Disclaimer
Semua yang ada disini termasuk unsur-unsurnya adalah milik dari Sui Ishida dan Ichiei Ishibumi yang dikemas oleh imajinasi gila saya.
Rated: M
Genre: Drama, Romance, Hurt/Comfort
Peringatan: OOC, Typo, Mainstream?, AU Tokyo Ghoul, dan lain-lain sebagainya.
Chapter 1.
Prolog.
Malam ini begitu cerah, tanpa ada awan dan angkasa juga di taburi oleh bintang-bintang yang bersejajar. Hiruk pikuk di waktu malam kota Tokyo juga tidak henti sedikit pun. Perempatan Distrik 11 yang biasanya ramai oleh orang-orang menyeberang tidak sedikit pun berkurang jumlah. Mereka saling fokus diam untuk berjalan dan sekedar mengobrol kecil dengan teman mereka yang juga berbarengan menyebrangi.
Termasuk diriku..
Aku hanya diam diantara mereka, menundukan wajahku dengan menggigiti bibirku sendiri. Mencoba menahan gejolak di perutku yang tidak kunjung berhenti.
Kruyuuk!
Tanganku meremas perutku lagi yang semakin nyaring oleh akibat menahan rasa laparku.
Aku sudah mencoba semuanya. Makanan yang diberikan Hide kepadaku, bahkan hamburger kesukaanku hanya bagaikan daging mentah dan selada busuk dalam lidahku. Semua yang kupunya di lemari pendingin ku makan untuk hilangkan rasa lapar yang benar-benar menyiksaku. Tapi akhirnya hanya berujung pada diriku yang mengeluarkan semua isi perutku di wastafel.
Ini semua bermula ketika aku berkencan dengan Rize-chan..
Siapa yang menyangka, dia akan berencana memakanku setelah pulang kencang dan mengantarnya pulang? Aku yang sudah sekarat ketika leherku di gigit olehnya, bagian perutku yang di tusuk benda aneh yang muncul di balik punggung Rize-chan. Semua hanya membuatku merasakan sakit luar biasa dalam hidupku. Hingga mataku tertutup dan sadar kembali dalam ruangan putih rumah sakit.
Sejak saat aku bangun. Semua itu bagaikan mimpi yang begitu panjang. Dokter yang merawatku, Dokter Kanou bilang aku baik-baik saja setelah operasi. Beliau tidak menjelaskan apa operasi yang di maksudnya tapi hanya bilang operasiku berhasil dan kondisiku membaik.
Itulah awal dari semuanya, makanan rumah sakit pun semuanya hanya terasa mentah di mulutku. Juga, aku selalu menghindar dari Hide ketika menjengukku. Untung suster mau membantuku untuk mencegah Hide mendatangi ruanganku dirawat.
Tak lama aku pulang dari rumah sakit setelah itu. Sebelumnya aku pamit pada Dokter Kanou dan suster yang sudah merawatku dengan baik. Namun semua itu tidak berakhir begitu saja.
Aku-
Sniff! Sniff!
Harum ini... Entah mengapa membuatku begitu tertarik. Aku menengok kesekitarku yang penuh oleh orang-orang yang melewatiku.
Sniff! Sniff!
Perutku berbunyi lagi.. Wangi ini sungguh membuat aku semakin lapar.
"Orang-orang.."Aku berbisik
"Orang-orang.."
Tidak salah lagi. Harum yang sangat menggugah seleraku ini berasal dari mereka!
"Anak kecil.."
"Remaja.."
"Keluarga."
"Anak sekolah."
"Daging!"
"Anak kecil.. Keluarga.."
"Daging! Daging!"
"Keluarga.. Anak kecil.. Daging!"
"Daging!"
"Daging!"
"Daging! Daging! Daging!"
"DAGING!"
"Eh!"
Aku tersadar oleh lamunanku. Sebagian orang menatapku dengan aneh dengan ketakutan yang terpancar dari wajah mereka.
Sial.
"Orang itu.."
"Bodoh! Jangan sampai terlibat!"
Aku dapat mendengar beberapa orang berbicara di belakangku dengan suara pelan. Sebgaian orang juga mulai menjauh dari jangkauanku.
Ini membuatku merasa aneh.
"Eerhhhh!"
