Disclaimer : Semua yang ada di sini adalah hasil dari kerja sama hati dan pikiran yang cukup kooperatif untuk mengolah manik-manik abstrak yang bertebaran di kamar kosan saya.

As always Sungmin punya kalian semua yang merasa sebagai pumpkins sejati dan Kyuhyun, yang dinamakan begitu tepatnya, akan selalu menjadi milik kalian yang merasa sebagai sparkyu sejati. Cerita ini hanyalah salah satu dari banyak bagian untuk menunjukkan betapa saya amat mengagumi mereka berdua. Mereka yang terbaik~ selalu :3

Saya emang gak punya hak cipta tapi demi peri kemanusiaan tolong ya jangan asal di-copy :B

Happy reading :B dan jangan lupa tinggalkan jejak ya chinggudeul~

KIM KYUNA PRESENT

FF/KYUMIN/GS

CHESS AND DOMINO

Chapter 1: Begin to start

Cast : Cho Kyuhyun, Lee Sungmin

Rate : T (tergantung mood)

Summary : "Jika dunia ini terbagi menjadi dua, dendam dan cinta. Kau akan pilih yang mana?"

"Aku akan pilih dendam karena aku tahu cintamu akan menghapus dendamku"

"Apa kau percaya dengan konsep cinta akan habis?"

"Kalau itu tentang mencintaimu, aku tidak akan percaya"

.

.

.

Aku ingin bertemu denganmu,setelah selesai bekerja temui aku di tempat biasa.

Namja jangkung yang sedang duduk di meja kerjanya tersenyum lebar sambil kembali melipat kertas putih yang ada di tangannya.

"Terima kasih, Manager Lee"

"Apa Tuan Muda ingin pergi ke sana?"

"Aku akan menemuinya.."

"Tapi bukankah Presdir .."

"Aku akan ke sana setelah menemuinya" potong namja itu cepat lalu keluar dari ruangannya.

Rumah ini akan lebih mirip istana jika orang lain yang melihat. Dari segi ukuran dan semua barang yang ada di dalamnya begitu menunjukkan kalau orang yang mempunyai rumah ini adalah orang yang sangat kaya raya. Para pembantu yang berjumlah belasan orang sedang bekerja sesuai dengan bagian pekerjaannya, para koki sedang mempersiapkan makan malam, dan sang majikan sedang duduk diam di teras kamarnya sambil menatap jauh ke arah taman belakang yang luasnya mencapai satuan hektar.

"Appa, kau memanggilku?"

Sang Presdir mengagguk tanpa menoleh "Duduklah Siwon-ah"

Choi Siwon duduk tepat menghadap ayahnya lalu menunggu dengan tidak sabar apa yang akan dikatakan oleh ayahnya

"Kau sudah mengenal Choi ahjussi yang kemarin diundang datang ke sini bersama keluarganya bukan?"

"Tentu, kau yang memperkenalkan mereka padaku" jawab Siwon santai

"Mereka adalah calon mertua dan istrimu"

Kedua bola mata Siwon melebar seakan banyak kilatan-kilatan yang menusuk matanya, tatapannya yang sangat tidak percaya hanya di balas dengan tatapan dingin sang ayah.

"Kau mau apalagi Aboji? Aku sudah melakukan semuanya termasuk menjadi penerusmu dan meninggalkan hobiku.."

"Kau belum melakukan semuanya Siwon-ah" Potong Sang Presdir lagi masih tetap dingin

"Aku menolak.." Siwon bangkit dari duduknya dan beranjak meninggalkan ayahnya

"Aku tahu kau begini karena gadis itu. Aku ingatkan padamu untuk secepatnya melepaskan semua yang pernah terjadi diantara kalian kalau kau tak ingin aku.."

"Aku mencintainya Aboji, dia yang menunjukkan jati diriku yang sebenarnya" Siwon berbalik. Tangannya terkepal dengan keras seolah mengumpulkan semua emosi yang ada di dalam dirinya menjadi satu.

