Chapter 1 – I hate her

"Love isn't something you find.

Love is something that finds you."

-Loretta Young

.

.

.

.

Teriakan massa membanjiri gedung fairy. Membahana menggelegar memenuhi setiap sudut ruangan dengan kapasitas 5000 orang. Ditemani suara drum yg kian detik kian memacu adrenalin penggemar grub musik 4 pria tampan itu. Fairytail nama boyband itu.

Light stick berwarna biru menyala dalam kegelapan, digerakkan serentak dg ketukan yg sama. Menambah keindahan.

Suara drum kian menggelegar, semakin cepat, diikuti suara penggemar yg tak kalah antusias.

"FAIRY TAIL! FAIRY TAIL!"

Semakin cepat, semakin cepat, massa semakin histeris, dan ketika layar raksasa didepan mereka terangkat dan butiran-butiran api kuning kecil mekar...

"AAAAAAAAAA!"

Mereka berteriak.

4 pria sexy berdiri mantap diatas panggung, memakai busana klasik pangeran inggris abad pertengahan dan topi koboi yg diatur sedemikian anggunnya. Menutupi warna rambut mereka yg terkesan nyentrik. Wajah mereka tertunduk, bersiap untuk mengguncang seantero gedung.

"Are you ready?!" salah satu dari 4 pria itu berteriak.

"YEAAAAAAHHHHHHH!" diikuti seruan penonton.

Serempak 4 pria itu melempar topi dan menggangkat wajah didukung bunyi drum yg memeriahkan suasana. Penonton histeris.

Musik dikumandangkan. Penggemar diam. Hening menikmati pertunjukkan.

Suara lembut seorang pria berambut biru teralun disusuli pria berambut hitam. Tubuh mereka bergoyang mengikuti lagu yg dinyanyanyikan.

"yeah, i cant leave without you...

Right. this is stupid..

They said that heart was made to broken..

But when you broke my heart..

I'll love you with the left pieces..

Yeah i cant help it..

Even it hurt my hand..

I'll always find my self holding into u..

A broken glass.."

Tempo berubah. Semakin cepat. Tanda lagu menuju Reff. Seorang lelaki berambut pink melompat sambil melantunkan suara tinggi emasnya dengan warna rock. Penonton kembali antusias, diikuti seorang lelaki berkacamata yg ngeRap dengan lihainya.

Melodi-melodi indah, serta pertunjukan yg fantastis tersuguhkan dengan anggunnya. Membuat malam para fairy lovers terasa sempurna. Itulah alasan nama grub boyband 4 pria tampan nan seksi ini terkenal hingga seantero dunia. Fairy tail.

.

.

.

Seorang wanita merebahkan tubuh mungilnya di sofa pink. Raut wajahnya kelelahan, ia mengacak rambutnya, mengosok wajah hingga lipstik merah eksotik merusak dandanannya. berantakan.

Ia mendengus. dengan lesuh jemari lentiknya meraih remote TV, menekan tombol ON. Layar TV berukuran 48inch yg tidak jauh didepannya menampakkan 4 orang lelaki sedang menyanyi sambil menari mengikuti irama. Ia kembali mendengus.

Kamera terpusat pada lelaki berambut pink dengan baju yg tidak dikancing yg menontonkan lekukan-lekukan diperutnya. Seketika sorot mata wanita itu berubah. Matanya menyipit. Tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya, entah karna benci atau malah menginginkan lelaki itu.

.

.

.

"Hei otak mesum. Sudah kubilang kau harus menahan kemesumanmu setidaknya saat kita tampil!"

Pintu ruang ganti terbuka. Pria dengan rambut pink yg pertama kali muncul, berceloteh tak henti.

"apa kau bilang?! Kau yg seharusnya menahan gaya brutalmu itu. Setidaknya saat kita menyanyikan lagu mellow. Kau hampir membuat fens bingung antara harus sedih atau tertawa melihat tingkahmu." Balas lelaki berambut hitam yg dikenal dgn nama grey dengan nada yg tidak kalah tinggi.

"Dan kau hampir membuat kita semua dilaporkan kepolisi dengan tuduhan merusak moral anak dibawah umur stripers!"

Beberapa urat mengembul dari pelipis grey mendengar pernyataan teman setimnya natsu. Ia memang mengaku salah karna tidak sengaja shirtless saat performs, itu sudah menjadi kebiasaan hingga kadang ia tidak sadar melepas helaian kain ditubuhnya, beruntung ia sadar sebelum celananyapun lepas.

