Disclaimer : semua tokoh dan karakter hak cipta Sorachi sensei, author hanya meminjam.
*Ch1- PERMULAAN ITU TAK MESTI BAIK!"
Sungguh, bagi semua orang memulai rutinitas di permulaan hari sangat tidak bersemangat. Semua orang bangun dari peristirahatannya dengan mata malas dan memaksa melakukan peregangan otot dan mengumpulkan nyawa setelah hanya satu hari terbuai kemalasan. Tapi cobalah tengok ke satu rumah sempit, kotor dan berantakan ini...
Bagaimana pula ada gadis bercepol dua sibuk bersiul siul merapikan seragamnya mengecek buku buku dalam tasnya dengan bersenandung bahagia ditengah ruangan yang hampir mirip dengan kapal pecah ini. Sebungkus makanan asam mengapit kedua bibirnya membuat suasana hatinya lebih baik daripada melihat sesosok bujangan lapuk yang tertidur malas di tumpukan baju kusut, buku buku bahkan bekas makanan berserakan dimana mana.
"Oi, teme.. kau masih hidup atau sudah mati aru?" Tanya gadis bercepol dua itu polos menyenggol kaki si bujang lapuk itu agar tersadar. Yang terdengar hanya suara dengkuran keras mengabaikan suara si gadis yang lebih nyaring.
"Oi oi... aku berharap kau mati saja, tapi setelah kau mengantarkanku sekolah, bisa bisa aku telat dihari pertamaku sekolah, ayo bangun konoyaro...!" dia langsung menggusur orang itu dan melemparnya ke kamar mandi. Baginya, membanting orang tak berguna sama saja meniup debu ditangannya. Jangan pernah tertipu dengan wajah loli akutnya, perpaduan antara cantik dan imut akan kalah dengan tatapan sadis nan tingkah bagai seorang monster siap menerkammu setiap saat.
"Aaaaaauu.. sss- sakit sekali..." ujarnya merintih sambil berusaha mengumpulkan nyawa atau bahkan mungkin ia sudah kehilangan nyawa?
"Dasar Gin chan bau! Hari ini pertama kali aku masuk sekolah! Kau tak mau kan anak manismu ini tersesat aru? Segeralah mandi. Sudah kubuatkan sarapan aru."
"Oi Kagura, sebelum kau mengatakan tersesat bukankah kau memang tersesat dalam otakmu? Apanya yang gadis manis? Kau hanya seorang monster yang bersemayam dalam diri seorang gadis rapuh dan-"
BRAAAAAAAAKKK...
Terdengar pukulan keras dan membuat sesuatu patah.
"Siapa yang kau sebut monster aru?"
"Ah ya ya ya.. aku harus segera mandi bukan?" Gintoki melengos pergi sambil mengusap usap lehernya yang hampir patah karena sabetan tangan Kagura. Memakinya sama saja dengan cari mati. Lebih baik menurut daripada semuanya tambah kacau.
Sakata Gintoki. Bujangan lapuk 27 tahun yang hidup bekerja sebagai Yorozuya. Hidupnya memang penuh kesempitan, tinggal di rumah kontrakan kecil dan sering menunggak, seret masalah keuangan tapi dia masih saja tertawa bahagia, banyak kawan dan juga jadi biang masalah. Itulah yang membuat Kagura tertarik tinggal bersama..
Sebenarnya ia yang memaksa untuk tinggal bersama. Gintoki menolak keras harus hidup satu atap dengan gadis 17 tahun. Tapi karena pekerjaannya sebagai Yorozuya, tak bisa berkutik lagi. Ayah kandung Kagura menitipkan Kagura beberapa bulan yang lalu. Itupun bukan tanpa sebab, pertemuan mereka mungkin takdir yang digariskan tuhan. Bagi Gintoki, Kagura tetap saja gadis yang rapuh jika ditinggalkan keluarganya. Meskipun Kagura tak pernah menampakan airmuka kesedihan, tetap saja itu palsu. Gadis yang selalu mencepol dua rambutnya, gadis dengan logat china nya. Selalu mengatakan aru diakhiran kalimatnya.