"Jati dirimu? Kau dilahirkan bukan untuk mencari jati dirimu, kau dilahirkan untuk meneruskan apa yang telah aku bangun selama ini, kalau kau masih menolak rasakan sendiri akibatnya"

"Jadi aku yang harus menanggungnya? Mengapa kau lakukan ini padaku?"

"Tanyalah pada sahabat lamaku yang telah berkhianat, dia sangat tahu jawabannya."

Air mata perlahan menetes dan dengan kasar Siwon menghapusnya "Kau.. "

"Kau punya waktu sampai besok karena lusa kau akan bertunangan dengan SooYoung"

Sang Presdir bangkit dari duduknya lalu keluar dari kamar, meninggalkan Siwon yang tengah mematung. Hatinya hancur.

.

.

Suasana Sungai Han di malam hari memang sangat cantik apalagi jika diikuti dengan perasaan yang tengah bahagia. Seorang wanita berkali-kali menoleh ke arah dimana biasanya namja yang biasa ditunggunya datang namun tak ada tanda-tanda bayangan orang itu muncul. Sesekali juga dia tersenyum dan mengelus perutnya pelan seakan ada sosok lain yang juga menunggu orang yang sama.

"Siwonnie" Panggil yeoja itu lembut

Setelah menuggu hampir tiga jam, namja tampan dan sempurna itu datang dan langsung memeluknya erat

"Bummie-ya, mianhae aku membuatmu menunggu lama" kata Siwon masih dalam pelukannya

"Anniya, gwaenchana. Bagaimana kabar perusahaanmu? Apa kau sehat? Makan dengan teratur?"

Siwon melepas pelukannya lalu mengecup bibir Kibum dengan penuh perasaan.

"Aku baik-baik saja, semuanya juga baik-baik saja. Aku ingin membicarakan sesuatu"

Kibum tersenyum senang "Kebetulan aku juga, Siwon-ah aku.."

"Mianhae Bummie-ah, aku dijodohkan oleh Appa dengan anak koleganya"

*Kibum Pov"

Serasa langit-langit runtuh dan menimpaku sampai aku tidak bisa bernafas. Tuhan, jangan biarkan malaikat kecilku mendengar apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Aku mencoba tersnyum walaupun rasanya jantung ini sudah tidak bisa lagi berdetak dengan teratur.

"Benarkah?" tolong jawab kau hanya bercanda, tolong katakan kalau kau hanya mengerjaiku seperti biasa

"Aku tidak mungkin bisa bertemu denganmu lagi, aku tak ingin ayah bertindak yang tidak-tidak padamu. Maka itu kupikir, jika memang kita berjodoh suatu saat kita akan bertemu lagi"

Aku tidak bisa menahan air mataku yang mengalir begitu saja. "Jadi.. kau.."

"Mianhae, hubungan kita memang harus berakhir. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk melindungimu"

Melindungiku? Aku bisa melindungi diriku sendiri tapi bagaimana dengan anak dalam kandunganku ini? apa aku bisa melindunginya sendirian tanpamu? mengapa semuanya menjadi seperti ini?

"Aku sangat mencintaimu tapi aku harus memilih.."

*Kibum pov end*

Perlahan Kibum tersenyum lebar sambil menghapus air matanya. "Semoga kau bahagia kalau begitu"

Kibum menawarkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Siwon. Siwon menatap yeoja yang ada di depannya dengan heran. "Kau.. benarkah kau akan melepaskan semuanya?"

"Bagaimanapun juga kau akan pergi bukan? Ada baiknya memang kita akhiri saja dan tidak usah bertemu lagi"

"Aku tak percaya kau akan mengatakan ini"

"Lalu kau ingin aku bagaimana? Menangis agar kau tidak pergi? Apa itu ada artinya untuk semua yang telah kita lakukan? bahkan untuk.."

