Mungkin inilah cara hidupku yang baru semenjak aku keluar dari neraka- ah maksudku rumahku- ah tidak-tidak rumah orang tuaku lebih tepatnya. Aku sudah memutuskan untuk tinggal di apartemenku daripada di rumah itu. Kepalaku seraca ingin pecah jika mendengar appa dan eommaku beradu mulut atau bisa dibilang berkelahi, saling mencaci dan yeah bukannya aku ingin jadi anak yang durhaka tapi lebih baik mereka segera bercerai daripada mempermasalahkan hal yang sepele.

Pukul 03:00AM KST

Aku baru saja pulang dari tempat kerjaku mungkin bisa dibilang begitu, bartender. Itu hanyalah hobbyku aku hanya sekedar menyukai pekerjaan itu tak lebih. Malam yang melelahkan memang, jam 10 malam mulai bekerja pulang jam 3 dini hari.

Menjadi seorang bartender di club terkenal, kalian tahu Club the A di daerah Gangnam-gu ? Di situlah aku menghabiskan malam-malamku dengan menjadi bartender.Mungkin memang hanya sekedar hobbyku menjadi bartender di Club ini. Yeah hanya untuk mengisi waktu luangku yang membosankan. Kuliah di pagi hari sampai siang menjelang.

Dan terkadang berkumpul dengan teman-teman kampusku di sore hari. Menjelang malam menjadi bartenter di Club hingga pagi mulai menjelang. Membosankan bukan. Aku ingin sekali kembali ke rumah, tapi apa dayaku. Aku sudah tidak sanggup lagi tinggal di rumah itu.

Kebanyakan orang biasa menyebut home sweet home ! but, not for me. Rumahku seperti neraka, keributan selalu menyambutku saat mataku terbuka di pagi hari dari tidur lelapku malam itu. Ah kalian benar aku sudah menceritakan ini di awal kan, tapi tidak apa akan kuberitahukan lagi.

Mereka sudah tidak perduli lagi padaku. Cih.. orang tua macam apa mereka itu. Apakah aku hanya boneka pajangan yang antik ? sampai-sampai tidak memperdulikanku. Hanya memberi uang berlimpah dan fasilitas mewah itu tidak berguna untukku. Aku hanya butuh kasih sayang mereka, apakah sulit hanya untuk meluangkan waktu untukku ?

Haaah~ memikirkannya membuatku pusing saja. Oh ya aku melupakan satu hal. Jika kalian ingin tahu diriku akan aku beritahukan sekarang juga.

Aku Kim Taehyung, umurku 21 tahun, kuliah jurusan seni di Inha University, Ketua Club Sport Cars, dan juga eehhmm... berandalan yang berotak pintar. Meski aku ini berandalan yang nakal tapi aku ini pintar, Ya itulah diriku.

kekasih ? Haha... aku tidak punya..ani belum, belum punya maksudku. Bukannya aku tidak laku, kalian pikir aku ini siapa eoh ? Aku ini berandalan tampan dan salah satu cool prince di kampusku. Banyak yeoja dan namja berstatus uke mengejar-ngejarku. Berlomba-lomba hanya untuk menjadi kekasihku.

Tapi, yaeh hanya saja aku belum menemukan yang pas untuk berandalan seperti diriku ini. Apa peduliku ? Itu semua tidak penting. Aku sudah bosan 'bermain-main' dengan mereka, maksudku teman kencanku. Kkk... asal kalian tahu aku terkenal dengan julukan 'Playboy' di kampus.

Semua orang tahu itu. Aku beritahukan lagi pada kalian, apa peduliku dengan itu semua. Persetan dengan julukan 'Playboy' itu.

...

"Taehyung." Seseorang menepuk bahu Taehyung. Taehyung pun menoleh kebelakang untuk meliahat siapa yang menepuk pundaknya.

"Oh, kau Jim. Ada apa ?" Tanya Taehyung saat pemuda itu menolahkan kepalanya ke depan setelah melihat siapa yang menepuk pundaknya. Jimin, Park Jimin. Dia adalah salah satu sahabat Taehyung.