Aku menggigiti jari tangan kiriku. Berusaha menahan gejolak yang ingin meledak di dalam diriku saat ini. Sebentar saja, hingga aku berlari dengan cepat dari keramaian itu dan menuju kembali ke apartemenku.
Aku bercermin pada diriku sendiri ketika aku sudah masuk apartemen. Sesuatu hal yang paling kutakutkan dan tidak bisa kupercaya adalah sebelah mataku yang aneh dan berbeda. Mirip seperti mata Rize-chan saat kemarin.
"Apa ini?" Aku bertanya entah pada siapa.
"Eh!"
Bersamaan dengan itu aku melihat seseorang yang terlihat di cermin sambil tersenyum. Dengan rambut keunguan yang berkibar dan wajah yang benar-benar cantik. Itu adalah Rize-chan..
"AAAAAAAAHHHH!" Aku reflek meninju cermin itu hingga hancur berantakan.
Kemudian aku berlari menuju dapur yang dekat dan mengambil sebuah pisau yang biasa kugunakan untuk memotong bahan masakan.
"Aku tahu penyebabnya.."
Suara seperti Dokter Kanou yang kuingat tentang organ seorang gadis dan suara dari narasumber yang berada di acara berita tv terngiang di kepalaku. Pisau yang kupegang kuarahkan kearah perutku, bersamaan jaket yang kusingkap dan akan tepat menusuk di bekas operasi yang baru membaik.
"Jika benar.. Jika benar.." Aku mempersiapkan gerakan tanganku untuk mengayunkan pisau.
"Maka aku..!"
Tlaaang!
Pisau itu patah begitu saja. Tanpa menyisakan apapu yang berbekas di perutku. Melihat usahaku yang sia-sia saja, aku menjatuhkan tubuhku sendiri di lantai apartemen sambil terisak.
"Aku harus bagaimana lagi?"
Malam hari itu aku menyadari,aku bukanlah seorang manusia lagi. Dari semua yang kualami hari ini dan kemarin. Aku sadar, sekarang aku adalah..
Tanpa arah, tujuan dan rute aku berjalan di malam yang masih panjang. Aku hanya bisa berjalan dengan langkah tidak stabil dan terus goyah. Pikiranku sudah tidak bisa memikirkan apa yang akan kulakukan nanti. Dengan wajah yang menunduk dan tertutup hoodie jaketku agar mata anehku tidak dilihat oleh orang yang lain yang bisa saja berpapasan denganku.
Sebuah kuil yang cukup asrin bisa kulihat dari ujung penglihatanku
"Bunuh orang.. Makan daging mereka!" Nafsu laparku bangkit kembali. Tapi lagi-lagi aku tersadar dan hanya terdiam dengan wajah terkejut.
"Apa yang kulakukan.. Ini sama saja seperti aku.."
Sniff! Sniff!
Bau ini.. Kembali menggelitik hidungku. Tepatnya di belakangku.
Secara tidak sadar aku kembali menjadi tidakm terkontrol. Kemudian dengan cepat berbalik dari posisiku lalu aku langsung berlari cepat sebelum akhirnya-
Duk!
Aku menabrak seseorang, lebih tepatnya seorang gadis. Pakaian yang di kenakannya menandakan bahwa ia adalah anak sekolahan setara sekolah menengah atas. Tapi yang terpenting.. Bau itu berasal darinya!
"Bunuh! Daging!"
Aku memegang tangan gadis itu agar tidak lari dariku. Tapi kurasa percuam saja karena sekarang aku juga menindih badannya. Air liurku sudah mengucur hebat akan sesuatu rasa yang benar-benar nikmat setelah aku menyantapnya.
"Daging! Bunu-"
"Bunuh aku."
Suara gadis itu membuatku seakan sadar kembali dari diriku yang benar-benar kurasa akan lepas kendali. Aku kemudian melihat mata gadis itu dengan lekat. Seketika, aku seperti terhipnotis oleh pandangan kosong dari iris mata keunguan itu. Seperti, hanya sebuah tatapan tanpa ada nyawa dan perasaan yang memiliki arti dari pandangan itu. Dengan menggunakan pita oranye ia kuncir rambutnya hingga membentuk ponytail, juga menjadi sedikit kotorn karena terkena debu jalanan.