Kagura itu mau berjuang.
Beberapa syarat yang diajukan Gintoki untuk tinggal bersama bukanlah mudah. Dia harus menjadi asisten yorozuya yang dimana membantu pekerjaan Gintoki apapun. Walaupun dia sangat sering ceroboh, melakukan banyak kesalahan, bahkan merepotkan Gintoki karena sifat garangnya tetap saja Gintoki menolaknya dengan seribu alasan. Kagura tak kehabisan akal, dia terus membuntuti Gintoki dan mengikuti semua kelakuannya. Beberapakali ia mengusirnya, tapi Kagura tak mau pergi. Hingga suatu waktu Kagura menyerah dan lebih memilih menjual dirinya demi mempertahankan hidup, dari sanalah setidaknya dia bisa mengambil secuil nurani Gintoki untuk berbelas kasih. Akhirnya ia memberikan sedikit tumpangan bagi Kagura, sampai nanti Kagura bisa hidup sendiri. Tapi alasan terbesarnya bukan masalah ia berbelas kasih, Gintoki tidak terlalu peduli dengan hidup orang lain, tapi kehadiran Kagura menjadi rezeki tersendiri baginya dan pekerjaannya lebih mudah terselesaikan jika dikerjakan berdua.
.
.
.
"Ini sekolahmu Kagura. Lakukan yang terbaik agar kau cepat lulus dan segera bekerja. Ingat kau harus banyak berbalas budi padaku... Nah, sensei, dia anak yang kurang waras dan sedikit payah, ah jadi mohon bimbingannya.."
Gintoki mengantar Kagura sampai ke ruang kepala sekolah dan memperkenalkan diri sebagai wali Kagura. Sekolah yang sangat baik baginya, jauh sekali dengan sekolah lamanya. Tapi sebelum ia benar benar terpana dengan fasilitas sekolahnya kini, tentu saja ia mendengar akhir kalimat yang diucapkan Gintoki. Kagura hanya mendengus kesal mendengar penuturan Gintoki yang seenaknya.
"Gin chan.. kau akan baik baik saja kan aku pergi aru?"
"Bodoh.. seharusnya aku yang mengucapkan itu." ujar Gin chan, mengelus rambut Kagura lembut, membuat sensasi yang berbeda dalam hati Kagura. Perasaan sedih. Tapi demi apapun ia menepis perasaan galau dalam hatinya. Sosok pengganti ayahnya yang meninggalkannya lebih dulu, Gin chan, walaupun ia tahu bahwa gin chan tidak menyukainya dan bahkan sebaliknya ia tak menyukai sosok bujang lapuk itu, tetap saja ada hal hal lain yang sama sama menarik diri masing masing seperti satu ikatan, ikatan keluarga.
.
.
.
.
Kelas 3-Z. Kelas yang dari kejauhan saja sudah terdengar gaduh sekali. Ini memangnya pasar atau sekolah? Bahkan setelah sang wali kelas berdiri diambang pintu mereka tetap saja tak bergeming.
"Ehem... ehem..." sang guru mengetuk meja 3x sampai mereka benar benar sadar kehadiran dua makhluk dihadapannya. Sang ketua kelas memimpin mengucapkann salam.
"Yooo.. minna selamat pagi. Hari ini kita kedatangan murid baru, namanya Kagura. Ah dia imut sekali bukan? Oh yang terpenting semoga Kagura bisa menjadi rekan yang baik dalam belajar. Jika ada yang ingin ditanyakan tanyakan saja padaku, Kagura. Aku, sang wali kelas.. Namaku Katsura, jangan panggil Zura. Merupakan 4 guru terbaik di sekolah, si ahli melarikan diri dan mendidik siswa, golongan darah AB , keberuntungan sedang dan..."
