Warning!! : AU, dan banyak yang tidak jelas DX
Rate : T
Genre : Angst, mungkin akan berubah sesuai kondisi dan situasi.
Summary : Siapa yang tidak kenal dengan Konoha. Negri dengan pasukan Ninja yang katanya nomor wahid. Namun siapa juga yang sangka kalau negri para Hokage ini memiliki banyak musuh?
--xx—
B L U E B L O O DBy : Seyren Windsor
P R O L O G U E--xx—
Bangun subuh-subuh dan pergi bekerja pagi-pagi sekali adalah rutinitas seorang Uchiha Itachi. Menjabat sebagai ketua pasukan khusus ANBU menuntutnya melakukan hal itu berulang-ulang, tidak peduli betapa muaknya ia dengan semua itu; dengan hal-hal mengenai politik negaranya, kampanye pemilihan Hokage mendatang, arsip-arsip keamanan, para buronan kelas S. Ia benci semua itu. Itachi adalah pria yang cinta ketenangan. Hidup di sebuah pondok dibawah pohon di pinggir sebuah padang rumput, berkemah di pinggir sungai, sudah cukup untuk dapat diartikan sebagai surga baginya. Namun bukan berarti juga ia adalah pria yang pengecut dan lemah. Jabatannya sebagai ketua pasukan khusus AMBU cukup untuk membuktikannya-well, biarpun sebenarnya ia tidak pernah menginginkan jabatan itu.
Ketua pasukan khusus ANBU periode lalu, yang adalah almarhum ayahnya-lah yang punya andil besar dalam jabatannya sekarang. Saat periode jabatannya hampir habis, ayahnya secara sepihak telah memilih anak sulungnya itu sebagai penggantinya. Sudah menjadi rahasia umum di Konoha bahwa ANBU merupakan warisan turun-temurun bagi clan Uchiha. Karena nenek moyang mereka, Uchiha Madara-lah yang mula-mula membuat satuan khusus ANBU.
Fugaku sama sekali tidak pernah bertanya kepada Itachi tentang kesediannya duduk di jabatan itu. Ia bukan tipe orang tua yang suka meminta pendapat anaknya. Mungkin dapat dikatakan Fugaku adalah contoh otoriter sejati. Otoriter dalam segala hal, jabatannya, dan keluarganya. Itachi juga bukan seorang pembangkang. Ia adalah anak yang selalu menuruti perkataan Fugaku. Betapapun ia tidak suka dengan hal-hal yang diperintahkan kepadanya, ia tidak akan pernah berkata tidak. Bagi Itachi berkata tidak hanya akan membuat suatu masalah baru. Ia tidak pernah mau repot dengan masalah-masalah yang menurutnya sepele seperti itu.
Hari itu Konoha sangat padat. Baru pagi-pagi saja jalanan utama di Negara Kota itu sudah disesaki ratusan orang dengan berbagai tujuan. Orang-orang itu umumnya adalah para pekerja yang mempersiapkan 'Konohafest' festival besar 5 tahun sekali yang diadakan seminggu lagi di untuk memperingati berdirinya Konoha. Perjalanannya hari ini akan sangat melelahkan, pikir Itachi. Sebenarnya ia bisa saja menempuh 'Rute Cepat' dari atap-atap gedung yang tak kalah ramai dengan orang-orang di jalanan. Tapi menurutnya akan lebih baik bila ia berjalan kaki seperti rakyat biasa. Dengan begitu ia bisa sekaligus melihat persiapan festival dan memantau keamanan di Konoha secara langsung. Lagipula menghirup udara pagi sesekali itu bagus, pikirnya.
Dengan berjalan kaki seperti itu, perjalanan yang biasanya hanya 1 menit dari 'Rute Cepat' menjadi lebih lama 20 menit. Sampai di depan sebuah pohon oak raksasa di belakang gedung Hokage, ia berhenti sementara kedua tangannya bergerak cepat membentuk sebuah seal yang cukup rumit. Lalu ia tinjukan tangannya ke pohon oak tua itu. Kemudian di hadapannya tiba-tiba terbuka sebuah pintu rahasia dengan tangga menuju kebawah di baliknya. Ia berjalan turun, lalu masuk ke pintu yang di depannya dijaga 2 orang pasukan ANBU yang tidak menggunakan topeng mereka. Menurut mereka, percuma menyembunyikan wajah di kantor keberadaannya rahasia ini. Itachi pun tak banyak berkomentar tentang hal itu. Padahal, dibawah pimpinan ayahnya dulu, membuka topeng di kantor merupakan pelanggaran keras.