"Kau kemana saja beberapa hari ini eoh ? Di kampus tidak ada, di basecamp tidak ada, di Club juga tidak ada. Kemana kau pergi eoh ?" Tanya Jimin to the point.

"Bahkan aku sudah ke apartemenmu kau juga tidak ada di sana. Handphonemu juga tidak bisa di hubungi. Sebenarnya kau ke mana sih Tae ?" Tanya Jimin lagi.

"Aku kemana ?" Taehyung menunjuk dirinya sendiri memastikan pertanyaan itu tertuju padanya atau tidak. Jimin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Hanya pergi ke Geochang, bertemu dengan halmeoni dan harabeojiku. Wae ? Apa ada masalah selama aku pergi ?" Setelah menjawab pertanyaan Jimin, Taehyung kembali melempar pertanyaan untuk Jimin.

"Mmm... sedikit sih. Anak Club sebelah menantang kita untuk balapan jam 11 malam ini. Bagaimana Tae ?" Tanya Jimin.

"Hmm... balapan ya ? bagaimana ya, jika aku ikut dan menang apa imbalan yang akan mereka berikan ?" Taehyung bertanya sambil berpipir apa kira-kira imbalan yang akan ia dapatkan jika dirinya menang.

"soal itu kau tidak perlu khawatir. Hadiahnya lumayan memuaskan Tae. Datang saja nanti malam di race arena tempat biasa. Aku duluan, bye." Setelah mengucapkan itu Jimin pun berlalu pergi.

"hmm... baiklah aku akan datang nanti malam. Mungkin bisa sedikit menghibur diriku." Monolog Taehyung. Ia pun memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jins yang di pakainya, kemudian berjalan kembali ke ruang kelas mata kuliahnya pagi ini.

...

-Basecamp G7-

"apa yang akan kita lakukan sekarang hyung ? aku bosan menunggu." Keluh Bambam.

"apa yang kau tunggu eoh ?" sahut Youngjae yang baru saja datang dan langsung mendudukan dirinya di sofa empuk bersebelahan dengan bambam yang sedang berbaling tengkuran di sofa.

"Aku sedang menunggu Yugyeom dan teman polos cantiknya itu. Dia lama sekali sih, katanya mau ke Basecamp. Sudah setengah jam aku menunggunya di sini. Membosankan." Keluh Bambam lagi.

"eoh ? maksudmu Jungkook ? Kau pikir dia itu polos ? Apakah kau tidak pernah melihatnya mengamuk ? Ugh... sangat mengerikan." Tanya Youngjae memastikan. Yang di tanya hanya menganggukan kepalanya.

"Untuk pernyataan yang terakhir. Aku tidak tahu dan aku tidak pernah melihatnya." Jawab Bambam acuh.

"Tapi, jika dipikir pikir dia itu bodoh sekali sih. Mau saja mengikuti kemauan Yugyeom." Pikir Bambam. Yang tertua mengedikkan bahu tanda tidak perduli.

Selang beberapa menit kemudian Yugyeom dan Jungkook datang. "Annyeong! Apakah aku terlalu lama datangnya Bam ?" Yugyeom menyapa terlebih dahulu kemudian bertanya pada Bambam.

"Tsk... sudah hampir 45 menit aku menunggumu. Apa yang kau lakukan dengannya ?" Kesal Bambam.

"Aku menemaninya mengambil motor di bengkel setelah itu Saat perjalanan menuju Basecamp jalanan sangat macet. Mau tak mau harus menunggu kan. Aku tidak ingin berurusan dengan polisi lagi." Jelas Yugyeom. Bambam hanya berdecak kesal.

"Sebenarnya ada perlu apa aku dibawa kemari ? Apakah ada hal yang penting ? Jika tidak aku akan pulang." Tidak ada yang menjawab pertanyaan dari Jungkook. Mendapati tak ada respon Jungkook mengedikkan bahunya kemudian berbalik berjalan keluar Basecamp.

Bambam, Youngjae, Yugyeom dan Mark saling pandang satu sama lain, kemudian mengangguk. Youngjae dan Bambam mengejar Jungkook yang hampir merai knop pintu keluar Basecamp. Mereka berdua menarik kedua lengan Jungkook.