"Kagura chan! Disini.. disini kosong!" Ujar seorang gadis manis menyeru dirinya untuk duduk dibelakangnya. Tentu saja itu hanya sebagai pengalihan perkenalan sang wali kelas yang bertele tele. Tapi perhatiannya lebih menyorot ke belakang tempat duduknya. Seorang makhluk yang tidur tenang dengan penutup matanya. Hei, bagaimana ia tenang di permulaan pelajaran.
"Namaku Soyo, senang berkenalan denganmu Kagura chan.." ia mengulurkan tangan mengajak berjabat. Senyum manis merekah ia berikan untuk teman pertamanya, tapi tetap saja wajahnya belum berpaling dari si makhluk yang tetap anteng mendengkur.
"Araaaa... Kagura chan? Jangan terpana seperti itu. Dia adalah Okita Sougo, murid terpintar di kelas kami. Walaupun dia tertidur, tapi telinganya masih berfungsi mendengarkan perkenalanmu tadi. Neee.. Okita san?"
"Apanya yang terpana? jika dia memang murid terpintar disini, mengapa ia tidak menggunakan otaknya untuk tidak tidur dikelas aru? Dia pikir ini ruangan pribadinya HAH? Semua orang bersusah payah sekolah dia hanya-" Kagura yang notebene adalah gadis cerewet bersuara nyaring langsung mencak mencak melihat situasi seperti ini. Tentu saja ini mengambil alih perhatian seisi kelas.
"Ah sudahlah Kagura chan.. jangan membuat masalah dengannya.. kau belum mengenal dia kan?" kata Soyo was was, ia berusaha meredakan amarah Kagura dengan menepuk nepuk tangannya dan mengajaknya ia duduk.
"Okita kun.. minna... ayo sekarang kita mulai belajar.." Katsura sensei segera memulai pelajaran dengan membuka lembaran buku. Kagura segera mendaratkan pantatnya dikursi tidak mau memulai hari sekolahnya dengan hal hal aneh..
Tapi hal aneh baru saja mulai. Kagura yang seharusnya duduk manis di kursi justru duduk dengan tidak terhormat di lantai, kakikanya mengangkang keatas karena serangan yang tiba tiba. Rasa sakit yang ia dera di sekitar punggung dan pantatnya. Bangkit dengan susah payah, justru seisi kelas menertawakannya, kontan saja membuat Kagura malu setengah mati tapi malunya itu tidak seberapa besar dibanding amarahnya yang diujung puncak.
"Temeee... apa masalahmu bocah?" Kagura langsung bangkit berbalik dan menendang meja dari kolongnya. Mengetahui dalang dibalik terjungkalnya dirinya, ia langsung menghakimi Okita Sougo sebagai satu satunya tersangka yang menggeser kursinya.
"Woaaaaaa-" mulut menganga semua takjub dengan aksi Kagura. Pikiran mereka serasa di reset ketika melihat kelakuannya, bahkan Katsura sensei memberikan aplause sendiri baginya.
Okita bangun dari tidurnya, membuka eyemask favoritenya dengan wajah datar mengelap darah yang merembes manis di hidungnya. Seketika terdengar histeria kaum hawa di kaca jendela kelas.
"Kyaaaaaaa... Okita senpai...!"
Terdengar mengerikan ditelinga Kagura. Matanya menyipit melihat sekeliling seketika ramai, Hah? Sejak kapan ini menjadi tontonan orang orang? Bahkan mengundang beberapa manusia yang melewati kelas kami.
"Oi nona, bisakah kau sedikit sopan denganku? Kau sudah membuang waktu tidurku.."
Sougo mengamati penampilan Kagura yang berantakan. Siapa dia? Murid berlogat aneh, bercepol dua, bersuara cempreng, dan kekuatan seperti monster. Ah bagian mana yang sensei bilang imut? Jelmaan monster mana yang sensei bilang imut?
"Ya ampun.. bagaimana bisa sekolah ini menerima anak berandalan seperti ini? Nona, disini sekolah bukan pasar.. kau sepertinya tersesat. Preman pasar bukan disini tempatnya." tetap dengan ekspresi datar justru membuat para hawa kembali histeris.
