Park Jimin

Sebenarnya apa yang ada dalam dirinya. Entah aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku bila mendengar namanya.

Jujur saja, dari kecil aku jarang bersosialisasi dengan laki-laki selain ayahku. Aku sekolah di sekolah khusus perempuan, wajar saja aku kurang bisa akrab dengan laki-laki. Temanku bilang itu namanya cinta. Tapi masa iya? Karena aku memang tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Cinta pertama, katanya.

Namun sisi lain dalam diriku mengatakan iya. Karena entah kenapa, ada rasa suka bila aku dekat dengannya.

Seringkali aku menyangkal bahwa aku telah terpikat dengan eye smile-nya yang manis itu. Aku juga tidak mau mengakui bahwa aku telah jatuh pada pesona seorang Park Jimin. Semua itu kulakukan karena, aku hanya merasa aneh bila memiliki hubungan spesial dengan seorang laki-laki. Tapi tetap saja, teman dekatku atau bisa dibilang sahabatku yang sudah tahu tentang perasaanku pada Jimin, terus saja meyakinkanku tentang perasaan yang tidak pasti ini.

Kadang pula aku berfikir, apa Jimin juga mencintaiku? Apa dia menyukaiku? Dan aku pun hanya bisa tersenyum kecil.

Awalnya aku tidak sekelas dengannya. Aku bahkan tidak mengenalnya. Namun berkat teman sekelasku yang berkali-kali mengirim foto siswa yang mereka anggap cogan di grup kelas, aku tidak sengaja menemukan foto Jimin. Dan saat itu pula perasaan ini mulai tumbuh.

Sejak saat itu aku mulai stalking beberapa akun sosial media miliknya. Diam-diam tentu saja. Aku terlalu malu untuk mengakui bahwa aku mulai menyukainya. Hingga suatu saat, temanku tidak sengaja menemukan sebuah file yang berisi foto-foto Jimin yang kusimpan. Malu? Tentu saja. Sangat malah. Namun, aku tidak bisa marah. Apa hakku untuk marah? Toh aku juga perempuan, wajar jika aku menyukai laki-laki. Dia memintaku untuk menceritakan segalanya dengan syarat ia tidak akan membocorkannya pada siapapaun. Aku hanya bisa pasrah saat itu.

Sejak saat itu, ia mulai membantuku mencari informasi tentang Jimin. Perlahan aku mulai tahu kebiasaan, hobi dan sifatnya. Aku bahkan mulai menyadari bahwa senyumnya itu sangat manis, apalagi saat mata sipitnya itu hampir tidak terlihat. Ikut tersenyum. Sangat manis. Selain itu, aku juga tahu dia mengikuti klub dance. Aku pernah menonton beberapa rekamannya dan itu sangat, sangat keren. Ah tapi tetap saja aku selalu malu saat mengatakannya. Bahkan hanya membayangkan saja sudah membuatku malu. Dan mulai saat itupun aku seringkali menyangkal segala pesona Park Jimin.

Walau pada akhirnya aku tahu bahwa aku telah jatuh lebih dalam.