Halo? Ini Neng, salam kenal...

Disclaimer : Naruto bukan punya Neng. Naruto punya Masashi Kishimoto. Neng Cuma pinjem Charanya buat dimainin.

Pairing : SasuNaru

Genre : Romance / Supernatural

Rate : T

Warning :

BL *asiiiikkk*

Pedophile *APA!*

Incest *HAAH!*

Begitulah, jangan paksakan membaca ini, bila kamu tidak suka warning di atas. Sungguh, saya memang sedang kalut—gila lebih tepatnya—. Oia, tambahan, juga banyak typos, OOC, AU.

Summary : Sasuke mendapati Malaikat kecil bermata 'sihir' meloncat-loncat menggapai bel apartemennya. Warning: BL, Pedophile, Incest, Vampfic, AU, OOC. Rnr pliiiissss.

.

.

Malaikat Kecil di Sarang Setan

.

.

1

.

.

Sasuke kini duduk di sebuah sofa di ruang santainya. Ia terlihat malas memencet-mencet tombol remote televisinya. Dilihatnya, 'tak ada acara menarik hari ini. Bosan dengan televisi, ia memencet tombol off kemudian melempar ringan remote itu ke meja kecil di samping sofa. Lalu berbaring di sofa itu. Menyamankan posisi kepalanya di atas bantal kecil favorit, juga kakinya yang terlalu panjang di sofa kecil itu.

.

.

Ting-Tong!

.

.

Belum juga Uchiha satu ini nyaman dengan posisinya, bel di apartemen sederhana miliknya ini berbunyi. "Mengganggu." keluhnya dalam hati.

.

.

Ting-tong!

.

.

Bel berbunyi lagi. Apa boleh buat, dengan sangat terpaksa, ia bangun dari sofa kesayangannya itu. Berjalan dengan gontai ke arah pintu. Ia 'tak suka diganggu saat sedang santai begini. Karena saat santai seperti ini jarang ia dapatkan di tengah kegiatan sekolah, kerja sambilannya, juga 'puasa'nya terhadap 'cairan berwarna merah' menggoda yang ia suka.

.

.

Ting-tong!

.

.

Bel terkutuk itu berbunyi lagi ketika ia sudah memegang gagang pintu. Ia tetapkan saat itu juga, ia benci suara bel itu, dan ia harus menggantinya dengan suara lain. "Suara ayam lumayan juga" pikirnya dalam hati. Kemudian ia buka pintu itu untuk mengetahui siapa tamu, atau sebut saja orang bodoh yang menggangu hari libur berharganya.

.

.

Kriek...

.

.

Sasuke agak menundukkan kepalanya ke bawah. Ia menunduk untuk melihat objek yang jauh lebih pendek darinya itu. Sasuke agak terkejut melihat tamunya yang tadi sedang meloncat-loncat ria menggapai bel apartemennya—mungkin untuk membunyikannya lagi—. Tamunya juga bereaksi sama, malah lebih kaget lagi. Namun hanya sebentar, tamu itu langsung mendongak lebih ke atas lagi untuk bertemu pandang dengan si empunya bel seraya tersenyum selebar yang ia bisa.

.

.

Hitam bertemu biru.

.

.

Deg...

.

.

Sasuke benar-benar 'tak menyangka, tamunya itu seorang malaikat kecil yang menawan. Malaikat kecil yang memiliki mata biru secerah langit. Baru kali ini ia melihat langit secerah itu. Mata yang sungguh berbanding terbalik dengan mata kelam milik Sasuke. Mata itu benar-benar indah hingga menjerat Sasuke begitu kencang, ia sampai 'tak bisa lepas pandang dari bola bening itu. Waktu terasa berjalan lamban bagi Sasuke. Ia benar-benar terjebak di dalam sana. Ia merasakan semereset aneh—yang entah apa— di dadanya. Getaran yang baru pernah ia rasakan di jantungnya itu. Perasaan asing yang membuatnya merasa seperti orang bodoh.

.

.

"Onii-chan." bocah itu memecah keheningang dengan suara cedal dan ekspresi cerianya. Membuat Sasuke berkedip beberapa kali, untuk lepas dari 'sihir' Malaikat kecilnya itu. "Malaikat kecilku?" bahkan ia 'tak sadar telah mengklaim bocah itu miliknya.

"Kau—" belum sempat Sasuke melanjutkan kalimatnya, anak berambut kuning itu memotong.

"Ini!" ia mengacungkan selembar kertas yang agak kumal pada Sasuke, masih dengan tingkahnya yang kelewat ceria.