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu! Kau yang tersesat! Ini sekolah bukan tempat tidur! Bagaimana bisa sekolah ini mendidik siswa pemalas sepertimu aru! Kau pasti merengek masuk sekolah karena tidak ada yang menerimamu kan aru?" Teriak Kagura mengatur nafasnya yang berapi api menahan emosi
"Aaaaah... kau benar benar sedang membicarakanmu sendiri bukan? Bukannya kau yang datang ke sekolah ini bersama ayah keritingmu memohon untuk masuk kesini?" Jawaban yang tepat sasaran. Bagaimana ia bisa tahu? Kagura kelabakan. Sougo senyum penuh kemenangan.
"Dan pula, walaupun kau menyebutku pemalas, tapi nilaiku selalu yang tertinggi lho. aku juga tampan dan terkenal.."
"Yaaaaaaa-!" Teriak penonton menyetujui narasi Sougo yang didominasi kaum hawa.
"Sombong sekali, apa hanya itu yang menjadi dirimu tinggi dan mendapatkan segalanya aru. Ahahahaa.. aku berani taruhan, kau bisa seperti ini karena sudah lama sekolah disini, aku bisa merebut itu semua.. hanya dalam hitungan hari aru..!"
"Lakukan saja nona jika kau bisa aku akan tersanjung karena ada yang mampu menyaingiku. Lagipula siapa dirimu? Hanya gadis bodoh bercepol dua berdandan ala china dengan logat anehmu, aru aru?" Sougo menyilangkan kedua tanganya didada. Dia pikir dia keren dengan gaya seperti itu hah? Itu semakin membuat Kagura jijik dan ingin meninju wajah iblisnya.
"Y-yaaa... aku jadi satu satunya yang terabaikan disini. Baiklah Kagura, Okita, perkenalan yang menyenangkan bukan, jadi berusalah sebaik mungkin tahun ini. Jangan bertengkar terus, kita kapan belajarnya? Yoo.. kalian akan menjadi muridku yang sama sama keras kelapa, apa mungkin kalian berjodoh ya?" Tegur Katsura sensei dengan berlagak berpikir.
"TIDAK MUNGKIN!" jawaban mereka serempak membuat kedua pandangan mereka serasa diisi ribuan volt listrik yang berkilat kilat. Demi apapun Kagura akan memasukan wajah orang dihadapannya di kamus death note nya. Bagaimana dengan Sougo? Dia tersenyum menyeringai. Antara senyum penuh licik dan kebusukan, walaupun wajahnya tetap saja datar.
"Tidak mungkin janai Katsura sensei da!" terdengar teriakan memekik dari mulut sang guru.
"Aaah.. sepertinya aku mendapatkan mainan baru.." ucap Sougo pelan sebelum ia mengakhiri perdebatan sengit dengan duduk perlahan dikursinya. Memulai tahun ajaran dengan murid pindahan di kelas yang sama.
.
.
.
.
Setelah jam bel pulang sekolah berbunyi, terdengar sorakan bahagia seisi kelas. Mengakhiri pelajaran yang menguras otak, pelajaran fisika di jam jam terakhir berasa jam jam neraka. Belum lagi perut keroncongan menahan lapar karena Kagura melewatkan waktu istirahat begitu saja karena Soyo antusias mengajaknya berkeliling. Awalnya ia menolak, karena perutnya meminta jatah tapi tatapan dari kedua makhluk dikelasnya mengurungkan niatnya.
Dia harus pergi ke kantin sekarang! Mereka tidak tahu bahwa porsi makanan Kagura adalah super double, dan bagaimana jika ia benar benar kelaparan? Satu kantin mungkin belum bisa mengabaikan nafsu laparnya.
Jika diingat ingat kejadian siang tadi memang menguras emosi dan tenaganya..
Beberapa jam yang lalu saat istirahat tiba..
"Tidak tahu berterima kasih. Seharusnya kau merasa terhormat bisa berteman dengan Hime sama." ujar Sougo saat istirahat tiba melihat Kagura menolak ajakan Soyo. Tentu saja Kagura mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Apa masalahmu? Kau menguping ya?" decak Kagura kesal. Lagi lagi makhluk ini yang membuat moodnya hilang.