Grey memang berniat minta maaf pada yg lain tapi karna mendengar sahabat bodohnya itu berceloteh, ia mengurungkan niatnya.

Jellal, pria dengan tato aneh diwajahnya dan orang-orang disekitar mereka hanya mendengus acuh tak acuh melihat natsu dan grey saling bertatapan dengan aura membunuh. Situasi yg sudah terlalu familiar.

Namun suatu suara dibelakang mereka tiba-tiba merubah fokus perhatian.

"Maaf lucy hime, tadi prince mu ini terlalu sibuk. Prince janji besok akan mentransfer uangnya. Di No Rekening biasanyakan?"

Situasi menegang.

Bukan karna kelebayan loki yg semakin hari semakin menjadi, namun lebih pada grey yg tiba-tiba berhenti menatap natsu dan memalingkan wajahnya kearah loki. Pandangannya tajam, nanar, dan penuh persaingan. Sekilas hampir sama namun sebenarnya jauh berbeda dari yg ditujukannya kearah natsu. Kali ini ia serius.

Loki meladeni tatapan grey. Salah satu sudut bibirnya terangkat. Tatapan yg sama seperti yg dilontarkan grey namun dengan sedikit keangkuhan diatasnya. Grey mengantupkan giginya rapat-rapat. Pertarungan yg sesungguhnya.

Hening.

Semua orang seakan tau apa yg seharusnya dilakukan.

Tidak menginterupsi perdebatan dua orang yg benar-benar tidak sedang bercanda.

Namun tidak halnya dengan natsu, wajah lelaki itu malah tidak kalah menegang, tangannya terkepal kuat bahkan beberapa urat tampak mengembul keluar. Darahnya naik ke ubun-ubun kepala melihat sikap kedua sahabatnya yg sudah diluar batas.

2 bulan ia bersabar dengan kelakuan kedua sahabat bodohnya yg bisa-bisanya dibodohi seorang... pelacur?

Wajahnya memanas.

natsu dalam hati.

Ada apa dgn mereka?

Tubuh natsu semakin menegang.

Brruukk

Grey jatuh kelantai.

Ia menyentuh sudut bibirnya yg berdarah. Tanpa bisa ia kendalikan kepalan tangan natsu membentur wajah tampan sahabat sekaligus musuh bebuyutannya.

"Ada apa dengan kalian ini?" suara natsu berat. Dalam dan dingin. Wajahnya tertunduk menyembunyikan ekspresi kecewanya. Tangannya masih terkepal.

"5 tahun." Natsu meringis

"5 tahun fairytail terbentuk. Aku bahkan sudah mengenal kalian sejak kecil. Kita sudah bersama sejak kita bahkan belum bisa membedakan antara bola basket dan bola voli." Tenggorokan natsu tercekat.

Natsu mengangkat wajahnya. Maniknya tertuju pada loki yg tengah memandanginya dengan ekspresi 'kau tidak mengerti'.

Oh tentu saja ia mengerti. Ia mengerti bahwa kadang ada beberapa manusia yg tidak bisa mengendalikan dirinya pada sesuatu bernama perasaan. Bahwa ada beberapa orang yg dengan bodohnya bisa diperdaya oleh cinta. Bahwa ada beberapa pria yg mengorbankan segalanya hanya untuk seorang mengerti bahwa hal-hal seperti itu ada dan nyata - walau ia sendiri belum pernah mengalaminya langsung.

Namun yg tidak ia mengerti adalah bahwa perasaan, cinta, dan pengorbanan itu tertuju pada seorang... pelacur.

Ayolah! Seseorang selain yg itu.

"Aku tau apa yg terjadi. Kalian merebutkan seorang wanita. Seorang wanita bernama lucy. Loki." Natsu menatap loki dengan tatapan menyelidik.

"Wanita itu sering meminta uang padamu. Kau bahkan pernah mengemis pada ayahmu yg kau benci hanya untuk memenuhi permintaan wanita itu." natsu mendengus. "Dan grey,"

"Beberapa minggu ini kau sering jatuh sakit. Jika wanita itu selalu menyakitimu lalu kenapa kau masih saja mengejarnya?"

"Dia tidak menyakitiku."

"JANGAN BOHONG!" Suara natsu menggema memenuhi seluruh ruangan.

"Yang kutau, terakhir kali kau bolak balik ke dokter adalah saat ibumu UI meninggal." Natsu kembali mendengus. "10 tahun yg lalu."

Grey mengangkat tubuhnya.

