intoTITAHtion
Dedicate to
Harukaze a.k.a Tya
.
.
.
Olvidar Que
First Part
Seorang anak lelaki kecil berkulit kecokelatan berlari menembus guyuran air mata langit yang –perlahan tapi pasti— membuat seluruh sudut kota Seoul menjadi basah. Anak lelaki itu terus berlari, tak memedulikan guyuran air mata langit itu dan rasa dingin yang seolah mampu menembus ke dalam tulang-tulangnya. Ia berlari sambil berteriak dengan keras, tak memedulikan tenggorokannya yang sakit karena terlalu kuat berteriak.
"Isseul-ah, jangan pergi!" ia terus berlari mengejar mobil audi berwarna hitam legam, yang membawa sosok bernama Isseul pergi menjauh darinya. Dari balik kaca jendela bening yang ada di bagian belakang mobil, gadis kecil berusia tujuh tahun itu menangis, sambil melambaikan tangannya. Dadanya terasa sesak.
"…maafkan aku Yunho-ah. Maaf…" ia berbisik lirih di sela isak tangisnya.
Sementara Yunho—nama anak lelaki kecil berkulit kecoklatan itu— Nampak mulai kelelahan. Ia sadar bahwa usahanya untuk mengejar mobil yang membawa sahabatnya itu, sia-sia. Akhirnya ia hanya bisa terduduk di jalanan sepi. Dibawah guyuran air mata langit, sambil melihat bahwa mobil audi hitam itu sudah tak nampak di hadapannya. Isseul sudah pergi. Tiba-tiba di belakangnya, ada seorang wanita paruh baya yang mengejarnya sambil membawakan sebuah payung berwarna merah jambu. Wanita itu kemudian menyodorkan payungnya pada Yunho yang terduduk kehujanan di jalanan sepi.
"Ayo kembali ke panti, Yunho-ah…" wanita itu berjongkok. Menyejajarkan tingginya dengan anak lelaki kecil itu. Yunho menggeleng, menampik payung yang disodorkan wanita paruh baya itu padanya.
"Kenapa suster membiarkan mereka membawa Isseul pergi? Kenapa? Jika tidak ada dia, lalu aku bagaimana? Aku harus bagaimana?" itulah rengekan dari anak lelaki kecil berusia tujuh tahun yang harus kehilangan sahabatnya, akibat diadopsi. Yunho dan Isseul sudah tinggal di panti asuhan, sejak keduanya masih balita. Mereka tak memiliki siapapun, kecuali satu-sama lain sebagai tempat sandaran. Mereka saling bergantung satu sama lain. Hingga keduanya merasa tidak sanggup jika hidup tanpa salah satu di antara mereka.
~We found love in a hopeless place
Turn away 'cause I need you more
Feel heartbeat in my mind
It's the way I'm feeling, I just can't deny
But I've gotta let it go~
[We Found Love— Rihanna]
"Yunho-ah, disana Isseul akan bahagia. Ia akan mendapatkan keluarga baru, yang bisa memenuhi kebutuhannya. Jika ia bahagia, bukankah Yunho-ah juga akan bahagia, hm?" Wanita paruh baya yang juga merupakan salah satu pengasuh di panti asuhan itu mengelus puncak kepala Yunho dengan pelan nan lembut, seolah Yunho adalah puteranya sendiri. Yunho yang masih terisak, pun mengangguk pelan pada akhirnya. Seuntai kata dari wanita paruh baya itu seolah mampu menghapus sedikit ketidakrelaannya atas kepergian Isseul.
"Ya… Selama Isseul-ah bahagia, aku juga akan bahagia," Yunho mengangguk dengan terpaksa, sambil memaksakan seulas senyum lebar. Menunjukkan deretan giginya yang putih.
~ Now, I pray for your happiness everyday.
You are still in my heart.
Still in my heart~
[Still—Tohoshinki]
Tiga hari pun dilewati Jung Yunho tanpa Isseul. Ia masih merasa sedih, namun ia dapat mengurangi rasa rindu itu dengan bermain bersama teman-teman satu panti asuhannya. Ia berusaha membaur dengan mereka semua. Walaupun begitu, saat ia selesai bermain dan sedang sendirian, nama Isseul selalu muncul di benaknya. Ia sangat menyayangi gadis kecil itu, seperti saudaranya sendiri. Saat ia menutup mata pun, hanya bayangan gadis itu yang bisa dilihatnya.
