sisi jendela, menatap kami bertiga dari kejauhan.
"Agh! Namja itu keterlaluan! Boleh saja dia menyiksaku, tapi aku tidak terima kalau Joongie yang di perlakukan seperti itu!" Geram Heechul sambil meremas rambut hitamnya frustasi. Ya, semenjak berada disini, Heechul yang paling khawatir padaku. Dia begitu mengkhawatirkan aku meski dia sendiri sudah sering merasakan apa yang baru saja aku rasakan ini dan malah lebih parah.
"Sudahlah, hyung. Mereka yang punya uang memang seperti itu. Aku rasa, pelanggan itu mabuk berat sehingga ia menarik Jae-hyung yang memang belum pernah masuk ke pub." Terang namja yang ada disampingku sambil merapikan alat-alat yang membantu untuk mengobatiku tadi. Sebut saja dia Kibum, namja alim dan baik hati, yang paling dilindungi oleh tuan Shin. Kibum tak di biarkan di sentuh oleh pelanggan sedikitpun oleh tuan Shin. Entah apa hubungannya, aku juga tidak tahu.
Oh ya, aku hampir lupa. Namaku Kim Jaejoong, namja dan mahasiswa berumur sekitar 20 tahun. Aku bukanlah orang yang hidup dalam ekonomi yang cukup, aku melakukan kerja part-time untuk memenuhi biaya kuliahku, sekolah adikku, bahkan biaya keluargaku. Aku anak sulung dari 2 bersaudara, wajar kalau aku juga merupakan tulang punggung keluargaku. Umma hanya penjahit biasa, dan appa juga hanya pengangguran. Dongsaengku juga namja, dia sekolah di SMA Tohoshinki, satu nama dengan universitasku. Dulu, aku juga lulusan SMA itu. Bisa dibilang, SMA itu juga merupakan SMA yang cukup populer, aku masuk kesana dengan sebuah beasiswa. Aku hidup dalam keluarga yang cukup rumit, setiap hari, aku selalu mendengar appa yang mengamuk tidak jelas. Appaku itu pemarah, suka mabuk-mabukan dan bermain judi. Dia juga suka memukuli umma,aku dan dongsaengku. Umma hanya bisa menangis menghadapi perlakuan appa. Bahkan, dongsaengku suka mengurung diri dikamarnya ketika mendengar appa dan umma bertengkar. Aku sebagai anak pertama selalu menjadi penengah untuk menghentikan aksi appa. Tapi karena aku namja yang lemah, akhirnya, aku terkena pukulan appa juga ketika melindungi umma.
Setiap pulang kuliah, aku bekerja di kedai coffee yang agak jauh dari lokasi tempat tinggalku. Aku tidak mau kalau appa dan umma tahu dimana lokasi aku bekerja. Aku tidak suka kalau mereka mendatangi lokasi kerja part-timeku dan malah ribut karena appa memalakku dan umma yang merasa bisa membiayai kami dan menyuruhku berhenti kerja.
Dan, apakah kalian tahu dimana aku sekarang?
Sekarang, aku berada di tempat kerja part-time malamku. Ini adalah tempat kerja ilegalku, aku berani kerja disini semata-mata demi uang. Karena,gaji bekerja di kedai Sungmin ahjusshi belum bisa mencukupi kebutuhan keluargaku. Ini adalah sebuah Club malam, ya, dari luar terlihat seperti club biasa, namun, ada pub didalam bar dimana menjadi tempat pelayanan untuk lelaki hidung belang. Aish, aku pekerja disini dan aku seorang namja, Ya, ini adalah club yang melayani namja yang mempunyai hubungan menyimpang.
"Aku tahu Kibum-ah! Tapi, Kim Junsu itu pelanggan pertama Joongie! Padahal, Joongie tidak bekerja di pub dan dia menyiksa Joongie sampai seperti itu! Apa kau tidak lihat!" Decak Heechul sambil menghentikan gerakan cemasnya dan menunjuk kesal padaku. Heechul benar, bukan hanya kaki kananku yang memar karena di injak oleh pelanggan pertamaku itu, namun wajahku juga kena beberapa tamparan darinya, dan dahiku berdarah karena dia mendorongku dengan paksa ke dinding.