"Hei natsu. Kau benar-benar tidak mengerti." bantah grey.

"DAN aku tau. Bahkan kalian bergantian menemuinya dimalam hari. Fairy night club. Sangat lucu mengingat nama club terkutuk itu nyaris sama dengan nama band kita." Natsu tersenyum angkuh.

"Pelacur."

Brrukkk

Kali ini kepalan tangan Greylah yg sukses membentur pipi natsu.

Belum cukup kuat untuk menjatuhkan tubuh kekar didepannya, namun sudah cukup untuk merobek 1mm jaringan kulit lelaki pink itu.

"Jaga mulutmu."

Tangan grey memgancing kerah natsu, menariknya mendekat hingga mereka dapat merasakan hembusan nafas masing masing. Hembusan yg memburu.

"Katakan sekali lagi kubunuh kau." Dan natsu tau bahwa grey tidak bercanda.

Cih. Pelacur berengsek.

Natsu menghempas tangan grey. Mendorongnya menjauh dan berdiri. Belum tampak kelegaan dalam mimik wajahnya.

Berpaling dan tanpa aba - aba meninggalkan beberapa orang yg tengah menatapnya dari menatapnya dari belakang.

.

.

.

23.00 pm

Natsu melirik arloji silver ditangan kanannya kemudian kembali duduk manis dalam subaru hitam. Mengawasi bangunan modern didepannya.

Gedung itu terkesan simple dengan lampu warna-warni membentuk kata FAIRY.

Fairy.

Pelipisnya mengerut. Membuatnya tampak beberapa tahun lebih tua. Nama yg tidak sesuai utk orang-orang seperti mereka.

Ck. Natsu berdecak.

23.01 pm

Untuk kesekian kalinya ia melirik arloji silvernya.

Beberapa pria paruh baya masuk ketempat itu diikuti beberapa pria muda yg tampak mabuk. Beberapa saat kemudian keluar pria mabuk yg dibopong wanita muda berdandan menor dengan pakaian yg menurutnya 'belum selesai dibuat'. Memamerkan sebagian besar kulit wanita muda itu.

Entah sudah berapa orang yg dilihat natsu keluar masuk gedung bercat putih didepannya.

1 jam. 1 jam ia menunggu ditempat yg sama tanpa melakukan apapun.

Rrrr Rrrrr

Ia merongoh saku jasnya. Mengambil benda hitam kotak kemudian menyentuhnya.

1 pesan masuk

From: bitch

'Kau terlambat'

Lelaki pink itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya "Well, kurasa aku harus melakukannya."

.

.

.

Liar.

Kesan pertama dari natsu saat pertama kali melangkahkan kakinya.

Ini bukan pertama kalinya ia ketempat seperti ini. Namun bukan berarti ia sudah terbiasa. Ia bahkan membenci tempat seperti ini. Tempat yg penuh manusia-manusia yg tak bermoral.

Aroma rokok dan alkohol memenuhi ruangan itu bersama beberapa aroma menusuk lainnya. Ruangan yg tidak terlalu terang, hanya lampu disco dan beberapa lampu kecil yg menyala. Suara music menggelegar seakan berusaha meredupkan suara-suara lain.

Beberapa orang berdansa ditengah lantai dansa, beberapa lainnya berbincang-bincang ataupun saling menggoda. Namun ada juga yg sekedar diam sambil menikmati seteguh demi seteguh wisky. Sebagian besar wanita mempertontonkan belahan dadanya ataupun kulit pahanya.

Benar-benar liar.

Natsu sangat tidak menyukai tempat seperti ini.

"Ada yg bisa saya bantu?" Sapa sang bartender. Seorang lelaki berambut pirang dengan badan besar berotot dan garis petir dimata kanannya.

"Aku ingin bertemu dengan wanita bernama lucy."

Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya. "kalau boleh tau dengan siapa?"

Kaca mata hitam dan syal putih yg menutupi mulut hingga hidung natsu membuatnya sulit dikenali. Tentu saja, akan merepotkan jika ada yg melihatnya ditempat seperti ini.

"Katakan saja seseorang yg membawakannya hadiah."

"Tunggu sebentar." Ia berpaling, meraih telepon yg tertempel didinding dan menekan tombol 2. Kebisingan membuat natsu tidak bisa menangkap apa yg ia bicarakan.

"Kau lihat ruangan dengan orange diatas sana? Lucy san menunggumu disitu." Kata laxus seraya menunjuk sebuah ruangan dengan pintu berwarna orange dillantai dua. Tangannya masih menggenggam gagang telepon.