"Untuk apa?" tekan Siwon dengan tegas

"Tidak ada, jika sudah selesai lebih baik aku pulang"

"Tidak, kita akan terus bersama. Besok aku akan menjemputmu di sini, kita menikah dan pergi dari sini"

Kibum menggeleng dengan cepat "Lupakan rencana konyolmu itu, kau bisa mati.."

"Aku tidak takut, aku ingin bersamamu. Hanya bersamamu"

Siwon meraih kembali tubuh yeoja yang amat dicintainya. Menangis dengan deras dipelukan Kibum. Mati-matian Kibum menahan tangisnya,rasanya sangat perih sekali melihat kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

"Pergilah, pergilah. Wanita itu akan membahagiakanmu Siwonnie" kata Kibum sambil terus mengusap punggung siwon dengan lembut

"Jangan lakukan itu padaku, jangan.. kumohon.." isak Siwon

"Hanya ini yang terbaik. Pergilah"

Kibum melepaskan pelukan Siwon lalu beranjak mengambil tasnya "Kibum-ah.." Siwon menarik tangan Kibum agar tidak pergi

"Kau bilang kau ingin berkata sesuatu kan? Apa itu?"

"Tidak ada, hanya ingin bilang kalau ada perusahaan yang menerimaku untuk bekerja" jawab Kibum bohong "Aku harus pergi sekarang"

"Kibum-ah.."

Kibum melangkahkan kakinya menjauh dari Siwon, air matanya jatuh satu per satu.

"Kibum-ah.." panggil Siwon lagi

"Kau akan bahagia" kata Kibum pelan sambil mempercepat jalannya.

.

.

"Kau Choi SooYoung apakah bersedia menerima Choi Siwon sebagai suamimu baik dalam suka maupun duka, sakit ataupun sehat dan selamanya menjadi istri yang mencintai suaminya?"

"Saya bersedia"

"Dan kau Choi Siwon, apakah bersedia menerima Choi SooYoung sebagai istrimu baik dalam suka maupun duka, sakit ataupun sehat dan selamanya menjadi istri yang mencintai istrinya?"

'Maafkan aku Kibum-ah'

"Aku bersedia"

"Kalau begitu kalian kini sudah resmi menjadi suami istri"

Semua orang yang ada di kapel berdiri menunggu sebuah ciuman hangat yang diberikan Siwon kepada Sooyoung. Gadis manis yang ceria, dia tampak sangat bahagia hari ini dengan gaun putihnya yang selaras dengan tuksedo yang dipakai Siwon.

Swion memejamkan matanya lalu mengecup bibir SooYoung dengan pelan yang disambut dengan tepuk tangan riuh para tamu undangan.

"Gumawo Siwon-ah" kata SooYoung tersipu

Siwon tak menjawab, dia berbalik berpura-pura menyambut jabatan tangan orang yang ada di dekatnya. Seorang yeoja kecil menghampirinya lalu memeluknya erat

"Ahjussi, selamat atas pernikahanmu yaa"

Siwon mengelus kepala anak kecil itu dengan sayang "Geurae Jaejoong-ah, nanti jika kau sudah besar kau harus memilih pangeran yang mencintaimu dan tidak pernah meninggalkanmu ya? jangan cari laki-laki pengecut seperti aku"

"Pengecut? Apa itu Ahjussi?"

"Kelak kau akan mengerti maksudku" kata Siwon lagi lalu kembali memeluk keponakannya dengan erat.

Sekejap Siwon melihat seseorang yang dikenalnya, mendadak dia berdiri. Matanya berkeliling mencari Kibum. Sejak pertemuannya yang kemarin dia tidak pernah bertemu dengan Kibum lagi.

"Selamat atas pernikahanmu Siwon-ah, kau pasti akan bahagia" Kata Kibum dalam hati lalu pergi meninggalkan semua orang yang sedang bersuka cita di depan kapel, menuggu Siwon dan SooYoung melemparkan buket bunga.