"Bunuh aku. Kau itu Ghoul.. Bukan?" Gadis itu kembali berucap dengan nada bicara yang sangat pelan.
"Makan aku. Kau lapar 'kan?" Senyuman yang jelas terpaksa tersebut dapat kubaca begitu saja dari gadis tersebut.
"Jangan khawatirkan aku. Kau bisa memakanku hingga tidak tersisa kalau kau mau.."
"Maka dari itu-"
"Tidak mau!" Aku meloncat dari tubuh gadis itu dan tertunduk di jalanan dengan wajah menghadap aspal.
"Tidak mau! Tidak mau! Aku tidak mau!" Cairan bening kembali mengalir di mataku dengan deras. Sebagai tambahan aku membenturkan kepalaku karena melakukan hal gila tadi.
Dengan kepalaku yang kuangkat tinggi-tinggi aku kembali berteriak.
"Aku manusiaaaa!"
Kurasa gadis itu hanya kurasa juga ia juga tidak percaya akan apa yang ku teriakan tadi. Benar.. Bahkan aku sendiri pun tidak percaya bahwa sekarang aku adalah seorang Ghoul. Haha, menyedihkan bukan?
"Tolong aku.."
"Tolong aku.."
"Aku mohon.." Wajahku kutundukan lagi dengan cepat. Entah tadi aku berbicara kepada siapa, aku hanya mengucapkan kata-kata yang ingin orang lain dengar tentang penderitaanku.
Greeb!
Aku membulatkan mataku. Wajahku menggambarkan tidak kepercayaan yang begitu jelas.
"Pasti.. Kau mengalami hari yang sangat buruk, ya?"
Gadis itu berucap tepat di telingaku. Tangannya makin erat memelukku dalam kehangatannya. Tangan gadis itu juga menyingkap hoodieku. Tangannya yang begitu halus mengusap rambut belakangku dengan sangat perlahan dan teratur.
Gigiku bergemeretak. Sontak aku kembali mengeluarkan air mata dengan tambah deras dan terisak kembali.
"Aaaaaahhhhh!"
Aku membalas pelukan gadis yang tampak tubuhnya begitu rapuh ini dibandingkan denganku. Bahunya yang begitu harum kupakai sebagai tempatku menangis hingga basah seragam yang dikenakannya.
Dalam malam yang benar-benar sangat mengerikan daripada mimpi buruk itu aku menyadarinya, bahwa mulai sekarang aku bukanlah Kaneki Ken yang dulu. Tetap seseorang yang akan menjalani hari-harinya sebagai layaknya biasa dilakukan manusia pada umumnya. Namun aku bukan bagian dari mereka. Aku hanyalah seseorang yang 'mencoba' menjadi mereka.
Aku benar-benar putus asa..
"Namae wa?"
"K-Kaneki. K-ken Kaneki."
Daripada itu semua, sekejap semuanya menghilang begitu saja.
"Kaneki-kun?"
Suara yang begitu merdu dan lembut dari bibirnya mengubah hatiku.
"Himejima Akeno. Panggil Akeno saja."
Senyuman yang berbeda dari sebelumnnya. Kini serasa membuat hatiku meleleh.
Sejenak.. Rasa kagum akan Rize-chan menghilang dari hatiku..
"Akeno..chan?"
Terganti oleh sebuah gadis yang benar-benar menggambarkan pesona seorang wanita Jepang. Matanya, senyumannya, dan wajahnya.
Aku mulai jatuh hati.
.
.
.
.
.
.
.
To be Continued?
Yo, salam kenal ^^)/
Saya author newbie yang tertarik memposting fic di fandom TG xover HS DxD ini!
Karena fandom ini masih sangat sepi. Maka saya tertarik untuk membuat satu fic berbahasa indonesia yang perdana di fandom ini (sepertinya).
Well, fic ini berfokus pada AU Tokyo Ghoul dengan unsur-unsur Tokyo Ghoul dan sedikit memasukan unsur DxD
Tapi yang jelas, fic ini akan memiliki chapter yang tidak panjang. Mungkin hanya sebanyak 3 hingga 5 chapter sesuai imajinasi saya menggambarkan alurnya. Dimulai pertemuan sang karakter utama Kaneki dengan Akeno.
Oke, segitu saja dulu. Terima kasih telah mampir dan tunggu update selanjutnya ya! ^^)/