Ketika ia sedang duduk di beranda tengah panti asuhan sendirian, ia melihat salah seorang suster –pengasuh— menggandeng tangan anak lelaki kecil yang bajunya basah kuyub. Anak lelaki kecil itu menangis dengan keras. Yunho memperkirakan bahwa anak lelaki kecil yang berwajah cantik itu berusia sekitar lima tahun –dua tahun lebih muda darinya— Anak lelaki cantik itu bertubuh kurus dengan balutan kaus putih tipis yang basah, cukup membuat Yunho merasa iba. Ditambah lagi dengan kondisinya yang terus menangis seperti itu. Tanpa berpikir dua kali, Yunho menghampiri anak lelaki kecil cantik itu.
"Hei kau… Siapa namamu? Ayo ikut aku!" Yunho berujar pada anak lelaki yang berpostur lebih kecil darinya. Anak lelaki kecil berwajah cantik itu tertegun untuk beberapa saat, memandangi Yunho dan suster panti asuhan dengan bergantian.
"Tak apa, Jaejoong-sshi. Masuklah bersama Yunho. Kau boleh sekamar dengannya…" ujar sang suster. Yunho mengangguk dan menarik tangan anak lelaki kecil berwajah cantik yang ternyata bernama Jaejoong itu. Jaejoong menurut, dan berjalan bersama Yunho menuju kamarnya.
Setelah mandi, Yunho membawakan sebuah baju hangat untuk Jaejoong dan segelas susu panas, untuk menghangatkan badannya. Entah mengapa, ia merasa iba pada anak lelaki kecil berwajah cantik yang dihadapannya saat ini. Ia juga baru sadar, bahwa sedari tadi Jaejoong berjalan sambil tertatih. Seolah menahan rasa sakit, entah pada bagian tubuh yang mana.
"Kenapa kau berjalan tertatih begitu? Kau sakit?" Yunho bertanya, setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan sejarah dirinya secara singkat. Mendengar perkataan itu, air muka Jaejoong berubah. Ia menunduk, seolah menyembunyikan sesuatu dari Yunho.
Siang itu, sebelum Jaejoong diamankan tetangganya di panti asuhan, ia mengalami kejadian buruk. Anak lelaki kecil berusia sekitar lima tahun itu ternyata telah disetubuhi oleh ayah tirinya sendiri. Jaejoong yang hanya tinggal berdua dengan lelaki biadab itu, tak bisa melawan. Ia hanya berteriak ketakutan dan kesakitan saat bajingan itu mengoyak bagian bawah tubuhnya. Untungnya, sebelum tindakan itu berlangsung lebih jauh, tetangganya yang mengetahui hal itu langsung memukul kepala ayah tiri Jaejoong dengan sebuah vas bunga, dan kemudian mengamankan anak lelaki kecil itu menuju panti asuhan yang letaknya sangat jauh dari daerah rumahnya. Dan selama perjalanan, Jaejoong hanya menangis sambil meringkuk ketakutan.
"Hei…Kenapa melamun?" Yunho bertanya pada Jaejoong yang tiba-tiba teringat kronologis kenapa ia bisa sampai di panti asuhan itu. Jaejoong diam saja, tak kuasa menjawab pertanyaan Yunho. Demi tuhan, ia ingin melupakan kejadian laknat itu.
"Jaejoong-ah…"
"Ah, tidak. Aku tak apa…" Jaejoong akhirnya berujar pelan sambil menggelengkan kepala dan memaksakan seulas senyum. Melihat hal itu, Yunho jadi merasa lega. Kedatangan Jaejoong yang tiba-tiba, sedikit banyak dapat membuat lelaki kecil berusia tujuh tahun itu melupakan luka hatinya, akibat ditinggal oleh sahabatnya. Orang yang disayanginya. Satu-satunya orang yang ia miliki selama hidup di dunia.
Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah tahun kedua sejak Kim Jaejoong pertama kali menjejakkan kakinya di panti asuhan itu. Dan selama dua tahun pula-lah, Jung Yunho selalu menjadi pelindung lelaki kecil cantik yang sekarang berusia tujuh tahun itu. Yunho selalu melindungi Jaejoong, tak pernah membiarkannya tergores luka sedikitpun. Tanpa sadar, Jaejoong terlalu bergantung pada lelaki yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu. Ia terlalu bergantung pada Yunho, hingga tak tahu apa yang akan terjadi jika pria Jung itu tak ada di sampingnya.
12 years later…
Pria cantik berusia tujuh belas tahun itu tampak terburu-buru mengenakan seragam sekolahnya. Ia memakainya dengan asal-asalan. Sambil berdecak kesal, ia merutuki dirinya sendiri. Semalam, ia menonton film terlalu larut bersama hyungnya. Ia juga lupa, bahwa pagi ini ia akan mendapatkan ulangan harian Bahasa Inggris. Jaejoong –nama pria cantik itu— tak menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Tapi setelah mengingat bahwa dirinya duduk sebangku dengan Park Yoochun, ia merasa tak khawatir lagi. Pria berdahi lebar itu sudah lama tinggal di luar negeri, sehingga Jaejoong yakin bahwa Yoochun bisa membantunya dalam ulangan harian Bahasa Inggris nanti.
"Woy, Jae… Kenapa lama sekali, huh?" Yunho –hyungnya— berdecak kesal di atas motor bututnya, ketika Jaejoong menuju ke arahnya dengan setengah berlari.
"Sudahlah, hyung… Nanti saja marahnya. Aku bisa terlambat!" Jaejoong menghela napas berat, sambil mengambil posisi duduk di bagian belakang motor hyungnya. Yunho pun diam saja, ia juga tak ingin memulai keributan dengan dongsaeng yang telah tinggal bersamanya selama lebih dari duabelas tahun.
Sesuai dengan kebijakan di panti asuhan, tiap anak yang telah berusia tujuh belas tahun harus mulai meninggalkan panti dan hidup sendiri. Saat itulah, dua tahun lalu waktunya Yunho untuk meninggalkan panti asuhan dan memulai sendiri hidupnya. Akan tetapi, ia tak ingin kehilangan orang yang dicintainya untuk kedua kalinya. Sehingga, ia mengajak Jaejoong untuk pergi meninggalkan panti asuhan bersamanya. Tanpa diminta dua kali, Jaejoong yang saat itu masih berusia lima belas tahun pun menurut. Ia tak bisa hidup tanpa Yunho-hyung.
Yunho pun memutuskan untuk berhenti dari sekolahnya, mulai bekerja untuk membiayai sekolah Jaejoong dan hidup mereka berdua. Baginya, Jaejoong adalah prioritas utama. Ia terus bekerja dengan keras, hingga akhirnya Jaejoong mampu melanjutkan sekolahnya hingga sekarang –kelas dua SMU—. Tak hanya itu, Yunho juga akhirnya mampu membeli rumah kontrakan yang telah ditempatinya dengan Jaejoong sejak pertama keluar dari panti hingga sekarang.
"Pegangan yang kencang! Hari ini aku akan ngebut!" Yunho berujar pada Jaejoong yang duduk di belakangnya. Jaejoong mengangguk, sambil melingkarkan sepasang tangannya pada pinggang Yunho.
"Lebih kencang lagi, Jae. Aku tak ingin kau tiba-tiba terjatuh…"
"Kau ini terlalu berlebihan, hyung!" Jaejoong berdecak pelan, tapi tetap saja melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Yunho. Yunho tersenyum penuh arti dan memacu motor bututnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia tersenyum melihat tangan Jaejoong yang melingkari pinggangnya dengan indah. Jujur saja, ia mencintai Jaejoong, melebihi apapun. Ia juga mencintai pria cantik itu, sebagai seorang pria. Bukan sebagai adik. Entah sejak kapan Yunho merasakan hal ini. Ia sendiri ragu akan perasaannya, tapi tiap ia mencari, ia tak pernah menemukan jawabnya. Yunho tetap memendam rasa di hatinya hingga detik ini. Ia tak ingin hubungannya dengan Jaejoong rusak, hanya karena perasaan yang sejujurnya tak mampu ia tafsirkan dengan kata-kata itu.