"Tidak apa, hyung. Aku gugup jadi aku tidak tahu harus berbuat apa sehingga ia menyiksaku." Terangku untuk menenangkan sikap Heechul. Aku tidak suka dia marah-marah tak jelas pada Kibum seperti tadi. Dia seniorku, dia sudah banyak merasakan pengalaman pahit di dalam pub untuk melayani pelanggan-pelanggannya yang kejam. Aku yakin itu. Dia pekerja yang paling ditawar mahal oleh tuan Shin. Tuan Shin yang melakukannya, karena ia juga tidak tega melihat pekerjanya yang tersiksa didalam pub itu. Tuan Shin juga tidak mempublishkan kalau ia memperkerjakan Kibum. Pemilik club ini sangat menyayangi Kibum lebih dari apapun.
"Mian Jaejoong-hyung. Seharusnya, aku tidak pergi tadi. Mungkin, kau takkan seperti ini." Yoochun-ah, namja yang sedari tadi melihat dingin ditepi jendela kini menghambur kearah kami. Yoochun-ah yang memang jadi pekerja tetap Junsu dan waktu itu dia memang tak ada di tempat membuat Junsu menarikku ke pub untuk menemaninya. Awalnya, aku juga tidak tahu kalau namja itu menarikku dan tiba-tiba menghempaskan tubuhku kedalam pub. Aku memang bekerja disini, tapi, mendapat uang hasil ciuman saja sudah cukup untuk menambah gaji dari Sungmin ahjusshi sesuai dengan perkiraan kebutuhan keluargaku. Dan aku sama sekali belum pernah menyentuh pub sekalipun meski sudah bekerja disini selama kurang lebih 7 bulan. Meski aku tidak menjajakan keperawananku, tapi tetap saja, berciuman dengan seorang namja sekaligus mendapat begitu banyak lembar uang dari hal itu, bagiku, itu sama saja menjual tubuh bukan?
Itu pekerjaan menjijikan, kan? Belum lagi, saat berciuman dengan pelangganku, mereka suka mencari-cari 'bonus' ketika menciumku.
Semenjak kejadian beberapa jam yang lalu, aku bisa menyimpulkan bahwa Kim Junsu, tidak, mungkin semua pelanggan yang berada di pub, bukanlah orang yang baik. Mereka kasar dan kejam. Aku mengerti kalau Yoochun-ah juga berada dalam posisi yang tersiksa mengingat dia jadi bulan-bulanan Junsu.
"Kau tidak apa kan? Aku khawatir sekali. Dia tidak menyentuhmu, kan?" Tanya Yoochun cemas sambil duduk di sampingku.
"Tidak, aku sama sekali belum di sentuhnya, jangan khawatir." Ujarku dengan senyum tenang. Aku sebenarnya masih ingin menangis mengingat perlakuan kasar itu. Tapi, aku tidak mau mereka semakin mengkhawatirkan aku. Waktu itu, aku memang kaget karena tiba-tiba Junsu merobek kemeja kerjaku dengan paksa, aku berteriak kencang dan langsung ditampar lagi olehnya. Dan aku masih ingat dia membekap mulutku dengan tangan kasarnya. Sepertinya, ada yang mendengar teriakanku karena tak lama kemudian, ada yang mendobrak pintu pub dimana aku berada. Ternyata, itu Tuan Shin dan beberapa pekerja lain yang sepertinya memberitahu kepada tuan Shin. Ya, mereka tahu kalau aku tidak bekerja di dalam pub sehingga mereka curiga dengan teriakanku di dalam salah satu pub.
Tuan Shin langsung menarik Junsu dari hadapanku yang mengelak dengan memberikan beberapa ikat uang pada tuan Shin, dia bilang dia membayarku untuk ini. Entah apa yang ada dipikiran tuan Shin saat itu, dia melempar 2 ikat uang itu ke wajah Junsu dan mengancam agar Junsu tidak melakukan ini untuk kedua kalinya. Dari situ, aku yakin kalau Tuan Shin menyayangi pekerjanya.
~ (Wae?) Nal geureohke tteonatni (wae?) Naega swiwo boyeotdeon geoni (Wae?) Nae gaseumen jjijieonjijanha~
Nada dering ponselku mengalun saat itu. Akupun langsung mengangkatnya."Yeoboseyo? Saeng?"