.

.

Delapan Bulan Kemudian..

Aku mencintaimu Kibum-ah, aku sudah bertanya ribuan kali kepada diriku sendiri namun tidak ada yang bisa menjawab mengapa perasaanku seperti ini padamu. Aku bahagia jika ada di sampingmu, hanya kau yang membuatku merasa benar-benar hidup. Hanya kau yang mampu meredam semua amarahku, hanya kau yang bisa membuatku menjadi diriku sendiri yang tidak pernah aku temukan pada orang lain. Aku sangat mencintaimu. maukah kau menjadi kekasihku?

Kata-kata itu terus terngiang di kepala Kibum selagi dia melawan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya bahkan di bagian perutnya. sudah sejak tadi dia mengejan dengan kuat tapi bayinya belum keluar. Air keringat bercucuran di dahi juga lehernya

"Kibum-ah, ayoo terus! Kau pasti bisa, sedikit lagi Kibum-ah"

"AAARGGH.. "

"DORONG YANG KUAT KIBUM-AH"

Lagi,lagi, dan lagi Kibum melawan semua rasa sakitnya dengan sekuat tenaga. Bagian paling menyakitkan adalah semuanya dia lakukan sendirian. Sejak Siwon menikah dia memutuskan untuk pindah ke Mokpo dan menjalani hidup dari awal lagi. Kibum menjadi guru sekaligus penjahit untuk menghidupi janin yang ada di kandungannya.

Dan hari ini adalah puncaknya, semua kenangannya bersama Siwon bergantian datang membentuk sekelebatan tayangan di kepalanya. Semua itu membuatnya sakit. Lebih sakit dari rasa melahirkan seorang anak yang di cap sebagai anak tanpa ayah di lingkungan sekitarnya. Seharusnya Siwon ada di sini membantunya melawan semua rasa sakitnya melahirkan, seharusnya yang dia pikirkan adalah jenis keamin anak ini bukan apa yang harus dia berikan untuk membuat anak ini tetap tumbuh tanpa harus kekurangan gizi dan sebagainya.

Kibum menarik nafas dengan panjang, mengusir semua bayangan wajah Siwon yang ada di kepalanya lalu berteriak sekencang-kencangnya

"AAAAARRGGGHH"

Tubuhnya lemas seiring dengan suara tangisan bayi yang begitu keras memenuhi ruangan persalinan. Kibum tersenyum lemas begitu dokter mendekatkan bidadari kecil kepadanya.

"Selamat Kibum-ah, anakmu seorang perempuan yang amat cantik. Siapkan nama yang bagus untuknya ya"

Kibum mengangguk pelan, matanya terus menatap malaikat kecil yang ada di depannya "Annyeong, selamat datang ke duniamu. Semoga kau selalu bahagia dengan apa yang telah menjadi takdirmu nanti, maafkan eomma karena tidak bisa menghadirkan orang yang sangat ingin kau temui nantinya."

Mata malaikat kecil itu terbuka perlahan, sangat cantik. "Kau sangat cantik, matamu sepertiku dan hidungmu mancung seperti dia, rambutmu juga lebat. Kau akan tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik dengan kebahagiaan yang terus mengelilingimu"

.

.

"Ahjussi, mengapa perasaanku tidak enak sekali?" tanya Siwon ke arah manajer Lee

"Apa Tuan Muda sakit?"

"Tidak, hanya saja hatiku rasanya sedih sekali malam ini. tiba-tiba saja bayangan Kibum hadir di kepalaku, dimana dia sekarang? Hampir gila aku mencarinya"

"Aku sudah mencoba mencarinya Tuan Muda"

"Aku tahu, aku hanya ingin bertemu dengannya dan berkata kalau aku sangat mencintainya dan sangat merindukannya"

"Sebaiknya Tuan Muda segera tidur, mungkin Tuan Muda terlalu lelah. Besok kita bisa mencarinya lagi kan?"