"Hime sama.. lebih baik kau berteman dengan yang lain saja, aku takut pikiranmu terkontaminasi dengan tingkah biadab monster ini.." ucapnya sekenanya. Ia masih tidak mau beranjak padahal dia hanya satu satunya laki laki yang belum keluar dari kelas. Ah memang ada sih, satu makhluk kacamata bertubuh manusia mirip seorang lelaki masih duduk dimejanya.
"EHMM.. Apa maksudmu makhluk kacamata bertubuh manusia konoyaro!" Ujarnya memecah perdebatan yang tak ada ujungnya, menghampiri pergulatan di tengah kelas.
Mereka menatap dengan, ada apa sih denganmu?
"Hehehe.. gomen gomen, mungkin itu hanya suara dari dimensi lain. Ya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Shinpachi Shimura. Ketua kelas 3-Z" katanya sambil berbenah diri membenarkan kacamatanya yang merosot.
"Kupikir kau karakter tambahan yang tak berguna di kelas ini." celetuk Kagura membuat perempatan siku siku muncul di dahi Shinpachi.
"Kasar sekali gadis ini..." gumamnya menahan emosi. Ah lupakan. Dia meningkatkan wibawa ketua kelas dengan berdehem lebih keras lagi.
"Tidak keren. Kau pikir dengan berdehem dan menaikan kacamatamu itu membuatmu terlihat keren dan wibawa. Tidak keren sama sekali." Kagura dengan cuek menatap malas kearah Shinpachi yang semakin kesal dengan perkataannya. Ah darimana ia bisa membaca pikiranku, gumam Shinpachi. Ia semakin kehilangan harga diri dan frustasi sendiri. Mengetahui akan ada cikal bakal penerus Sougo, master sadis part 2 ia hanya mengelus dada.
"Ah aku mohon kalian untuk tidak membuat keributan seperti tadi lagi.."
"Yoo Soyo chan.. kau mau mengajakku berkeliling kemana?" tanya Kagura beranjak dari kursinya. Soyo sumringah dan langsung menarik tangan Kagura keluar dari kelas antusias. Seorang gadis sekelasnya mengekori mereka, ah sedari tadi dia hanya diam saja seperti sedang memata matai.
"OI MENGAPA HANYA AKU YANG DIABAIKAN HAAAAAH?" Shinpachi berteriak dengan gaya tsukominya menghentak hentak kaki saking kesalnya.
"Menyakiti Hime sama sama saja dengan mati. Kau tahu, kami adalah kaum elite yang bersekolah ditempat elite dan bergaul dengan orang elite dan berbicara dengan nada elite.." ujarnya dingin.
"Araaa.. Nobume chan? Sepertinya moodmu sedang baik bisa berkata sepanjang itu.." tanya Soyo penuh keheranan, sahabat baiknya itu tak biasanya mengucap panjang lebar karena karakternya yang dingin dan tak banyak bicara.
"Aku hanya membaca email dari Isaburo. Dia mengkhawatirkanmu." jawabnya tanpa menoleh.
Kagura semakin tidak mengerti, mengapa banyak orang memperhatikan dan memperlakukan Soyo seperti puteri keraton saja? Lalu apa dengan nama panggilannya tadi, Hime sama? jangan jangan dia benar benar puteri raja yang sedang menyamar menjadi seorang siswa sekolah. Memang dilihat lihat, penampilan Soyo chan berbeda dengan yang lainnya. Tampilannya selalu fresh, bajunya rapih dan wangi, kulitnya sehat putih bersih begitu juga helaian rambutnya yang selalu tertata.
"Kalian.. bisakan hentikan ini. Aku sudah beberapa kali bilangkan, tolong jika di sekolah perlakukan aku seperti siswa yang lainnya. Aku tidak mau diperlakukan beda itu saja membuatku risih, Okita san, Nobume chan. Dan jangan panggil aku Hime sama lagi." Soyo cemberut kesal dengan perlakuan ekstrim kedua temannya. Kagura hanya melongo seakan menjawab pertanyaan dalam pikirannya. Soyo bukan orang sembarangan..