"Hiks, hyung. Pulanglah, aku takut..." Kudengar suara di seberang sedang terisak. Aku tahu, kalau dongsaengku itu menelponku sambil menangis,dan berkata seperti itu, pasti appa lagi-lagi sedang memukuli umma.
"Iya, iya. akan segera pulang. Kau tenang saja ya." Jelasku. Aku tidak tega meninggalkan dongsaengku dirumah dan harus mendengar teriakan-teriakan appa maupun umma. Tapi, aku tetap harus bekerja, kan?
Tanpa menunggu waktu, aku segera menutup kontak telepon dan membereskan barang-barangku.
"Kau sudah mau pulang?" Tanya Heechul dengan wajah tersenyum. Ia memang tenang kalau aku ataupun Yoochun-ah cepat pulang. Karena ia tahu, bekerja disini tidaklah mudah, ada perasaan batin yang tersakiti.
"Iya, hyung. Appa mengamuk lagi." Timpalku sambil tetap membereskan barang-barangku. Ya, Heechul tahu keadaan keluargaku, karena aku suka curhat padanya. Dia dewasa sekali menanggapinya.
"Yasudah. Hati-hati kalau begitu." Ujarnya senang. Lalu, tuan Shin masuk keruang ini.
"Heenim, ada pelanggan yang memintamu. Kau mau menemaninya?" Tanyanya. Entahlah, setiap ada pelanggan, tuan Shin selalu bertanya seperti itu. Jadi aku bisa menebak bahwa tuan Shin bukanlah orang yang jahat dan memperkerjakan kami dengan paksa. Tuan berbadan gemuk itu selalu terserah pada kami jika ada pelanggan yang memesan. Menemani silahkan, tidak mau juga tak masalah.
"Ah ya, tuan. Aku akan segera kesana." Jelas Heechul dan tuan Shin berlalu. "Akh. Bekerja keras lagi." Decak Heechul sambil mengoles bibirnya dengan benda cair yang aku tidak tahu. Selama bekerja disini, mungkin Heechul yang paling tahu bagaimana bekerja di dalam pub. Yoochun-ah juga begitu.
"Hyung, sebaiknya tolak saja." Saranku. Ya, aku juga heran, kenapa Heechul tidak mau menolak 1 pelanggan yang memesannya sekalipun?
"Aku lagi mengumpulkan uang, Joongie." Dan itu jawaban yang selalu aku dengar darinya. Lalu tubuh dengan kaki berjenjang yang indah itu mulai pergi dari ruang ini dan tak berapa lama, akupun pamit pada Yoochun-ah dan Kibum-ah.
…
Aku menelusuri trotoar bersama udara dingin malam yang menusuk ini dengan pelan. Sungguh, aku tak bersemangat menjalankan kehidupan ini. Ya, kalian sudah dengarkan pekerjaan dan kehidupanku yang aku deskripsikan tadi? Aku namja yang hidup dengan cara menjijikan. Menjajakan diriku hanya demi uang. Tapi, aku tak pernah menyesal berada di club itu karena aku bisa bertemu dengan mereka. Heechul-hyung yang tersiksa namun selalu memperhatikan kami, Kibum yang ramah dan baik hati, Yoochun yang juga mengkhawatirkan aku dan tuan Shin yang sebenarnya tidak mau membuka club itu namun ia terpaksa hanya untuk membantu kami mendapat uang secepat kilat.
~(Wae?) Modu han sunganei kkumi eotdamyeon (Wae?) Barojabeul sigani isseotdamyeon (Wae?) Jebal nega haengbokkhagil baraetda~
Ah, lagu itu bersenandung dengan indahnya di telingaku. Tapi kali ini, bukan berasal dari nada ponselku. Lagu itu berasal dari televisi di tengah jalan yang berada di dalam kaca toko. Aku bisa melihat MV'a dari jendela ini.
~Now i'm just chillin' Feel like I'm healing~
Aku terus memperhatikan 2 namja yang menyanyikan lagu itu. Kedua namja itu memiliki suara yang khas dan selalu mengenakan topeng. Yang aku tahu, mereka bernama U-know dan Max. Tapi, sejak dulu, perhatianku hanya teralihkan pada namja yang bernama U-Know itu. Aku mengaguminya. Sepertinya, dia memiliki wajah yang tampan di balik topeng itu, aku juga yakin, dia punya keluarga yang harmonis, dan aku juga rasa, dia pasti punya hidup yang sempurna. Tidak seperti hidupku. Aku mengaguminya sejak dulu karena suatu hal ...