Ia masuk ke pintu itu. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan bulat hampir sebesar alun-alun Konoha, yang disekat-sekat menjadi beberapa ruangan yang cukup besar pula. Itachi melangkah lurus melewati sebuah lorong gelap nan panjang. Lalu berbelok ke kiri memasuki ruang Pemeriksaan Scroll Kuno. Di dalamnya ada 2 orang sedang memeriksa sesuatu.
"Pagi, Itachi-sama." Seseorang tersenyum 'manis' sambil menyapa Itachi. Di tangan orang itu terdapat tumpukan besar scroll-scroll besar berikatkan pita merah, tanda itu merupakan arsip penting.
"Pagi, Sai." Balas Itachi seraya terus melangkah mendekati lawan bicaranya itu. "Bagaimana perkembangan penyelidikanmu tentang kasus hilangnya blue-print Konoha? Apa kalian berhasil menemukan pelakunya?'
Sai tersenyum tanpa arti. Ia kemudian meletakkan seluruh scroll ditangannya, lalu mengambil satu yang paling kecil. "Lihat ini, Itachi-sama." Kata Sai sambil terus tersenyum.
"Orang itu namanya Kakuzu, 54 tahun. Dulu ia adalah seorang Perdana Menteri di Sunagakure, namun ia diberhentikan secara tidak hormat oleh Kazekage terdahulu karena memanfaatkan harta Sunagakure untuk dirinya sendiri. Dugaan kami sangat kuat ia atau orang suruhannya lah yang mencuri blue-print Konoha 3 hari yang lalu." Terang orang gendut yang sedari tadi berada di samping Sai. Orang itu kemudian berlangkah menuju lemari penyimpanan, dan mencari sesuatu.
Itachi dari tadi hanya diam memperhatikan dengan sangat seksama. Kakuzu, ia kenal nama itu. Salah satu dari buronan kelas S yang kepalanya dihargai hampir 100 milyar Yen di setiap buku bingo berbagai negara.
"Lihat ini, Itachi-sama." Orang gendut tadi memberikan sebuah scroll lagi kepada Itachi. "Itu adalah copy dari surat permintaan blue-print Konoha yang kami dapatkan dari sumber yang terpercaya, dan lihat dibawahnya. Kau akan menemukan sebuah nama lagi."
"Orochimaru? Dia melakukan permintaan pembelian blue-print Konoha kepada Kakuzu?" Wajah Itachi sedikit menampakkan ekspresi terkejut.
"Kami juga tidak paham, Itachi-sama. Untuk apa Orochimaru melakukan itu, padahal blue-print itu kan hanya sekedar map untuk saluran air Konoha." Komentar orang gendut berambut merah acak itu. Sai hanya tersenyum saja.
Hening sejenak…
"Kau salah, Chouji." Tiba-tiba Itachi berbicara. "Blue-print Konoha juga merupakan map untuk pintu masuk rahasia menuju Konoha, dan juga merupakan map pembangunan pondasi Konoha ini. Kau tentu tahu kasus pem-boman berantai beberapa bulan lalu yang hampir saja membuat Konoha rata dengan tanah. Orang itu tahu seluk beluk pondasi rahasia Konoha." Itachi lalu menatap kedua bawahannya dengan serius, "Akan sangat berbahaya bila blue-print itu jatuh ke tangan orang yang salah. Konoha akan sangat mudah diserang bila ada yang menemukan pintu rahasia itu." Ia terdiam sejenak dan melihat ke scroll tadi. Kemudian ia melanjutkan perkataannya, "Konoha sekarang dalam keadaan gawat darurat. Beritahu hal ini kepada Hokage-sama. Sai, kuperintahkan kau untuk memimpin pasukan khusus yang bertugas mencari blue-print itu dengan cara apapun dari tangan Orochimaru maupun Kakuzu. Kumpulkan 4 orang dari masing-masing pasukan elit, lalu kembali melapor kepadaku. Segera laksanakan!" Perintah Itachi tegas.