"Trimakasih."

Laxus memutar bola matanya. "kau bisa naik lewat tangga sebelah kiri."

"kenapa dengan tangga sebelah kanan?"

"tidak apa-apa. Hanya jika kau ingin mengganggu beberapa orang yg tengah memadu kasih." Salah satu alis blonde laxus terangkat. "up to you."

Oh tentu saja. Natsu hampir melupakan makna dari tempat ini.

"Kalau begitu aku permisi." Natsu merogoh dompet dari saku mantel kulitnya. Mengeluar selembar uang dan diselipkan pada salah satu gelas kaca kosong yg berada tepat disampingnya.

Tanda trimakasih yg sesungguhnya.

"Sama-sama." Laxus menarik sehelai uang itu beserta gelas kaca kosong diatasnya.

Tak ingin berlama-lama, lelaki berambut pink itu segera berbalik menuju tempat yg ditunjuk bartender blonde sebelumnya.

"hei." Suara laxus kembali memanggil natsu.

Natsu berbalik.

"sebagai bonus aku akan memberimu sedikit informasi."

"apa?"

Sebuah cengiran kecil merekah dari bibir tipisnya. "wanita itu berbahaya."

Salah satu sudut bibir natsu terangkat. Tersenyum angkuh. "aku tahu."

.

.

.

Terdengar suara pintu berdecit.

Peach.

Kesan pertama natsu.

Ruangan itu berwarna pastel dengan aroma peach lembut. Seorang wanita blonde berada tepat didepannya. Bersandar pada sofa kulit sambil memangku kaki jenjangnya. Wanita itu tersenyum simpul. Seolah sudah tau kapan natsu membuka pintu.

Wanita itu memakai baju tanpa lengan biru muda yg mempertontonkan belahan dada dan perutnya. Memakai rok mini dgn nada selaras dengan baju. Yg hanya menutupi ¼ pahanya. Rambutnya pirang dan diikat 2 seperti gaya anak sekolahan. Miris.

Lipstik merah menyala. Kulitnya putih pucat dengan sebuah tato aneh dipunggung tangan kirinya. Ia memakai boots coklat kulit setinggi lutut dengan hak kira-kira 7 centi. Fashionable sekaligus vulgar.

"Kau terlambat 1 jam lebih."

"Aku sengaja membuatmu menunggu." Kata natsu seraya mengambil tempat tepat didepan wanita itu. sebuah meja bulat kaca memisahkan mereka.

"Well, apa yg akan kuterima tidak sebanding dengan 1 jam menunggu."

Untuk kesekian kalinya natsu menyunggingkan senyum angkuhnya. Ia mulai terbiasa melakukan itu. "Tentu saja."

Wanita yg diketahui bernama lucy itu membungkukkan tubuhnya. Membuat natsu bisa melihat jelas kedalam belahan dadanya. Meraih gelas kaca didepannya dengan gaya yg menggoda. Namun tidak untuk natsu.

Jemari letik gadis itu dengan lihainya memutar-mutar cairan merah bening digenggamannya. Mendekatkan kebibir merah eksotiknya dan mencicipi dengan gaya yg bisa membuat para lelaki meneteskan air liurnya. Sekali lagi, tidak untuk natsu.

Dasar pelacur

Bantin natsu kembali mengutuk wanita itu.

"Berhenti menggoda grey dan loki." Kata natsu out of the blue.

lucy berhenti memainkan minumannya. "Aku tidak menggoda mereka. Mereka yg malah menggodaku."

Natsu memincingkan matanya. "Membuat mereka ingin menggodamu." koreksi natsu

"Aku membuat semua pria ingin menggodaku." Sanggah lucy sarcastic.

"Tidak semua."

"Aku tidak berharap kau menggodaku."

Natsu memutar bola matanya.

Pintar.

Untuk pertama kalinya batin natsu memuji wanita muda didepannya.

"Kalau begitu berhenti mempermainkan mereka. Jika kau tidak menyukainya kau bisa menolak mereka."

"Dan aku sudah menolak mereka." Tanpa sadar lucy menggigit bibir bawahnya. Sesuatu yg membuat nafas natsu sedikit lebih cepat dari biasanya. Dan natsu mengutuk dirinya sendiri.

"Berulang kali." Imbuh Lucy.

Natsu memajukan tubuhnya. Agar lebih meyakinkan. Benar kata laxus. Wanita didepannya berbahaya. Berbahaya dalam segala aspek.