"Ya aku hanya memperingatkan orang tak berguna ini menganggu ketenangan dan kenyamanan anda. Tak kan kubiarkan pikiran dan ucapanmu kotor seperti monster china disebelahmu." kata Sougo sambil berlalu pergi dengan wajah tak berdosa, Kagura sudah tidak tahan lagi menahan amarah sejak tadi. Sebenarnya dia tidak mau meladeni sang master sadist yang selama pelajaran menganggunya. Apalagi saat pelajaran Matematika, pelajaran yang sangat dibencinya dia memilih mengabaikan rumus rumus yang membuat otaknya tercekik dengan melamun tapi kesempatan ini dipakai Sougo untuk mengerjainya.
"Siapa yang bisa menjawab?" Tanya Tsukuyo sensei pada murid muridnya sesaat setelah memberikan satu soal cerita. Sougo langsung mengangkat tangan menunjuk Kagura yang anteng melamun.
"Sensei.. dia sudah berpikir keras sejak tadi untuk menyelesaikan soal itu. Bagaimana jika kita menghargai usaha kerasnya itu?" Sougo dengan sangat cuek menendang nendang kursi Kagura dengan ujung kakinya.
Lantas saja Kagura berdiri dan hendak memaki Sougo tapi tertahan oleh Tsukuyo sensei,
"Araaa Kagura chan? Kau ingin menyelesaikan soal ini? Ah kau benar benar murid pindahan yang baik. Silahkan maju kedepan.." sensei memberikan spidolnya dan membiarkan Kagura maju dengan gugup. Oi ada apa ini? Dia hanya melotot pada Sougo yang memasang foker facenya dengan tenang. Giginya menahan amarah sampai sampai terdengar gesekan kedua gerahamnya.
Tatapan sensei membuat bulu kuduknya berdiri, ah dia tahu dari Soyo chan bahwa sensei ini adalah sensei yang paling galak. Dia tak masalah anak didiknya tak berhasil menjawab soal tapi akan sangat bermasalah jika tak memperhatikan. Bisa bisa sebuah jangka ia lemparkan padanya.
"Aku benar benar sudah tidak tahan lagi aruuuu...!" Kagura mengejar Sougo yang mulai melangkah menjauhinya, ia benar benar sudah kesal dengan tingkah laku Sougo membuat dirinya dihukum berdiri didepan kelas karena tak bisa menjawab soal diberikan sensei. Dasar licik! Benar benar licik!
"Kau pikir aku sampah yang bisa mengotori pikiran orang lain HAH? RASAKAN INI...!" Kagura menendang bokong Sougo keras sekali sampai siempunya tersungkur mencium sebuah tong sampah dihadapannya. Dengan wajah penuh kemenangan, Kagura membawa sapu dan membersihkan Sougo seperti sampah yang berserakan dan memasukannya ke dalam bak sampah.
"BRENGSEK! TUNGGU PEMBALASANKU CHINA SIALAN!" Sougo berteriak hendak mengejar Kagura yang langsung terbirit birit pergi darisana, tapi apadaya kerumunan para gadis membuatnya tak bisa beranjak jauh.
.
.
.
.
Markas Shinsengumi pukul 21.00
Setelah rapat penting berakhir, beberapa pria dewasa berseragam polisi itu membubarkan diri dengan diiringi keheningan yang membisu. Semilir angin yang dihasilkan oleh AC pun tidak dapat menetralisir keadaan yang memanas. Bulir bulir keringat terus saja menetes di wajah Komandan Shinsengumi, Kondo Isao.