Jungkook sedikit terkejut karena tiba-tiba saja lengannya di tarik. "Apa-apaan ini!! Apa yang ingin kalian lakukan." Jungkook mencoba untuk melepaskan diri, tangannya sudah siap untuk memutar berniat untuk membanting salah satunya. Tapi sayangnya seseorang sudah membekapnya dengan sapu tangan berwarna putih.

'Sial obat bius tingkat menengah.' Pikir Jungkook saat indera penciumannya mencium bau obat yang tak asing lagi di indera perasanya itu. Badannya yang mulanya meronta-ronta berangsur melemas, kemudian tubuh itu merosot terduduk dilantai yang dingin. Kedua lengannya masih di pegang oleh Bambam dan Youngjae sehingga tubuhnya tidak terbentur kuat menghantam lantai.

"Ok. Ini sudah jam sepuluh malam. Satu jam lagi balapan akan segera di mulai, Sebaiknya kita langsung ke Race arena. Member yang lain juga sudah menunggu di sana." Mark pun menyuruh mereka membawa Jungkook ke mobilnya dan meninggalkan Basecamp mereka menuju arena balapan yang telah di janjikan.

...

Jam sepuluh lewat 15 menit. Taehyung baru saja keluar dari area apartemennya, ia berjalan menuju tempat mobilnya terparkir. Dering ponselnya yang sedari tadi tidak ia hiraukan terus berbunyi. Taehyung berdecak kesal saat dirinya mendudukkan tubuhnya di jok driver.

"Mengganggu saja tidak sabaran sekali sih." Taehyung pun menekan tombol hijau pada ponselnya kemudian menempelkan benda persegi panjang nan canggih itu ke telinganya.

"Yak!!! Jangan menghubungiku terus Park, aku sedang dalam perjalanan. Bersabarlah." Kesal Taehyung.

"Heih kau ini. Cepatlah, kau harus sampai di sini dalam kurun waktu 15 menit. Tidak kurang tidak lebih. Arasseo ?" Sahut Jimin dari seberang telepon.

"Ck... ne ne. Cerewet sekali kau."

"YAK!! Kim Tae-"

Taehyung langsung memutuskan sambungannya secara sepihak. Jika ia terus berbicara dengan Jimin maka waktunya yang berharga itu akan terbuang sia-sia. Taehyung melempar ponselnya ke jok belakang kemudian ia kembali fokus pada jalan, ia menggas mobilnya dengan sedikit lebih kencang seperti membelah angin di jalan yang mulai lenggang itu.

...

-Race arena-

Mobil sport merah merk Ferrari 488 GTB itu memasuki arena balapan semua mata tertuju pada mobil itu. Tatapan mata mereka seakan memberi tatapan bertanya Siapa pemiliknya ? Siapa yang mengemudikannya ?.

Siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung. Ia sengaja membawa mobil barunya itu. Sekalian mau mencoba seberapa kencang tarikan milik mobil barunya itu. Balap. Itu adalah hobbynya nomor dua. Mau bagaimanapun juga Taehyung sudah lama terjerat dengan kehidupan malam. Dia akan selalu mendapatkan hal semacam ini, yaitu balapan. Tapi tenang saja ia tidak pernah melakulan hal-hal yang menurutnya keluar dari batas kewajaran.

"Baiklah karena Taehyung sudah datang. Sekarang apa yang akan kalian berikan jika Taehyung yang menang ?" Jimin bertanya dengan nada datarnya.

"Mobilku yang berwarna biru itu salah satunya. Dan ada gift special di dalamnya. Aku tidal bisa bilang apa gift specialnya sekarang. Tapi itu adalah hadiah yang terbaik. Sangat sulit mendapatkannya, butuh sedikit perjuangan yang keras untuk mendapatkannya." Mark nenunjuk mobil merk bugatti chiron engine: quad turbo W16 di belakangnya, kemudian tersenyum miring.