"Dan jika kau memang berniat menolak kedua sahabat bodohku itu. Lalu kenapa kau masih saja menemui mereka? dan lebih parahnya lagi.." Pandangan natsu menajam. "kenapa kau memperalat mereka."

Hening.

Lucy meletakan dengan hati-hati gelas kaca ditangannya. Sehingga hanya terdengar sedikit sekali bunyi benturan.

Dengan enteng Lucy mengangkat bahunya. "well... Bisnis?" kedua keningnya terangkat. Mengajukan pertanyaan yg menjawab pertanyaan lainnya.

Wanita ini benar-benar!

Wajah natsu memanas. Seakan semua darahnya berpacu cepat naik ke ubun-ubun kepalanya.

Bisnis?

Tubuh natsu menegang.

Bisnis.

1 kata yg dapat membawa natsu pada titik dimana ia bisa saja menghancurkan tempat dimana ia berada.

Semua hanya karna hubungan untung rugi? Perasaan kedua sahabatnya dapat ditukar dengan sebuah benda bernama uang? Yg benar saja! wanita ini benar-benar..! Natsu tak dapat menemukan kata yg lebih buruk dari yg biasanya ia sebutkan.

Pelacur

"Jadi? Bagaimana? kau membawa uangnya?" Entah kenapa suara lembut wanita yg disebutnya pelacur tadi sedikit menenangkannya. Membawanya kembawa kembali dari titik yg berbaya. Efek yg sangat bertentangan.

Aneh.

Tidak seharusnya suara itu dimiliki oleh wanita seburuk lucy.

"Seharusnya kau bertanya kenapa bukan loki yg mengirimnya langsung ke ATMmu." Suara natsu terdengar keluar dari sela-sela giginya.

"Selama aku bisa mendapatkan uangnya yg lain tidak begitu penting."

Tidak begitu penting?

Gosh! Adakah yg lebih buruk dari wanita didepannya?

"Kau wanita terburuk yg pernah kutemui."

"Tidak masalah selama itu menguntungkan." Wanita itu tersenyum. Senyum yg seharusnya membuat natsu lebih murka namun entah kenapa malah terlihat... manis?

Natsu mulai berpikir ada yg salah dengan dirinya. Mungkin karna belum makan. Benar. Tentu saja karna itu. Lapar memang selalu bisa merubah seseorang bukan? dan natsu sadar ia adalah tipe yg paling rentan. Batin natsu berusaha membenarkan.

Karna tidak mungkin wanita didepannya dapat mencuri hatinya. Sangat tidak mungkin. Wanita itu bahkan tidak pantas untuk dicintai.

Sejak dulu natsu selalu mendambakan memiliki pernikahan yg bahagia. Seperti kedua orang tuanya. Bisa dibilang tipe wanita seperti ibunya adalah tipe wanita idamannya. Baik, lembut, sederhana, setia, suka membantu orang lain, singkatnya seorang wanita berhati malaikat.

Natsu tidak peduli dengan tampilan fisik. Ia hanya ingin menemukan seorang wanita yg dapat membuatnya bahagia dan bisa menjadi seorang istri maupun pasangan yg baik. Itulah alasan selama ini ia belum dapat menemukan wanita yg tepat, yg berhati mulia sekaligus dapat merebut hatinya.

Memang sejauh ini beberapa kali ia bertemu dengan wanita yg tampak sesuai kriterianya. Lissana misalnya, mantan pacarnya yg selalu lembut dalam segala aspek, namun tiap kali bersama wanita itu natsu selalu merasa ada yg kurang. Wanita itu tak dapat merebut hatinya walaupun dalam 3 tahun kebersamaan mereka.

Seperti langit dan darat. Seperti itulah perbedaan wanita sejenis ibunya dan lissana dengan wanita didepannya. Bukan. Lebih jauh lagi.

"Aku sadar dengan pesonaku. Kau tidak perlu menyatakan dengan tatapanmu." Suara lucy dgn sedikit nada ketidaksukaan membangunkan natsu dari pikirannya sendiri.

Tanpa sadar sedari tadi ia telah menelanjangi wanita blonde didepannya dengan tatapannya.

Oh, ternyata ia tidak suka dipandangi. Informasi yg mungkin bisa bermanfaat. Bukannya malu natsu malah menyukainya. Kekesalan gadis itu. Ia menyukainya.

"Hanya sedang membandingkanmu dengan beberapa wanita yg kukenal."

"Oh."