"Baiklah, sepertinya memang aku harus tidur"

"Tidurlah di rumah Tuan Muda, istrimu..."

"Di sini akan mermbuat perasaanku lebih baik"

Manajer Lee hanya tersenyum getir melihat majikannya tertidur begitu saja di sofa ruangan kantornya. Perlahan dia menyelimuti Siwon lalu bergerak pergi.

"Ahjussi, kumohon jangan beritahu Siwon kalau aku hamil dan jangan beritahu dia kalau aku pindah ke Mokpo, biar saja aku yang akan menjalaninya sendirian. Aku tidak ingin membuatnya tambah terbebani dengan semua ini. aku ingin dia bahagia."

"lalu bagaimana dengan anakmu?"

"Aku ingin meminta izin memakai namamu, maukah ahjussi menganggapnya sebagai cucumu?"

"Tentu saja, kau sudah seperti anakku sendiri"

"Terima kasih ahjussi"

.

.

.

Malam semakin larut, Kibum melangkahkan kakinya dengan cepat sambil sesekali menoleh ke arah wajah malaikat kecilnya yang sedang tidur. Sesekali juga air matanya meleleh perlahan.

Sampailah dia di sebuah rumah besar dengan pekarangan yang luas.

Perlahan Kibum membuka pagar lalu masuk ke dalam dan berdiri di depan pintu utama.

"Chagiya, maafkan eomma. Eomma harus melepasmu untuk sementara sampai Eomma mendapatkan uang di Seoul untuk biaya hidupmu. Aku tidak bisa membawamu, aku tak ingin kau terus tumbuh dengan penuh celaan dari orang lain. Maafkan eomma chagiya. Maafkan eomma." Isak Kibum tanpa suara "Bersabarlah, kita pasti akan bertemu lagi nanti. Aku sangat mencintaimu, sangat mencintaimu lebih dari apapun"

Kibum mengecup semua bagian wajah anaknya dan perlahan melepaskan gendongannya lalu menaruh anak bayi mungil itu di bawah pintu dengan selembar surat beserta seamplop uang di dalamnya.

Kibum masih menangis sewaktu perlahan bayi itu bangun dan mulai menangis. Kibum segera pergi dari tempatnya, berlari sambil menangis sekencang-kencangnya mengutuk dirinya sendiri atas semua dosa dan kejahatan yang telah dilakukannya.

Mendengar ada suara bayi menangis seorang wanita paruh baya keluar dan membukakan pintu. Betapa kagetnya dia sewaktu melihat seorang bayi yang tengah menangis keras. Perlahan dia mengangkat bayi itu, membaca selembar kertas yang di selipkan di antara baju-baju dan sebotol susu.

Namanya Lee Sungmin.

.

.

.

20 Tahun Kemudian..

"Maafkan aku, aku mencintaimu namun aku kini aku sadar, keadaan kita sudah berbeda. Seandainya kau datang lebih cepat, mungkin semuanya tidak begini. Maafkan aku."

Namja itu tersenyum lebar "Tidak apa, waktu kita memang tidak pernah tepat"

"Terima kasih kau mencintaiku, terima kasih telah menyimpan perasaan itu untukku sampai selama ini."

Wanita itu bergerak memeluk namja yang ada di depannya sambil sekali lagi mengucapkan terima kasih lalu berbalik berjalan menjauh. Namja itu memperhatikan sampai bayangan yeoja tadi menghilang lalu menoleh ke arah orang-orang yang ada di belakangannya

"Yorobun suggaseyeo~ kalian telah bekerja keras" katanya sambil menunduk memberi salam.

.

.

Yeoja mungil itu masih sesegukan, air matanya terus mengalir di pipi cembungnya. Sambil duduk membelakangi orang-orang yang masih lalu lalang di depannya dia mencoba menengadah ke atas agar air matanya tidak keluar terus-menerus

"Minnie-ya, sudahlah jangan menangis lagi. Kau tidak kasihan dengan orang itu?"