Setelah mengantarkan Jaejoong ke sekolahnya, Yunho pun berbalik arah. Ia memacu motor bututnya menjauhi daerah sekolah Jaejoong. Diam-diam, pria berkulit kecoklatan itu memikirkan perasaan yang telah ia rasakan selama lebih dari belasan tahun hidup dengan Jaejoong. Ia tak kuasa memungkiri, bahwa Jaejoong tumbuh menjadi pria yang sangat cantik. Kulitnya putih alami dan bibirnya semerah cherry.
Cinta…?
Apa yang harus ia lakukan?
Mengungkapkannya?
Ia telah melanggar hukum alam, dengan mencintai sesama pria. Haruskah ia melanggar untuk kedua kalinya, dengan mengungkapkan dan membiarkan cinta itu tumbuh diantara keduanya? Atau ia harus tetap menyimpan perasaan itu jauh di dalam relung hatinya, membiarkannya, hingga akhirnya mengendap dan mati. Tak terasa lagi.
Yunho memikirkan hal itu dan memutuskan untuk tetap menyimpan perasaannya, setidaknya selagi ia bisa. Tak terasa, sudah tiga puluh menit ia menyusuri Kota Seoul tanpa tujuan. Sepasang mata musangnya menatap sebuah toko kue yang ada di sudut jalan. Tampaknya masih baru, karena ia belum pernah melihatnya sebelumnya. Tiba-tiba ia teringat Jaejoong. Pria cantik itu sangat gemar memakan cake strawberry dan Yunho hafal itu. tanpa pikir panjang, Pria Jung itu pun memacu kendaraannya mendekati toko kue itu. Yah, setidaknya gajinya sebagai seorang dancer dan DJ di klub malam masih dikatakan lebih, untuk sekedar membeli kue.
"Bisa aku memesan satu cake strawberry ukuran sedang?" Yunho berbicara pada penjaga toko wanita yang mengenakan seragam serba pink itu. wanita itu hanya mengangguk pelan, mempersilakan Yunho duduk sebentar, sementara dirinya mengambil cake strawberry di belakang.
Saat Yunho tengah asyik mengamati toko kue berasitektur Eropa itu, sebuah suara perempuan yang –mulanya diyakini adalah suara pegawai toko— membuat pria berkulit kecokelatan dan berambut brunette itu menoleh.
Deg…
Dua pasang mata itu beradu.
Yunho seperti mengenal gadis yang ada di hadapannya saat ini. Gadis yang bayangannya masih ia simpan jauh dalam hatinya. Ia sempat berpikir bahwa, sepenuhnya dirinya telah melupakan gadis ini. Tidak. Ia masih mengingatnya. Senyuman itu. Mata bulat itu. Rambut hitam ikal itu. Segalanya. Ia masih ingat segalanya mengenai gadis ini.
"Yu…Yunho-ah…" kalimat gadis itu menggantung di udara. Ia juga masih mengingat Yunho. Ia masih ingat segalanya. Bahkan ia masih teringat bagaimana terakhir kali mereka bertemu. Yunho tak pernah berubah baginya, hanya bertambah –sangat— tampan. Itu saja.
"I… Isseul-ah? Kau kah itu? kenapa kau bisa ada di sini?" Yunho yang masih terlihat sangat kikuk tak mampu membendung rasa penasarannya.
"Ini toko kue milikku…" Isseul berujar pelan, sambil mengambil posisi duduk di hadapan Yunho. Pria itu tersenyum. Baginya, Isseul tak banyak berubah. Ia hanya semakin cantik dan pakaian yang ia kenakan sedikit lebih modis. Namun, ada yang salah. Entah mengapa, saat ia melihat gadis ini untuk kedua kalinya, ia tak merasakan apapun lagi.
"Bagaimana kehidupanmu, Yunho-ah? Apa kau bahagia?" Isseul bertanya pada Yunho, sambil menumpukan sepasang tangan pada dagunya.