Lucy meraih tas kecil yg berada tepat disampingnya. Mengeluarkan sebuah handphone hitam yg setau natsu.. murah? Waw. Mengejutkan. Mungkin ia sering memainkan drama 'poor lady' agar lelaki bodoh seperti kedua temannya jatuh dalam jebakannya.

"Aku tak punya cukup waktu untuk meladeni percakapan tidak berbobotmu. Aku sibuk. Bisakah kau memberikan uangnya saja?" ucap lucy to the point.

"Waktu adalah uang. Semua yg ada disekelilingmu tidak terlepas dari kata itu. Pelacur." Natsu tersenyum. Puas.

Lucy tersenyum lebar memamerkan serentetan gigi putihnya. Ekspresi yg tidak bisa dibaca natsu, namun ia yakin kali ini ia berhasil membuat wanita itu kesal.

Dengan anggun lucy berdiri. Melangkah gemulai kearah natsu. Wanita itu masih tersenyum. membuat natsu mengerutkan pelipisnya. Ia benar-benar tidak dapat membaca apa yg ada dipikiran gadis itu.

Lucy berdiri tepat didepan natsu. Membungkuk hingga mulutnya berada tepat didepan telinga natsu.

Tubuh kekar natsu menegang.

Bukan karna mulut mungil lucy yg sudah hampir menyentuh telinganya, Namun belahan dada berukuran fantastis yg kini hanya beberapa centi didepan wajah natsu. Untuk pertama kalinya dalam 21 tahun dalam hidupnya. Kepala lelaki itu seakan dilempar oleh batu berukuran 1 ton. Membuatnya tidak dapat berpikir jernih.

Natsu tidak bergeming. Ia menolak untuk membiarkan wanita bernama lucy ini menang dalam permainannya.

"Jadi." Bisik lucy dengan suara kecil yg menggoda.

"Berhubung saat ini kau berada 'disekitarku'. Bahkan berada tepat didepanmu. Tidak ada salahnya kau memberiku sedikit keuntungan."

Darah natsu semakin mendidih. Ia sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi. Ia sudah berada pada tahap dimana mustahil baginya untuk berpikiran jernih.

Cup.

Sebuah ciuman kecil mendarat pada kulit payudara kiri lucy. Natsu bisa merasakan tubuh gadis itu bergetar. Kaget.

Namun bukan itu tujuan natsu yg sebenarnya. Entah setan apa yg tengah merasuki lelaki itu. kali ini ia membuka mulutnya, lidahnya menempel ditempat yg sama. Dan...

"AH!" Wanita itu berteriak kesakitan.

Cepat dan keras. Gigi kokoh Natsu menjepit sebagian kecil kulit lucy. Membuat tubuh wanita itu jatuh tak tahan.

Beberapa sensasi menyenangkan timbul dalam diri lelaki pink itu. Puas, bangga, dan perasaan lain yg tidak dapat ia deskripsikan.

PLAKK!

Tamparan lucy mengembalikan akal sehat natsu. Seakan menyadarkannya dari setan kecil yg telah merasukinya.

Untuk sepersekian detik natsu merasa tenggerokannya mengering. Namun bukan karna tamparan lucy yg membuat tenggorokan lelaki itu tercekat.

Melainkan karna ia menatap manik didepannya.. -manik yg baru saja ia sadari berwarna tangerin seperti warna matahari terbenam- manik itu terlihat lebih jernih. Benar-benar jernih. Bukan kiasan. Jernih karna ada air cairan yg menggenanginya hingga kemudian jatuh. wanita itu...

Menangis?

Dan saat itu juga natsu merasa ada kilatan kuat yg menyambar dadanya. Menjalar keseantero tubuhnya. Membuatnya meringis kesakitan.

Sangat sakit.

.

.

.

.

"The heart wants what it wants. There is no logic to these thing.

You meet someone, and you falling in love.

And that's that."

-Woody Allen

To be continue

.

.

.

.

.

A/N

Ini fic pertamaku di fandom natsu lucy. Tidak terasa udah setahun gak update fic. Well, faktor kemalasan, kesibukkan dan lainnya. Haha

Trimakasih untuk yg mereview,like, or follow fic autor di fandom narusaku yg sukses mengembalikan minat autor buat nulis.

Untuk Everything for nothing dan remember to forget, sedang dalam proses. Mudah-mudahan dalam minggu berjalan ini udah bisa update. Tenang, apa yg udah kumulai akan kuselesaikan. Hehe

Anw, semakin byk review, autor semakin bersemangat, jadi makin cepat updatenya.

;)