Sasuke mengambil kertas itu. Ia pandangi kertas di tangannya. Bentuk dan rupanya sudah 'tak beraturan, dan sedikit lengket di beberapa bagian. Ia kerukan dahinya, tanda Sasuke 'tak yakin dengan kertas itu, kemudian ia palingkan pandangnya ke bocah tadi. Otomatis, mata hitamnya pun kembali bertemu bola langit cerah itu. Lagi-lagi ia terjerat. 'Tak hanya itu, ketika ia ingin lepas—dengan menggeser pandangnya sedikit kebawah—kini ia bahkan terjerat senyum dari bibir mungil sang bocah. Bibir mungil kemerahan yang mempesona, juga terlihat sedikit basah. Benar-benar sangat menggoda.

.

.

Deg...

.

.

Jantung Sasuke berdetak lebih ekstra dari sebelumnya. "Kenapa?" batin Sasuke bertanya. Ia 'tak tau apa yang terjadi padanya. Anak itu benar-benar menarik semua nyawanya. Bibir merekah itu, ingin sekali ia miliki. Menyentuhnya, sedikit saja. Atau mengecupnya mungkin?

.

.

"Bodoh." sela batin Sasuke pada pikirannya sendiri. Ia turunkan lagi pandangnya. Kini matanya sungguh terjebak. Terjebak oleh sesuatu yang lebih menggoda dari bibir mungil itu. Lehernya. Sasuke menelan ludahnya yang menglir(dalam mulut) lebih cepat dari biasanya. Leher bocah itu begitu indah dengan warna tan yang eksotis. Terlihat lembut dan sangat menggiurkan.

.

.

Sasuke gelengkan kepalanya, "Tenang, Sasuke." bujuknya dalam hati, ia 'tak mau lebih lama lagi merasakan hal seperti ini. Sekuat tenaga ia lepas pandangnya, ia palingkan ke kertas lusuh itu lagi. Segera ia buka kertas kumal tadi. Sasuke lihat, ada berderet tulisan tangan berjajar di dalamnya.

Untuk Sasuke,

Aku tahu kau sangat sibuk. Aku juga tahu, kau 'tak suka anak kecil. Tapi, lihatlah dia.

Sampai di situ, ada sedikit rasa yang mendorong Sasuke untuk menengok anak itu. Tapi segera ia batalkan sebelum itu terjadi, karena ia 'tak ingin terjerat lagi. Sasuke merasa bodoh ketika ia 'tak bisa berbuat apa-apa ketika memandang bola langit, bibir, dan leher menggoda itu. Maka, ia acuhkan rasa itu, kemudian ia pun meneruskan membaca.

Namanya Naruto, Uzumaki Naruto. Usianya 5 tahun. Ku pakaikan marga ibunya.

"Kue ikan?" heran Sasuke dalam hati.

Ibunya sangat cantik. Seperti bidadari turun dari kahyangan. Aku 'tak bohong.

"Huh, perempuan mana yang 'tak kau anggap seperti bidadari?" tanya Sasuke dalam hati entah pada siapa. Mungkin pada orang yang menulis surat ini, yang mampaknya ia sudah tau siapa penulisnya.

Bidadari yang sudah meninggal 5 tahun lalu.

Jelas, Sasuke terkejut. Kemudian ia palingkan pandangnya pada bocah tadi. Bocah yang kini sedang sibuk dengan bungkus permennya—yang terlihat kesusahan membukanya—, bocah itu sudah kehilangan ibunya. Namun, Sasuke 'tak terjerat kali ini, entah kenapa, Sasuke merasa ada sesuatu yang memukul jantungnya dengan keras. Ia rasa 'tak nyaman sekali di jantungnya itu. rasanya sesak. Ingin sekali ia lakukan sesuatu. Tapi ia 'tak tahu harus lakukan apa.

Saat dia melahirkan Naruto, anak kami.

Sasuke membelalakan matanya, 'tak percaya apa yang ia baca. Segera ia baca kelanjutannya.

Tolong, jaga dia, Sasuke. Anggap dia seperti adik kandungmu.

.

.

Dengan cinta,

Uchiha Fugaku

"Apa?" sungguh, kejutan yang besar dalam hidup Sasuke.

.

Bersambung!

.

A.N: terima kasih telah membaca yang gaje ini. Mau diteruskan tidak? Atau Neng hapus saja? Jelek ya? Maap, neng kan penghuni baru.. lagian neng emang lagi stress.. neng lagi cari kerja nih.. doain neng biar dapet kerja y... *malah curhat*

Makasih...

Jangan lupa Reviewnya...neng bakal semangat kalo kamu bersedia meluangkan review buat Neng. Neng akan setia menunggu di sini.

.

.

Dengan cinta,

Neng