Chapter 1
Merledoves' Attackness
Derap langkah itu kian menderu. Suara lolongan hewan buas itu sangat kontras dengan suasana malam yang biasanya diam mencekam. Bulan purnama menjadi saksi bagi pertempuran antar hewan satu spesies yang terbelah menjadi dua kubu. Hewan berjenis serigala itu tak hentinya menyuarakan lolongan yang semakin memekakan telinga, membuat siapa saja bergidik tanpa perlu membayangkan apa yang sebenarnya terjadi. Sepintas terlihat warna hitam dan putih yang saling menerjang satu sama lain. Hitam dan putih, layaknya dalam teater, dua kubu serigala sedang menjadi aktor dalam drama tragedi pertempuran. Entah apa yang sebenarnya terjadi, hanya bulan dan keheningan malam yang dapat menjelaskannya.
Purnama saat itu masih menggantung indah di langit malam. Menyinari sebagian dalam hutan dengan sejuta rahasia terpendam. Keadaan didalam hutan itu mulai sedikit hening, sepertinya para serigala itu sedang melakukan gecatan serangan. Jumlah tiap anggota kubu mulai terlihat perbedaannya. Kini hitam mendominasi, menyisakan satu serigala putih yang masih setia dalam persembunyiannya. Lalu datanglah sesosok serigala berwarna merah, yang bagai tiap helai bulunya bermandikan darah, datang menghampiri serigala putih satu satunya itu.
"Libra! Ada apa ini?! Apa ini penyebabku—"
"Tenanglah Opiochus, ini bukan salahmu, bukan salah siapapun, aku sendiri tak tahu kenapa bisa jadi begini. Sepertinya mereka sudah merencanakannya dari dulu, dan ini hasilnya."
"Apa itu maksudmu mereka—"
Kalimat itu manggantung bebas tanpa ada niatan untuk dilanjutkan. Kedua serigala itu sadar sepenuhnya bahwa mereka dalam keadaan dimana kalimat manapun takkan menyelamatkan nyawanya. Jadi ketika beberapa detik dikuasai oleh keheningan mencekam, serigala putih itu kemudian memecahnya.
"Aku punya ide."
Serigala merah menatapnya fokus. Kemudian ketika mata serigala putih itu tertutup dan sedikit merapalkan mantra, sihir terjadi dalam serigala merah. Ia berubah menjadi manusia.
"Kali ini kuubah kau menjadi wujud manusiamu. Sekarang kau adalah animagus wujud rubydolf, serigala merah. Pergi dan carilah Seifert. Dia adalah animagus dengan wujud ular suci yang bisa menyeimbangkan keadaan Lykaios ini. kalau tidak salah Seifert terakhir bermarga Katari. Dia tinggal di pusat kota. Bawa dia kesini sebelum bulan purnama, atau Lykaios takkan pernah bisa seimbang lagi."
Ditengah tengah kebingungannya menyerap perkataan serigala putih serta penyesuaiannya kembali terhadap wujud manusianya, sang animagus itu hanya mengangguk pertanda ia mendengarkan seluruh perkataannya.
"Sekarang, pergilah."
"Eh? Kau tidak ikut?"
"Aku tidak bisa. Hutan ini bisa terancam jika tak ada satupun albadolf didalamnya. Sekarang pergilah, sebelum merledolf menyerang lagi."
"Baik, Libra."
Saat sosok manusia itu berlari kian menjauh dari hutan, sang serigala putih itu bergumam, "Semoga berhasil, Opio—Karma."