"Dan jika aku yang menang. Aku ingin Kim Taehyung mengundurkan diri menjadi ketua club sport car's dan ia harus keluar dari Club sport car's resmi milik Choi mingjae. Dan tentu saja mobil merahmu itu akan jadi milikku. Deal ?" Mark kembali menyeringai. Taehyung hanya tertawa kemudian berseru menyetujui kesepakatan yang diberikan Mark.

Taehyung berjalan memasuki mobilnya kemudian menstart mobilnya. Mark pun melakukan hal yang sama. Yugyeom berjalan kearah mobil Mark menunduk sedikit mensejajarkan wajahnya di depan kaca mobil mark yang seperempat terbuka.

"Apa kau gila Mark hyung ? Kau menawarkan Jeon Jungkook padanya ? Anggota motor sport bisa mengamuk jika tahu ketua mereka menjadi bahan taruhan. Kita bisa di bantai dengan mereka Mark hyung." Yugyeom hanya ingin memastikan jika Mark hanya bercanda soal special gift itu.

"Aku tidak gila Yugyeom. Tenang saja aku sudah tahu resiko itu. Lagi pula mobilku ini mph speed nya sangat laju. Tidak mungkin aku bisa kalah darinya." Ujar Mark yakin.

"Yak!!! Mark-ssi bisakah kita mulai sekarang. Aku masih ada urusan lain yang harus di urus." Teriak Taehyung.

"Menyingkirlah Yugyeom. Aku akan memulai balapanku." Ucap Mark pada Yugyeom. Yugyeom segera menjauh dari pintu mobil Mark. Matanya menatap mobil Mark yang mulai melaju ke garis start arena balap.

"Aku tidak yakin hyung kau akan menang melawan Taehyung yang bahkan sangat mahir mengendalikan laju lambatnya mobil balap. Meskipun mobilmu secepat apapun kau tidak sebanding dengan Taehyung, Mark hyung. Skill balap milikmu masih di bawah skill milik Kim Taehyung." Gumam Yugyeom panjang lebar. Ia sedikit merasa cemas dengan nasib Club nya ini. Semua nasib clubnya berada di tangan Mark sekarang. Jika Mark kalah maka habis lah riwayat mereka dan club mereka.

...

Brum

Brum

Brum

Suara berisik mesin mobil itu menandakan bahwa balapan akan segera di mulai. Taehyung maupun Mark mulai memanaskan mesin mobil mereka.

Dalam hitungan mundur...

3

2

1

Go!

Mobil keduanya melesat laju berlomba-lomba mendapatkan posisi pertama. Taehyung sangat menyukai situasi yang menguntungkan ini. Situasi ini sangat pas dengan moodnya yang ingin balapan. Taehyung mengemudikan mobilnya dengan santai tetapi tetap melaju cepat dan fokus terhadap rute jalan tempat balapnya ini.

"Tsk... kau terlalu terobsesi untuk menang Mark-ssi. Persetan dengan kau yang lebih tua dariku. Tidak akan ku biarkan kau menang dariku." Taehyung menyeringai. Kemudian menancap gasnya melaju membelah angin arena balapan itu. Ia mensejajarkan laju mobilnya dengan Mark. Mark sedikit kaget saat menoleh ke kanannya mendapati Taehyung berada di sebelahnya. Mark kembali menambah kecepatan mobilnya melaju mendahului Taehyung. Taehyung hanya tertawa di buatnya.

Garis Finish sudah di depan mata. Kali ini Taehyung mulai serius. Ia menambah kecepatan laju mobilnya, Mobil Taehyung mendahului mobil Mark dan See ? Who's the Winner hah ?.

Taehyung menyeringai sinis. Ia keluar dari mobilnya. Berjalan menuju tempat Mark. "Shit. Bagaimana bisa ? Padahal sedikit lagi. Sial sial sial." Umpat Mark sambil memukul stir mobil.

Tuk

Tuk

Tuk

Taehyung mengetuk kaca pintu mobil mark. Mark dengan kesal menurunkan kaca mobilnya. "Bagaimana ? Permainan yang menyenangkan bukan ?. Sekarang berikan kunci mobilmu dan tunjukan special gift apa yang kau maksud." Perintah Taehyung.