Ah. Aku harus segera pulang. Aku tidak mau dongsaengku cemas. Aku lalu berlari melanjutkan langkahku dengan berlari kecil sambil merapatkan syalku untuk segera sampai dirumah.
…
"Umma tidak apa-apa?"
"Iya. Tae sayang. Umma tidak apa."
"Tapi, umma. Ini -"
"Aku pulang." Aku menggeser pintu dan buru-buru masuk. Takut appa masih mengamuk disini. Tapi, tiba-tiba dongsaengku langsung menghambur memelukku dan menangis.
"Hyung, aku takut ..." Isaknya, kuelus kepalanya pelan. Ah, kasian sekali dia, selalu dirumah dan mendengar teriakan appa. Dan dia sama denganku, hanya bisa melindungi umma disaat appa sudah pergi.
"Jae, kau sudah pulang? Kau darimana?" Suara lembut dan sedikit sumbang mulai mendekati kami. Astaga, itu umma. Aku kaget melihat kondisi ummaku tercinta ini. Ada luka berdarah di bagian leher, lengan dan dahinya.
"Umma, apa yang terjadi? Umma tidak apa-apa?" Tanyaku cemas dan langsung menghambur kearahnya. Namun, aku segera pergi mengambil kotak obat dan menarik umma untuk duduk. Aku akan mengobatinya. Taemin duduk disampingku dengan masih sedikit terisak. Aku yakin dongsaengku ini begitu panik dan ketakutan.
"Jae, kau terluka." Bukannya diam untuk kuobati, umma dengan lembut menyentuh perban di dahiku. Aku tak pernah merespon ke khawatirannya dan tetap mengobati lukanya. Harusnya, dia mengkhawatirkan dirinya sendiri, bukannya aku! Aku bisa melihat sembab dimatanya. Lagi-lagi, umma menangis...
Dia Kim Jung Soo. Yeoja yang sekarang hidup malang. Tapi, ummaku ini baik hati dan tegar menghadapi sikap appa. Dia tak pernah melawan appa dan hanya bisa menangis kecil ketika appa mencaci maki dan memukulinya. Dan yang aku tahu. Dia sangat menyayangiku dan Taemin.
"Umma, beristirahatlah." Jelasku dengan dingin. Aku benci melihat air mata umma yang terbuang sia-sia hanya demi keparat itu! Aku memang tak bisa melakuan apa-apa untuk yeoja yang paling berharga dalam hidupku ini.
Aku menopang umma dibantu dengan Taemin. Umma diam dan menurut, aku yakin, umma masih sedih dan memaksakan untuk tidak menangis di hadapan kami. Kami berdua menopang umma menuju kamarnya. "Umma, tidur ya. Aku sayang umma." Jelasku parau sambil menyelimuti umma dan mencium keningnya. Aku mencoba tersenyum untuk menenangkan umma. Dalam hati aku sedih sekali melihat keadaan umma. Hatiku sakit melihat satu-satunya yeoja yang aku sayangi ini.
"Tae juga sayang umma." Tambah dongsaengku dan ikut mencium kening umma. Aku salut pada Taemin yang masih berumur 16 tahun ini. Ia bisa tegar menghadapi keluarga yang rumit ini. Ia paling hanya sesekali menangis ketika sedang bersamaku dan saat dia ketakutan. Dia tidak pernah menangis dihadapan umma jika tak ada aku.
…
Aku membaringkan tubuhku pelan ke ranjang. Aku menghela nafas berat sambil menatap langit-langit kamarku. "Tuhan, kenapa kau membuat nasib yeoja yang paling aku sayangi menjadi seperti ini? Kenapa kau tidak membuat sikap appa berubah? Apa Kau tidak kasihan padaku dan Taemin? Jika aku saja yang menderita, aku ikhlas, tapi aku mohon, jangan sampai umma dan Taemin mengalaminya." Doaku dalam hati sambil menggenggam salib yang selalu tergantung di leherku dan memejamkan mataku dalam-dalam.
Berharap, kenyataanku tidaklah seperti ini. Biarkan aku kealam mimpi meski cuma sebentar...
