"Kuliti ia, setelah itu potong tubuhnya jadi beberapa bagian dan hanyutkan di Sungai Han." bibir tebal itu mengucap, memberi perintah yang tersambung oleh jaringan ponselnya.
"Dan ingat. Jangan sampai kalian tinggalkan jejak, lakukan dengan bersih."
'Piip'
Tanpa menerima respon pria jangkung itu langsung memutuskan panggilannya secara sepihak. Raut wajahnya tetap sama, terlihat bengis, kejam dan dingin dalam waktu bersamaan.
Benar - benar terpantulkan cerminan Phoenix sang pemimpin mafia yang ditakuti karena derajatnya yang tinggi.
Tungkainya yang panjang melangkah membuat suara gema, yang berasal dari sepatunya yang mengkilat mewah tersinar oleh cahaya bulan yang lewat disela - sela jendela rumah yang gelap. Membuat siluet dirinya bagai pangeran dari negri dongeng.
Benar - benar sungguh memukau.
Langkahnya berhenti di depan pintu besar kayu berbahan kayu jati yang tebal. Dengan raut yang tidak berubah sedetik pun.
'Cklek'
Dibalik pintu yang terbuka itu. Tertampil sosok mungil dengan surai hitam legam yang tampak halus setiap helainya. Dan jangan lupa matanya lucu layaknya anak anjing mengintip dari helaian poninya yang menjuntai, menatap ke arah pintu yang terbuka.
"Chanyeol?"
Yang dipanggil tidak menjawab melainkan berjalan ke objek yang berbicara padanya. Saat sudah berdekatan dengan konstan kepalanya ia jatuhkan ke pundak si mungil, lengan kekarnya juga ikut berkerja melingkar di tubuhnya yang lekukannya seperti gitar.
"Baekhyun" suaranya rendah dan tersirat penuh kelelahan. Baekhyun menyadari itu, dengan telaten tangannya berkerja. Tangan kirinya mengelus surai abu - abu kepala yang bersender si bahunya, tangan kirinya merangkak ke daerah lehernya, dengan lembut membuka dua kancing teratas kemejanya dan menarik lepas simpul dasinya.
"Kau terlihat lelah Channie, mau berendam dulu dengan air hangat sebelum mandi?" Ahh sungguh suara merdu milik Baekhyun bahkan sanggup membuat kelelahannya yang ia rasakan hilang seketika.
Kepalanya ia angkat dari pundak sempit Baekhyun. Saat matanya menatap mata puppy itu, sirna sudah raut dinginnya. Digantikan dengan senyum jail sampai - sampai memperlihatkan lesung pipinya.
"Boleh. Berendam bersama sepertinya ide bagus"
Wajah Baekhyun seketika merah padam membuat Chanyeol semakin gemas hingga saking gemasnya ia kembali memeluk pria didepannya ini dan hidungnya yang bertengger di lehernya. Menyesap wangi strawberry dan vanilla manis.
"Dasar mesum, minggir, akan kusiapkan air hangatnya" ucapnya sambil mendorong dada Chanyeol. Yang dituruti oleh empunya sendiri dengan melepaskan pelukannya dari badan mungilnya.
Manik Chanyeol tidak lepas dari Baekhyun yang sedikit mempercepat jalannya ke arah kamar mandi di sudut ruangan.
Seringainya makin melebar melihat warna kemerahan di wajahnya. Walaupun kamar ini gelap, tetapi bulan masi berpihak padanya. Sinar bulan yang memasuki jendela besar kamar itu memperjelas penglihatan Chanyeol.
"Apakah artinya ideku diterima Baek?" Serunya dengan suara yang cukup besar agar Baekhyun mendengarnya.
"Jangan harap Tuan Park!" Teriakan berasal dari kamar mandi itu membuat sang mafia tertawa dengan suara beratnya. Sungguh bisa dia bayangkan sekarang pasti merona.
Memang ia Park Chanyeol. Phoenix yang diagung - agungkan dan ditakutkan. Tetapi kenyataanya ia hanyalah seorang pria biasa bila berhdapan dengan byun kecilnya.
TBC
Okei prologuee dluu. Dan jujur di sini aku gamau bikin konflik yang bikin berat di batin. Kayak selingkuh dll karena bikin nyesek bro :). Gua gatau ini memuaskan ato engga.
See u next Chap
-Iuta-