"Wookie-ya.." Yeoja itu meraih pelukan sahabatnya

"Lee Sungmin mau sampai kapan kau menangis seperti itu? Kau itu sudah besar"

"Diam kau Shim Changmin, kau memang tidak punya perasaan sama sekali" kata Sungmin di sela-sela pelukannya

"Minnie-ya, sebaiknya kita ucapkan salam lalu berangkat kerja saja"

"Kau benar Minho-ya, kajja Minnie-ya"kata Wookie lagi

Lee Sungmin bangkit lalu menngikuti teman-temannya berjalan ke arah namja yang sedang berdiri di tengah kerumunan orang-orang.

"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa sudah lega?" tanya Changmin

Namja itu tersenyum "Aku sudah lebih lega sekarang, terima kasih kalian sangat membantuku terutama kau Lee Sungmin, kau memang sangat baik sekali"

Sungmin tersenyum dengan mata yang masih sembab "Maafkan aku, aku tidak bisa membantu banyak"

"Kau sudah banyak membantu Minnie-ya, kalau begitu sampai jumpa nanti ya"

"Terima kasih Luhan" Minho menambahkan

Empat orang itu menatap Luhan sampai hilang di balik tikungan "Kurasa dia orang yang cukup tegar" gumam Wookie

"Ya, Kurasa begitu. "tambah Sungmin

"Sudahlah, mari kita bekerja. Sunbaenim pasti sudah menunggu" kata Changmin sambil berlalu

Sungmin mengikuti tiga temannya yang berjalan ke basement lalu tak lama mereka pergi keluar dari kampus dengan mobil Changmin.

"Eh, mana Yeye Sunbae?" tanya Sungmin di sela-sela perjalanan mereka menuju tempat kerja

"Sunbae sedang sibuk mengurus kepergiannya ke Paris" jawab minho

Changmin yang sedang menyetir ikut bertanya "Jadi Sunbae benar-benar akan mengambil program beasiswa itu?"

"Iya, dia akan mengambilnya dan berangkat seminggu lagi" tambah Wookie, wajahnya berubah menjadi lemas sekali, Sungmin menggenggam tangan Wookie erat dan Wookie tersenyum pelan

"Kalau begitu klub kita akan kurang satu orang ya?" ucap Minho menyimpulkan

"Bagaimana Minnie-ya? kau mau mencari anggota baru?" tanya changmin

"Mungkin aku akan menambah anggota tapi bukan untuk menggantikan Yeye Sunbae, dia tetap anggota klub kita" Jelas Sungmin sambil menoleh ke arah Wookie lalu tersenyum

"Cha, kita sampai" Changmin memarkir mobilnya lalu mematikan mesin mobil. Empat orang itu keluar dari mobil lalu menatap pintu sebuah kafe yang tertutup

"Kau yakin Sunbaenim sudah datang?" tanya Wookie menyindir, melihat sekeliling kafe yang sepi

Sungmin menepuk jidatnya "Ya Tuhan, hari ini dia ke bandara"

"Yasudahlah kita tunggu saja di sini, seperti katanya kemarin" Minho duduk di kursi pelanggan yang ada di depan kafe

"Sebaiknya kau hubungi Yunho Sunbaenim dan katakan kalau kita sudah datang" kata Changmin yang ikut duduk di sebelah Minho

"Setidaknya dia meninggalkan kunci" tambah Wookie

"Ah, kebetulan sekali aku ada janji dengan Park Songsaengnim, aku kembali ke kampus saja ya, kalau Yunho Sunbae sudah datang, hubungi aku" Sungmin merapikan tasnya dan bersipa pergi lagi

"Minnie-ya, bahkan kita baru sampai" kata Minho ragu

"Hanya sebentar saja" Sungmin melambaikan tangannya lalu pergi ke luar kafe.

.

.