"Mmmm, begitulah. Aku sekarang tinggal bersama orang yang sangat aku cintai. Kau sendiri?"
Deg…
Dengan orang yang sangat ia cintai? Apakah Yunho-nya sudah berkeluarga? Lalu untuk apa ia memutuskan untuk mencari Yunho saat pertama kali menjejakkan kakinya lagi di Korea, jika pada kenyataannya, pria itu telah berkeluarga?
Isseul pun menceritakan segala tentang dirinya. Bahwa gadis itu diadopsi oleh sepasang suami-isteri yang sangat kaya dan baik hati. Bahkan mereka mengajak Isseul tinggal di Paris, agar Isseul kecil mampu melupakan masa lalunya. Tapi tidak berhasil. Selama beberapa tahun ia meninggalkan Korea, selama itulah ia masih mampu mengingat masa lalunya. Mengingat Yunho. Namun dua tahun yang lalu, kedua orang tua angkatnya meninggal karena mengalami kecelakaan mobil yang cukup parah di Paris. Hal itu cukup membuatnya sedikit frustasi. Ia sudah terlanjur menyayangi orangtua angkatnya. Mengapa ia harus kehilangan orang-orang yang disayanginya untuk kedua kalinya? Karena merasa kurang pantas untuk menerima harta warisan peninggalan orangtua angkatnya, ia pun memberikannya pada family mereka, dan dengan lapang dada mereka membagi harta warisannya dengan Isseul, termasuk bangunan tua yang sekarang menjadi toko kue ini.
Ketika pertama kali kembali ke Korea, hal pertama yang dilakukan Isseul adalah mengunjungi panti asuhan tempatnya berada dulu. Akan tetapi ia tak menemukan orang yang dicarinya disana. Dan sekarang, takdir memertemukan keduanya. Pertamuan pertama Yunho dan Isseul sejak terpisah dalam waktu yang lama.
"…Well, apa kau sudah memiliki seorang.. isteri?" Dengan susah payah, ia akhirnya bisa mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi mengganggu benaknya. Gadis itu menatap ekspresi bingung dari pria berkulit kecoklatan yang ada di hadapannya saat ini.
"Isteri? Tunggu… apa yang kau maksud, Isseul-ah?"
"Bukankah kau mengatakan bahwa sekarang tinggal bersama orang yang kau cintai? Apakah itu…" Isseul menelan ludah dengan susah payah. Menanti jawabah dari Yunho.
"Bukan…Bukan… Suatu saat aku akan memperkenalkan dia padamu!" Yunho terkekeh pelan.
"Bagaimana kalau malam ini? Bisakah kau tuliskan alamat rumahmu?"
TBC
A/N:
Happy birthday
Saengil Chukkae Hamnida
Otanjubi omedetou
Selamat ulang tahun buat Tya, teman di dunia mayaku, yang sudah aku anggap seperti temanku sendiri. Terimakasih buat segalanya. Terimakasih telah menjadi teman di dunia mayaku yang paling baik. Terimakasih sudah sering membuatkan aku fanfic, terimakasih sering menggila(?) bersamaku, terimakasih buat segalanya! Semoga di ulang tahun yang ke-30 ini *plak* *diinjek*
Semoga di ulang tahunmu yang entah keberapa ini(?), Gusti Allah selalu bersamamu. Semoga kamu dimudahkan dalam menghadapi Ujian Nasional nanti dan bisa masuk perguruan tinggi yang kamu inginkan. Semoga kamu juga diberi kesehatan. Aminn.
karena ceritanya terlalu panjang, saya memutuskan untuk membuat fanfic ini menjadi dua bagian. Maaf kalau ceritanya sedikit aneh dan feel-nya kurang dapat. Akhir-akhir ini saya jarang menulis, jadi lupa cara untuk menulis(?)
Terimakasih buat semua yang sudah baca fanfic ini. Semoga amal dan ibadahnya diterima disisi Tuhan YME *plak*
Akhir kata, Jangan lupa meninggalkan jejak setelah membacanya.
Best Regards,
intoTITAHtion
NB: Judul bisa ditranslate di google XD