"Kondo san.. tak perlu kau berlebihan seperti itu. Bukankah ini tugas kita untuk menjaga serta menyelamatkan semua warga Edo? Meskipun taruhan nyawa sekalipun, bahkan jauh sebelum ini terjadi kita sudah mengetahui resiko seperti ini kan? Jadi untuk apa kita takut. Kita hidup dan mati di medan perang, bukan begitu Kondo san?" tanya sang wakil komandan, Hijikata Toushiro. Menghisap beberapa rokok membuat sedikit beban beban sebagai polisinya terangkat. Dia hanya memijit keningnya yang terasa pusing. Ah dia benar benar butuh istirahat yang cukup. Tingkat kejahatan akhir akhir ini meningkat..
Beberapa bulan yang lalu, terjadi insiden bom bunuh diri yang meledakkan sebuah bandara. Tentu saja banyak warga sipil yang menjadi korban bahkan beberapa tewas ditempat. Hal itu dipicu oleh teroris yang ketahuan akan meletakkan bom oleh seseorang sehingga ia mengancam akan meledakan bersamanya. Entah apa yang direncanakan orang itu, yang pasti kerusuhan itu akan terjadi lagi. Seorang mata mata polisi berhasil mendapat informasi bahwa beberapa teroris akan melakukan peledakan di beberapa tempat.
"Ah kau benar Toshi, aku tidak pernah mempersalahkan bagaimana aku bertahan hidup atau bagaimana jika nanti aku mati.. tapi yang aku khawatirkan mengapa sampai saat ini...-" ucapan Kondo san tertahan seperti menahan tangis ia menutup wajahnya lemah. Memandang kertas yang diduga strategi pengepungan teroris hasil rapat tadi.
Aku tahu apa yang kau rasakan Kondo san, pasti kau sangat mengkhawatirkan kami, prajurit dibelakangmu. Kami bersamamu Kondo san, jangan pernah takut bertarung sendirian.. kami disini, Shinsengumi. Gumam Hijikata sambil menepuk pundak komandannya memberikan sedikit ketenangan.
"Mengapa saat ini... hiks, Otae chan tidak mau menikah denganku? Dia selalu menolak semua lamaranku? Padahal aku sudah diambang kematian.. Toshi.. bagaimana ini? Bagaimana nasib cintaku? Otae chaaaaaaan..." Kondo meraung memanggil nama pujaann hatinya yang tak juga luluh hatinya. Memukul mukul meja seperti balita yang kurang uang jajan. Jika dia terus seperti itu, harga diri seorang komanandan merosot tajam.
Hijikata memandang horor. Dia benar benar sudah menyalahi pikirannya, ia langsung merebut kertas yang dipandangi Kondo san.
Sebuah kertas penolakan dari gadis kabaret pujaannya, "MATI SAJA!" Singkat. Padat. Menyakitkan. Terkadang ia juga berharap sang komandan mati saja, ah maksudnya mati hatinya dalam artian menyerah pada gadis yang dicintainya agar fokus dalam pekerjaan.
Tiba tiba suara ringtone handphone milik Hijikata berdering keras di saku bajunya. Dia mengerutkan kening muncul empat siku siku di dahinya,
"MATI KAU HIJIKATA SIALAN, MATI KAU HIJIKATA SAN, MATI KAU HIJIKATA SIALAN.." rekaman suara datar yang sangat ia kenal mendadak menjadi ringtone handphonenya. Sejak kapan adik iparnya yang selalu menyumpahi mati mengotak atik barang pribadinya? Dia benar benar sudah kehilangan akal sehatnya. Berhadapan setiap hari dengan adik iparnya saja membuat pusing setengah mati, apalagi teror teror menyebutkan untuk ia segera mati selalu terngiang dikepalanya. Menghadapi komandannya yang cukup gila, belum dia sering kerepotan dengan tugas tugas Shinsengumi lainnya..
Dia seperti benar benar ingin mati saja.
"Halo!" Bentaknya mengangkat telepon tanpa melihat layar siapa yang menelpon. Kekesalannya terlalu menumpuk hingga sang penelpon jadi sasaran empuk pelampiasannya.
"A-aa-h Toushiro s-a-n..? apa aku menganggu-mu?" Tanya orang diseberang telepon dengan nada lembut namun tak bisa menyembunyikan kekagetan karena dibentak olehnya. Menyadari siapa yang menelpon, mendadak wajah iblisnya menjadi gugup menahan rasa bersalah.