Pagi yang cerah di musim semi sangat cocok mengawali hari di tahun ajaran baru. Bagai dalam film-film bertema sekolah di Jepang, suasana di Akademi Kuniogaku tak luput dari gugurnya beberapa kelopak bunga sakura serta gerombolan siswa yang tengah heboh menceritakan pengalaman liburan di ruang kelas. Sama halnya dengan kelompok kecil yang terdiri dari seorang lelaki bertubuh mungil berambut biru cerah dengan twin-tails, yang dihadapan mejanya terdapat 2 temannya, satu laki-laki berambut pendek berwarna gelap dan satunya lagi gadis yang berukuran paling pendek dari ketiganya berambut hijau dengan gaya rambut sama dengan laki-laki mungil tadi.
"Hey Nagisa, apa kau sudah bermimpi tentang animagusmu?" Tanya laki-laki berambut gelap.
"Be-belum, Sugino. Kau sendiri?" Jawab laki-laki mungil yang diketahui bernama Nagisa itu.
"Sebenarnya, aku sedang mencurigai salah satu mimpiku."
"apa maksudmu dengan mencurigai, Sugino?" Kini gadis yang ternyata bernama lengkap Kayano Kaede itu mendahului Nagisa untuk menanyakan hal yang sama.
"Kemarin lusa, aku bermimpi kalau aku bertemu dengan seekor rusa di salah satu kebun bunga. Kupikir itu animagusku, tapi setelah kudekati ternyata itu adalah rusa betina, bukan jantan. Aku curiga kalau itu bukan mimpi tentang animagusku."
"Kalau itu bukan animagusmu, lalu animagus siapa? Bukankah jika kau bermimpi bertemu dengan hewan tandanya kau bertemu dengan animagusmu ya?" Tanya Kayano lagi.
"Aku pernah baca di suatu buku, katanya kalau kita bermimpi bertemu dengan hewan dan berada di suatu tempat yang sangat-bukan-kita-sekali, maka tandanya kita sedang bermimpi tentang animagus pasangan kita."
"Ah! Yang benar kau Nagisa? Kau yakin?"
"Begitulah —Aku juga tidak begitu ingat sih detailnya, tapi kurang lebih seperti itu."
Kemudian Kayano tiba-tiba serti teringat sesuatu, "Kalau begitu, kemarin berarti aku bertemu dengan animagus pasanganku dong? Waktu liburan aku pernah bermimpi tenggelam dan bertemu dengan cumi-cumi bermata emas."
"Eh kalau itu sih—"
"Ohayou gozaimasu! Selamat datang di tahun ajaran baru! Sensei yang akan menjadi wali kelas kalian, jadi mohon kerja samanya! Sekarang, Sensei absen dulu—"
"DEMI DADA RATA KECOAK! GURITA MESUM INI JADI WALI KELAS KITA?!"
"Isogai Yuuma!"
"Ha-hadir!"
"YUUMA! CEPAT MINTA PENGAJUAN GANTI WALI KELAS SEKARANG!"
"Okano Hinata!"
"Hadir, Korosensei—"
"SEMUANYA, KITA DEMO GANTI WALI KELAS SEKARANG!"
"Okajima-kun, Maehara-kun, dan Terasaka-kun, jika kau tidak menjaga manner kalian selama pelajaran berlangsung, masa depan kalian akan berakhir menjadi takoyaki gosong seperti yang kubuat kemarin lho, nurufufufu."
Well, begitulah kira-kira suasana kelas 3-E di Akademi Kunigakoku. Perlu diketahui, akademi ini adalah sekolah khusus yang dibangun untuk mendidik murid-murid animagus, yaitu kemampuan seseorang untuk mengubah dirinya menjadi hewan. Hewan tersebut dapat dikatakan sebagai jiwanya yang lain. Kemampuan tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu dan harus memiliki pendidikan khusus agar kemampuannya tidak salah guna dan mencelakakan orang lain. Oleh karena itu keberadaan akademi ini sangat berpengaruh pada kehidupan animagus serta rakyat biasa.
Back to class, usai mengabsen murid kelas 3-E, guru berbentuk gurita kuning nyetrik berbusana ala wisudawan sepertinya menyadari ada satu hal yang terlewat.
