Uwaah, akhirnya dapet ide cerita lagi! Kakakku sih yang ngasih ide… jadi nggak purely dari aku. XD

Ini sebenernya plotnya ngikutin tugas bahasa Inggris yang disuruh bikin video. Tokohnya tinggal diganti aja deh..

Warning: gaje, abal, OOC. Sabar ya, bacanya.. XD

Disclaimer: Tokoh-tokoh Hetalia berserta peliharaannya punya om Hidekaz.

Enjoy reading, ya! :D

Hari Senin, jam 06.45.

Arthur bersiul-siul dengan santai sambil menyeruput tehnya untuk sarapan, sama sekali tidak mengira bahwa hari ini tidak akan seperti biasanya. Setelah tehnya habis divakum oleh lidah Arthur, sang pemilik lidah itu berjalan dengan santai ke sekolahnya tercinta. Bukan berarti dia homo dengan sekolahnya. (Author sendiri juga tidak tahu kalo sekolah punya jenis kelamin.)

Arthur dikenal sebagai ketua OSIS yang tampan dan rajin.

(mind Author: HAH? Sumpe lo? Manusia punk kayak gitu lo bilang tampan dan rajin? –digampar-)

Oke, kembali ke topik. Ya, Arthur memang terkenal. Banyak gadis yang mengejarnya, baik dengan alasan yang positif maupun negatif. Meskipun begitu, kehororan sang ketua OSIS juga tidak kalah terkenal, dan bukti-buktinya sudah terlihat jelas di mata para murid dan guru lainnya. Contohnya, pada pagi ini.

Arthur melenggang ke dalam kelasnya. Dua puluh pasang mata menatapnya dengan aneh. Arthur pun sadar bahwa dia diperhatikan, dan kalaupun Kiku sudah menciptakan alat untuk membaca pikiran, inilah yang akan muncul di kepalanya.

Nomor 1, ada yang salah dengan alisku?

Nomor 2, kalian iri sama alisku?

Nomor 3, apakah alisku se-mempesona itu?

Memang tidak terkira, ternyata bakat narsis seorang Arthur dipendam dalam-dalam di pikirannya. Namun, kenyataan memang tidak selalu sesuai dengan pikiran sesorang. Tidak ada yang berpikir alisnya mempesona, dan mereka memang tidak sedang memperhatikan alis Arthur.

Tentu para readers dan Arthur penasaran apa yang sedang diperhatikan oleh teman-teman sekelas Arthur. Kalau bukan alis, terus apa dong? Ini dia jawabannya.

Sebuah kelinci. Berwarna hijau. Terbang di belakang Arthur dengan sayapnya yang mengepak-ngepak hopeless. Maklum, makhluk malang itu hampir tertimpa oleh tas seorang murid pirang yang badannya bongsor nggak karuan. Itu lho, yang kayak orang hipotermia. Pake syal mulu. Hayo, saya nggak bilang itu siapa ya… Tanggung sendiri kalo ada orang yang ngerasa datang kepada anda dan bilang "MAU SAYA SANTET KAMU, HAH?"

Ya, hijau. Seperti warna jamur yang ada di roti tawar Nesia kalau telat dimakan seminggu. Saya nggak bilang kelincinya Arthur mirip jamur lho, ya. Kalau Anda berpikiran seperti itu, bertanggung jawablah atas pikiran sendiri.

Antonio, seorang teman sekelasnya yang terkenal dengan muka polos (dan oon)nya itu akhirnya mengutarakan keingin tahuannya kepada sebuah makhluk abnormal itu.

"Arthur… Itu apaan yang ngikutin kamu dari belakang?"

Arthur menoleh ke belakangnya. Dia tidak sadar bahwa Fluffy, si makhluk imut ijo yang bersayap itu mengikutinya dari tadi. Ah, ternyata bukan alis. Memang yang di atas matanya Arthur bukan alis sih… tapi… tau sendiri kan? XD

"Oh. Itu Fluffy, kelinciku." Jawab Arthur dengan tenang, seperti tidak ada yang aneh. Seperti seorang Francis yang menjadi polos dan suci mendadak itu normal.

"…Itu kelinci?" Tanya Antonio lebih lanjut.

"Iya."

"Kelincimu?"

"Iya."

"Bisa terbang?"

"Iya."

"Namanya Fluffy?"

"Iya."