Namja yang bertubuh tegap tersenyum ke arah seseorang yang berjalan mendekatinya, perlahan membuka tangannya dengan lebar untuk menyambut seseorang yang baru saja datang.

"Hyung, apa kabarmu?"

"Aku cukup menyedihkan bukan?" Yunho tersenyum lebar

"Rasakan saja akibatnya" Namja yang ada di depannya tersenyum meledek. Yunho menjitak kepalanya

"Mengapa kau datang? Bukankah di Jepang lebih baik?"

"Kalau terlalu lama di sana bisa-bisa mereka akan menjodohkanku dengan wanita Jepang"

"Sejak kapan kau perduli dengan wanita?"

"Jadi kau berfikir aku serius? Tentu saja aku datang karena ingin kuliah di sini. Sudahlah mana rumahmu?"

"Kau masih belum berubah Cho Kyuhyun" Yunho memandang wajah namja itu dengan tatapan sebal

"Terlalu banyak berubah akan membuat hidupku sepertimu nantinya" sindir Kyuhyun

"Ya! Imma! " Yunho berdecak kesal

"Hyung, aku ingin ke kampus ku dulu, aku akan mengurus kepindahanku"

"Bukankah Kim Ahjussi sudah mengurusnya?"

"Ada bagian yang harus aku sendiri lakukan, kau ada acara?"

"Tidak, hanya saja karyawanku pasti telah menunggu di depan kafe"

"Kau pergi saja, aku akan ke kampus sendirian"

"Kau yakin?"

Kyuhyun menyodorkan barang-barangnya "Bawakan ini untukku ya Hyung" katanya sambil tertawa penuh kemenangan

"Aku ini Hyung-mu" Yunho kembali bercicit

"Kalau begitu bawakan itu untuk dongsaengmu, begitu saja sudah marah"

Yunho hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan ulah sepupunya. Sedangkan Kyuhyun, dia terus berlalu meninggalkan Yunho dengan semua barang-barangnya.

.

.

BRUK!

Sungmin menghela nafas berat lalu berjongkok memungut barang-barangnya yang terjatuh, dengan kesal dia menatap orang yang berdiri di depannya.

"Mengapa menatap seperti itu? Kau yang menabrakku"

Sungmin tidak percaya apa yang baru saja di dengarnya "Kau yang menabrakku tadi"

"Jangan memutarbalikkan fakta"

"Ya! kau yang menabrakku. Kau tidak tahu ya apa arti maket ini untukku?" Sungmin lemas, bayangan wajah Park Sosaengnim yang tengah kecewa berkelebat di pikirannya

"Kau siapa? Mengapa aku harus memikirkanmu dan maket jelekmu itu?"

Sungmin mengepalkan tangannya kuat-kuat lalu mendorong namja itu sampai terjatuh dan bukunya berantakan

"Ya! apa maksudmu? Mengapa mendorongku?" namja itu mencoba bangun kembali

"Itu balasan dariku"

"Kau.. Kau yang membuat baju dan buku-ku kotor"

"Siapa kau? mengapa aku harus memikirkan baju dan buku murahmu itu?"

Sungmin berlalu dengan kesal. Namja bertubuh jangkung itu menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya

"Sabar Cho Kyuhyun, yeoja itu akan menyesal jika berurusan denganmu"

.

.

TBC-

Annyeong~

Haha gimana sama ff-ku yang baru ini?

Penjelasannya akan aku siarkan di episode selanjutnya yaa, tunggu aja

Jangan di tanya lagi, ini fanfic kyumin. Yang tadi Cuma prolognya ajaaa

Oiah yang belum tahu maket, maket itu bentuk tiga dimensi dari desain arsitektur.

Sudah deh, semoga ff ini gak dicuekin yaa

Mohon komentarnya, supaya yang masih kurang enak di hati reader bisa aku betulin kekeke

As always, makasi udah nunggu aku buat nge-post yang baru

Aku sayang kaliaaan~

See ya next chapter :3