"Aaa..hh.. Mitsuba.. maaf aku tak bermaksud membentakmu.." ujar Hijikata menahan keki seketika ia menurunkan nada ucapannya hingga oktaf terendah., tentu saja ia hanya melakukan ini pada satu orang, isteri tercinta Mitsuba Okita.
"Apa ada masalah disana? Apa aku menganggu pekerjaanmu?" Tanyanya penuh perhatian, ah jangankan marah, menyinggung masalah tadi saja sama sekali tidak. Hijikata merasa orang satu satunya yang beruntung memiliki isteri sebaik Mitsuba.
"Maaf aku menganggumu.. aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik baik sajakan? Toushiro san tidak mengabariku hari ini. Aku jadi semakin khawatir.. Kau sudah makankan? Tidur yang cukup malam ini, oke?" Ah suara lembut Mitsuba membuat angan angannya melayang seakan semua kekesalan terbuang percuma. Tak habis pikir, isterinya adalah seorang bidadari berhati mulia yang selalu mendoakan suami hal hal yang baik agar terus semangat bertahan hidup, sedangkan adiknya Okita Sougo seperti iblis berhati kotor yang selalu mencelakainya. Perbandingan yang kejam bukan?
"Terimakasih perhatianmu, Mitsuba. Maaf bukan bermaksud mengabaikanmu, tapi hari ini aku benar benar sibuk, aku belum sempat mengabarimu. Tapi... Aku tidak bisa pulang lagi.. Mitsuba. Kau baik baik sajakan disana? Jika terjadi sesuatu yang menganggumu, langsung saja hubungi aku.." semburat pink mewarnai kedua pipi sang wakil komandan membuat Kondo san semakin menjerit iri. seperti melihat pelangi ditengah mendungnya langit.
"Syukurlah.. kau baik baik saja. Ah disini ada Sou chan yang akan menjagaku. Kau tak perlu mengkhawatirkanku... Ah kalau begitu, selamat malam, Oyasumi."
"Sering sering tidak pulanglah Hijikata san, rumah ini berasa surga dunia tanpa kehadiranmu perusak suasana!" Ujar pemilik suara datar itu berteriak di seberang handphonenya.
Anak ini... harusnya aku yang berkata seperti itu! Dia lah yang perusak suasana! Kau seperti api neraka yang menyambar-nyambar keluarga kecil kami! Aku yakin saat ini pasti Mitsuba sedang mencubit adik kesayangannya itu.
Hijikata menutup handphonenya dan diam diam menatap layar wallpapernya. Wajah isteri tercintanya tersenyum ringan menampakan kecantikan yang luar biasa, ya memang seharusnya gambar itu yang muncul tapi entah sejak kapan wallpaper berganti menjadi "KEEP CALM AND DIE HIJIKATA" sudah seperti ini, Hijikata tidak akan bisa tidur karena benar benar merasa gila.
"SOUGOOOO!"
.
.
.
'Sebuah ledakan besar terjadi di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Kepanikan menyelimuti seluruh warga Edo. Gintoki dan Kagura membantu dalam keadaan yang berbeda, tapi justru membawanya kedalam sebuah kemalangan yg berkepanjangan. Sial atau beruntung? (Sial atau beruntung? -CH2-)
To be continue..
Yattaaaaaaa...! Senangnya bisa ikut bergabung ke fandom gintama terutama Okikagu. fanfic ini pasti masih jauuuuuuuuuuuuh dari kara sempurna, cerita awal memang kilse karena ini adalah fanfic pertama saya dengan bahasa baku dan EYD yang salah kaprah mohon dimaklumi saja, eh jangan di maklum maksud saya jika para senpai mau memberikan masukan dan saran saya akan merasa tersanjung.
PS: Dan bener bener ngulik gugel belajar cara update ff di situs ini. Banyak yang bikin aku gagal paham o
sampai bertemu di chapter berikutnya, bye bye~!
Azumi chan*^O^*