"Ngasih nama ga elit banget sih…"

"Iy—Heh."

"Ini peliharaanmu? Kok aku bisa liat? TEMEN-TEMEN, AKU BERUBAH JADI DUKUN MENDADAK GA?"

"…Semalem dia salah minum. Aku kemaren bikin ramuan supaya… errr, siapa namanya? Itu, adek kembarnya Alfred bisa keliatan. Eh, malah dihabisin sama si Fluffy. Jadi, dia kelihatan deh." Jelas Arthur.

"PACAR GUE KELIATAN, TAU!" teriak seorang Gilbert dengan lantang, membuat sang pacar yang identitasnya tidak diketahui itu memerah. Saat itu, sang pacar sangat hoki. Mukanya udah memerah kayak kepiting rebus dan tidak ada yang melihatnya. Oh iya, Author bisa melihatnya karena Author awesome. *dimutilasi kawanan anak ayam*

"…Ya, terserah deh." Arthur membalas Gilbert dengan pasrah.

Arthur, Antonio, Francis, Gilbert.

Empat orang ini, secara tidak langsung berhubungan dengan sangat dekat. Kalau diibaratkan, seperti Polisi dan Gerombolan Siberat. Seperti kerbau dengan monyet-monyet jahil. Seperti Ketua OSIS dan geng paling berandalan di sekolah, Bad Friends Trio.

(Eh, kalo gitu nggak dekat dong ya…? XD)

Yep, dari namanya aja udah kelihatan. BAD, gitu loh.

Dan seperti para reader sudah menebak, BFT ini beda banget sama sang Ketua OSIS. Dasinya melayang kemana-mana, tugasnya juga melayang-layang, pikiran melayang-layang, tapi nilai langsung keinjek. Bandingkan dengan si Ketua OSIS. Widiiih. Seragam? Rapi dong. Rambut? Ga pernah lebih panjang daripada kerah. Tugas? Dikumpul sebelum waktunya. Nilai? Melayang! Alis? …Uhm, kayaknya ga ada peraturan tentang alis gondrong, jadi biarkan saja begitu.

Lalu pelajaran pertama dimulai. Mereka semua duduk manis, dan anehnya tidak ada semut yang menghampiri.

Hari Senin, jam 15.20.

Pelajaran sudah selesai. Murid-murid semuanya tampak membereskan barang-barangnya. Guru terakhir sudah melarikan diri dari kelas, kabur dari siksaan batin yang diberikan lidah-lidah murid yang jujur dan polos…

…ketika ngomongin kejelekan para guru.

Arthur sudah akan berjalan kembali ke rumahnya, ketika dia merasa ada yang ketinggalan. Apa ya? Rasanya semuanya sudah aku masukkan ke dalam tas… pikir Arthur bingung. Arthur melupakannya sejenak, lalu dia mendengar suara ribut-ribut di luar kelas.

"BUNUH! BUNUH! BUNUH!" begitu kira-kira bunyi teriakan yang ramai di luar kelas. Satu per satu murid di dalam kelasnya keluar dan ikut dalam keramaian itu, tidak kembali lagi.

…Apa yang sebenarnya terjadi?

Beberapa saat sebelum Arthur mendengar ribut-ribut.

"Tomat gue yang buat Lovi kemana?" Antonio mencari-cari tomat itu dengan bingung.

"Nggak bisa petik yang baru aja?" usul Francis.

"Ga bisa! Itu udah tomat paling special, bentuknya bundar dan itu tomat paling berat! Itu special buat Lovi…" keluh Antonio.

"Tonio. Itu tomat lu bukan sih?" Tanya Gilbert kepada Antonio sambil menunjuk ke arah sesuatu.

"…IYA! ITU TOMAT GUE! Aduuuh, kenapa kelinci ijonya Arthur malah makanin tomat gue sih?" Antonio kesal, tapi tetap tidak tega kepada mahkluk hijau yang imut itu. Antonio hanya menatapnya dengan marah.

"Kalo gue jadi elu, itu kelinci bakal gue bunuh." Kata Gilbert dengan tajam.

"Iya," Francis menyetujui. "Demi cintamu kepada Lovi, apapun harus dilakukan!"

"Uhh… Tapi—"

"Ayolah, kamu bisa! Bunuh aja!" seru kedua temannya, mengompori Antonio.