Mark berdecak kesal kemudian keluar dari mobilnya dan memberikan kunci mobilnya pada Taehyung. "Ikut aku." Ucap Mark dingin, ia masih sangat kesal rupanya.

Taehyung mengikuti langkah Mark menuju mobil milik Yugyeom. "Yugyeom buka bagian atas mobilnya sekarang." Perintah Mark. "N-ne hyung." Jawab Yugyeom. Yugyeom menekan tombol pembuka pada kuci mobilnya.

Seketika suasana menjadi riuh dari anggota club Taehyung saat pemandangan yanh di suguhkan oleh mereka.

"Omo, itu kan ketua club motor sport Bangtan." Seru Hoseok terkejut, Jimin pun sama terkejutnya.

"Gila, berani sekali mereka mempertaruhkan ketua club motor sport Bangtan. Habis lah mereka." Seru Jimin.

Mereka semua terkejut melihat siapa yang berada dalam mobil itu. Tak terkecuali Taehyung, ia malah mengerutkan keningnya. Mengamati lekat-lekat wajah manis dan cantik itu. Ia belum pernah melihat orang itu sebelumnya. Taehyung berjalan mendekat. Menumpukan kedua tangannya di pintu mobil itu. Ia masih mengamati lekat-lekat pemuda itu. Wajahnya sangat dekat dengan wajah pemuda itu. Tangan Taehyung terulur untuk menyentuh permukaam pipi putih nan mulus milik pemuda itu.

Tinggal beberapa centi lagi jemarinya menyentuh permukaan kulit pemuda itu.

Grep!

Seketika tangannya Taehyung terhenti saat tangan pemuda itu mencengkram tangannya. Mata pemuda itu terbuka dengan sepersekian detik setelah tangannya mencengkram tangan Taehyung. Mata pemuda itu menatap tajam Taehyung.

"Apa yang ingin kau lakukan." Tanya pemuda itu dingin. Taehyung terpaku, ia hanya diam menatap mata bulat milik pemuda itu. Tak mendapat respon yang di inginkan pemuda itu bangkit berdiri pada jok kursi mobil dan memelintir tangan Taehyung ke belakang tubuh Taehyung.

"A-akh.." jerit Taehyung kesakitan.

"Aku bertanya padamu. Apa yang ingin kau lakukan eoh ?" Tanya Jungkook lago dengan nada tegasnya.

"T-ti-tidak ad-...akkhh... yak!!! Lepaskan tanganku sakit tahu." Jerit Taehyung lagi. Jungkook. Pemuda itu adalah Jungkook, ia mendorong Taehyung melepas cengkraman dan pelintiran tangannya pada Taehyung. Membuat Taehyung mau tidak mau menghantam aspal.

"Shit." Umpat Taehyung.

Jungkook melompat turun dari mobil kemudian berjalan mengitari Taehyung. Ia berdecak. Kemudian berjalan pergi. Melihat itu Taehyung segera berdiri dan mencekal tangan Jungkook. Membuat Jungkook mau tidak mau berhenti dan menoleh ke belakang.

"Mau ke mana kau ? Kau tidak bisa kemana-mana sekarang." Ujar Taehyung. Jungkook menaikkan satu alisnya. "Maksudmu apa hah ? Memangnya kau siapa aku?" Tanya Jungkook sinis.

"Kau sudah menjadi milikku sekarang. Mark memberikanmu padaku sebagai imbalan karena aku memenangkan balapan." Jawab Taehyung santai.

"Mwo ? Mworago ?" Jungkook mengalihkan pandangannya ke arah Mark dan yang lainnya berdiri. Jungkook menatap tajam Mark.

"Mati kalian. Berani-beraninya memakaiku sebagai imbalan." Jungkook berucap tajam dan menusuk. Menajamkan tatapannya pada Mark. Yanh di tatap hanya menundukkan kepalanya menelan saliva dengan susah payah.

"Matilah kita." Gumam mereka bersamaan.

.

.

.

.

.

.

T.B.C

maklum ya kalau berantakan soalnya re-post from wattpad akun @/nadya_kim52.

review juseyo