~(Wae?) Nal geureohke tteonatni (wae?) Naega swiwo boyeotdeon geoni (Wae?) Nae gaseumen jjijieonjijanha~
~(Wae?) Modu han sunganei kkumi eotdamyeon (Wae?) Barojabeul sigani isseotdamyeon (Wae?) Jebal nega haengbokkhagil baraetda~
Akh. Panggilan nada itu sepertinya tak boleh membiarkan aku pergi kealam khayal. Nada dering itu membuatku beranjak dan mengambil ponsel yang kutaruh dimeja tadi. 1 pesan di terima, kubuka pesan itu, dari nomor baru yang tak kukenal...
From : 087xxxxxxxxx
Hyung? Apa lukamu masih sakit?
Kau sudah baikan? Aku khawatir, hyung.
Beristirahatlah.
Yoochun
Aku tersenyum membaca pesan itu. Yoochun-ah ternyata khawatir juga padaku. Aku memang tidak terlalu dekat dengannya. Dia yang paling dingin terhadapku. Dia hanya bisa mengobrol dengan Heechul-hyung. Semenjak kejadian tentang pelanggan bernama Kim Junsu itu, sepertinya, dia jadi bersalah terhadapku. Ku ketik balasan untuknya...
Iya. Yoochun-ah.
Aku tidak apa-apa,jangan khawatirkan aku. Kau juga jaga diri baik-baik.
Istirahat dan cepat pulang. ^^
To : 087xxxxx
Setelah mengetik kata-kata itu, aku keluar dari menu pesan dan lalu, nampak wallpaper U-Know yang kulihat. Aku tersenyum miris. Aku membaringkan tubuhku lagi tanpa melepas pandanganku dari namja yang ada di layar ponselku ini.
U-Know
Namja bertubuh tinggi ideal dan merupakan penyanyi tenar bertalent tahun ini. Aku begitu mengaguminya. Entahlah, aku mulai mengaguminya ketika tidak sengaja melewati persimpangan. Aku melihat pria bertopeng dengan pakaian biasa saja tengah melintas disana. Di tempat yeoja-yeoja yang menggoda U-Know, sepertinya. Aku saat itu hanya memperhatikannya dari kejauhan, dan saat itu juga, U-know yang kulihat bukanlah U-Know yang sudah menjadi penyanyi dan melihatnya tengah menceramahi yeoja-yeoja yang menjajakan diri mereka pada U-know dengan kata-kata bijak. Ah, namja itu begitu indah dimataku malam itu.
Tak lama kemudian, kudengar sebuah lagu yang membuat semangatku bangkit untuk tetap tegar menjalani kehidupanku dan pekerjaanku yang menjijikan ini. Ya, Why? Keep Your Head Down! Lagu yang rupanya dibawakan oleh namja itu, U-Know bersama rekannya. Lagu itu ternyata memuncak di chart dan mereka berdua menjadi terkenal.
Tapi, meski sudah terkenal, U-Know maupun Max sama sekali tak membuka identitas mereka. Ah, andai aku tahu siapa namja yang berada dibalik topeng yang kukagumi ini. Namja yang aku impikan untuk bertemu dengannya...
U-Know, namja yang begitu sempurna dimataku, namja yang terlihat baik hati, namja yang terlihat ramah dan namja yang begitu aku inginkan...
U-know, mungkin kau juga yang membuatku ingin bertahan hidup lebih lama lagi dengan kehidupan ini...
-FIRST-
Huwaaaa, Chingudeul mian kalau ceritanya sulit dipahami T.T
Bagaimana menurut chingu dengan fic ini? Pantaskah untuk di publish? Ayolah, aku mohon ripiu2 deh, biar semanget nih aku ~
Sedikit pemberitahuan, akan ada banyak POV, bisa dibilang juga, 1 cerita itu 1 POV. Jadi, bukan POV Jeje aja,
nanti bakal ada POV'a Baby Taemin juja loh ~
Terus, ada bagian NC, tapi cuma sekilas, nanti tunggu aja, deh, gimana masukan dari Reader, aku bakal ubah sesuai kemampuanku ^^
So, PLIS-PLIS-PLIS, RnR yua ~
Always Keep The Faith and Hwaiting Chingudeul ~