"Ah, Ya ampun! Sensei lupa kalau hari ini kita kedatangan murid baru! Kemarilah! pasti kau sudah lama menunggu diluar kelas, ya?"
Diantara sekian murid ada yang bergumam tidak jelas, seperti "Dasar Sensei tidak jelas" "Gurita uzur pensiun saja sana" dan sebagiannya lagi berbisik-bisik menanyakan seperti apa wujud dari murid baru tersebut. Ketika murid baru itu melangkahkan kaki masuk menuju kelas, dapat didengar bahwa sebagian besar murid perempuan terang-terangan menghela nafas takjub dan diantaranya memekik pelan, bahkan disudut sana seorang Okuda Manami, si gila percobaan yang mengikrarkan sehidup semati dengan kimia, sempat menjatuhkan buku rumus yang baru ia keluarkan dari tas. Murid laki-laki hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah berlebihan murid perempuan, namun tidak bagi Maehara Hiroto yang sepertinya was-was jika fansnya berkurang drastis, atau Terasaka Ryouma yang kesal melihat seringai tipis yang disunggingkan murid baru itu, menurutnya sangat menyebalkan.
"Perkenalkan dirimu, nak."
Murid baru itu berdeham, sedikit memberikan waktu untuk mengumpulkan wibawa, benar-benar membuat Terasaka ingin muntah di tempat. "Namaku Akabane Karma. Yoroshiku onegai shimasu."
Murid 3-E membalas ucapannya. Korosensei menepuk pundak murid baru tersebut.
"Nama yang unik, ya? Nurufufufu. Ada yang ingin ditanyakan tentang Karma?"
Sejak kapan ada sesi tanya-jawab di perkenalan murid baru?!
"Well, May I?"
Ketika seisi kelas sedang menghujat berjamaah mengenai keanehan ide sensei untuk bertanya pada murid baru, tangan Nakamura Rio terangkat keatas pertanda ia ingin bertanya, membuat seisi kelas menatapnya bingung.
"Hei Cowok Ganteng, sudah punya pacar? Apa animagusmu?"
Nakamura Rio. Gadis yang terlalu kepo. Sejenak seisi kelas lupa bahwa takaran kepo Nakamura sudah diambang batas. Kalau kata Julia Perez, sampe tumpeh tumpeh.
Murid baru itu terkekeh pelan mendengar pertanyaan Nakamura. Untuk pertanyaan pertama memang sedikit privasi, tapi untuk pertanyaan kedua mungkin bisa dijawab.
"Well—" ia meniru Nakamura, namun dengan nada suaranya yang sedikit menggoda.
"Aku penganut aliran bebas. Bisa dibilang aku atheis dalam cinta. Dan untuk animagus, aku belum pernah mencobanya, tapi aku pernah bermimpi bahwa diriku adalah reinkarnasi anjing Siberian Husky."
Sekelas mendadak takjub mendengarnya, seketika imej mereka tentang Karma langsung berubah. Pasalnya seseorang yang memiliki animagus karnivora termasuk jajaran orang yang perlu disegani. Anjing sendiri merupakan bentuk animagus yang dianggap keren. Membuat Maehara semakin frustasi dan Terasaka yang sepertinya menaikkan level benci menjadi dengki.
"Akabane Karma, kau bisa duduk disebelah Nagisa-kun, meja nomor 13."
Karma langsung berjalan adan menghempaskan diri di tempat yang dituju, saat itu pula sebuah tangan terulur meminta untuk dijabat.
"Nagisa—" Senyumnya kelewat manis untuk ukuran laki-laki, membuat Karma sedikit gugup membalas jabatannya.
Saat menjabat tangannya, Karma merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam diri seorang Nagisa.
Eh? Apa ini?
"—Yoroshiku, ne."
Hmm—Nagisa, ya?
Saat seringai itu muncul untuk kedua kalinya, Terasaka langsung ijin ke toilet.