(Gilbert ama Francis bisa nggak kapan-kapan ke rumah Author? Elpiji di rumah lagi abis nih, siapa tahu den Gilbert ama den Francis bisa menjadi elpiji pengganti buat masak mie.. -digampar-)

Lama kelamaan, banyak orang yang berkumpul disitu akibat ulah Francis dan Gilbert. Semuanya berseru, "BUNUH! BUNUH! BUNUH!" Suaranya makin kencang. Antonio pun akhirnya mengangkat ekor kelinci itu, dan kelinci itu dilempar sehingga kepala kelinci itu menghantam keras dinding koridor. Antonio terus didorong oleh kemarahan, dan tanpa sadar dia sedang menyiksa kelinci itu. Gilbert dan Francis juga sempat membantunya menyiksa kelinci itu. Sampai akhirnya…

"HEI, ADA APA RIBUT-RIBUT?" Suara lantang Arthur memenuhi koridor dan semuanya diam, termasuk para anggota Bad Friends Trio. Ketika Arthur melihat apa yang terjadi, dia hampir tidak bisa berbicara. Tenggorokannya serasa tersumbat. Dia melihat kelincinya yang berlumuran darah.

(Astaga, Author aja nggak tahu kelinci bersayap punya darah.)

"…KALIAN NGAPAIN, HAH?" bentaknya pada Antonio, yang terlihat paling marah.

"URUS KELINCIMU DENGAN BAIK, DONG! ENAK BANGET, DIA MAKAN HADIAH SPESIAL GUE BUAT LOVI! GIMANA GA MINTA DIBUNUH?" balas Antonio. Arthur hanya bisa diam. Dia mengangkat tubuh kelinci hijaunya, yang ternyata sudah tidak bisa bergerak lagi. Kelinci itu terbunuh.

(Kalimatnya Antonio barusan bikin Author mikir, si Lovi itu ada dimana ya? Kalo dia denger omongan Antonio… Wah~ XD)

Arthur lari ke dalam toilet, dan mendorong pintunya dengan kencang. Dia tidak mempedulikan keadaan sekitarnya lagi.

(Ih, Arthur lembek banget sih. –digampar lagi-)

Sementara itu, Antonio dan kawan-kawannya pergi untuk mencari ganti hadiah untuk Lovi. Antonio masih marah dengan kejadian itu, dan dia juga tidak peduli tentang keadaan Arthur saat itu.

Kita kembali kepada Arthur. Dia sedang murung di dalam cubicle toilet, pikirannya tidak jernih. Tiba-tiba saja dia mengeluarkan tambang yang ada di tasnya. Dia naik ke atas kloset yang tertutup, lalu menggantung tali itu di langit-langit toilet. Talinya dibentuk lingkaran, pas di depan kepalanya. Setelah itu dia memasukkan kepalanya ke dalam lingkaran itu, dan bersiap-siap untuk melompat.

"Setidaknya aku tidak usah memikirkan kematian Fluffy lagi."

Arthur mengucapkan kata-kata terakhirnya, lalu melompat.

Arthur mengerjap-ngerjapkan matanya. Dimana aku..? pikirnya.

Arthur mengenali tempat di sekitarnya. Toilet. Dia keluar dari cubicle toilet dimana dia berada, lalu melihat keadaan sekitar.

"Baru saja aku pikir aku ada di surga… Apakah aku masih hidup?" gumamnya.

Lalu dia melihat ke arah cubicle toiletnya.

"What the bloody hell…?" serunya. Arthur sedang memandang sesuatu yang menjuntai dari atas langit-langit dengan tatapan tidak percaya.

"I-itu tubuhku…" Arthur terperangah.

Kembali kita memakai mesin pembaca pikiran dari imajinasi Kiku.

Jadi, apa yang ada di pikiran Arthur saat ini?

Cuma satu.

"TOLOL AMAT GUE JADI HANTU LOKAL, GENTAYANGAN DI SEKOLAH SENDIRI."

-to be continued.

YAY, SELESAI!

Aduh, ini rasanya ga lucu banget, sumpah.

Jayus kan? IYA KAN? D:

Huhuhu, anyway. Review, ya!

Kalo ada yang mau protes, jangan galak-galak, please... XD

Ntar di-update nih, wakakak. Cerita jayus lagi. D:

Semoga chapter selanjutnya berhasil deh. Makasih banget udah baca sampe sini, mengorbankan pikiran Anda yang normal! :D