"Siap Itachi-sama, aku akan segera pergi ke kantor Hokage!" Chouji lalu menghilang dalam kepulan asap.
"Segera dilaksanakan, Itachi-sama." Sai kemudian mencair menjadi tinta sebelum akhirnya juga menghilang.
* * *
Wajah Itachi tampak sedikit keruh. Pagi belum juga beranjak menjadi siang. Ia kini ada di menara pertahanan Utara. Ia berdiri tepat di puncaknya. Tangan kanannya menyingkap helaian rambut di depan keningnya, memberi ruang bagian itu agar dapat terkena terpaan angin.
Hari di akhir musim semi ini tidak terlalu panas, tapi Itachi sedari tadi berkeringat cukup banyak. Mungkin bukan karena suhu udara, melainkan beban pikiran yang sudah membombardir otaknya sejak tadi pagi. Masalah blue-print Konoha yang hilang itu itu cukup menjadi sesuatu yang bisa membuatnya berpikir sangat keras, lebih keras daripada saat ia memikirkan sesuatu seperti apa yang diinginkan 'wanita'-well, biarpun Ia punya wajah dan jabatan yang cukup untuk membuat kaum hawa seisi Konoha tunduk kepadanya, percayalah padaku, pengetahuannya akan wanita itu nol besar!
Otaknya berpikir lebih keras seribu persen lagi saat ia mendengar nama Orochimaru. Sebenarnya bukan Orochimaru lah yang kini mengisi kepalanya, namun Sasuke. Berbicara tentang Orochimaru di hadapan Itachi berarti mengingatkannya akan kepergian satu-satunya saudara kandungnya itu untuk 'berguru' pada sannin pe.
Kini nama itu, Sasuke, bergaung memantul ke sana ke mari di dalam otaknya. Dia sedang dimana? Bagaimana kabarnya? Apakah ia baik-baik saja? Kapan ia akan kembali ke Konoha? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terdengar berulang kali seakan direkam oleh kaset dan diputar tanpa henti. Uchiha Itachi benar-benar mencemaskan adik kesayangannya itu. Bahkan melebihi kecemasannya terhadap keselamatan dirinya sendiri, maupun Konoha.
Ia juga tidak habis pikir, bagaimana Orochimaru bisa mencuci otak adiknya. Sasuke, yang dulu manja, cengeng, ingusan, payah, bisa berubah drastis dalam 2 tahun. Kini Sasuke menjadi dingin, tak berbelas kasihan, bahkan bisa dibilang mengerikan! Betapapun perih tubuhnya saat di-Chidori Sasuke setahun yang lalu, masih lebih perih lagi luka menganga di hatinya yang tersayat-sayat terus-menerus, setiap hari, setiap saat, yang diiris secara keji oleh nama itu,-Sasuke.
* * *
"Kau yakin akan ikut serta, Sasuke-kun?" Orochimaru bertanya pada pemuda yang tersembunyi dibalik bayangan kelam ruang tak berlampu itu. Lidah ularnya menjulur kemana-mana, tapi lawan bicaranya, maupun asistennya, Kabuto sama sekali tak merasa jijik. Mereka sudah terbiasa dengan kelakuan Orochimaru yang konyol itu.
"Ya, aku yakin." Sasuke menjawab singkat dengan ketus.
"Tapi, Sasuke-kun, kondisimu masih dalam pemulihan. Akan sangat berbahaya bila kau kembali kehabisan chakra seperti beberapa waktu lalu." Orang berkacamata di samping Orochimaru menyela pembicaraan.
"Aku tahu itu. Tapi aku beritahu kau, aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"Hohohohoho, aku suka sekali orang yang bersemangat sepertimu, Sasuke-kun. Kabuto, kau tidak perlu mencemaskan Sasuke-kun. Ia adalah shinobi yang kuat. Ia bisa menjaga dirinya sendiri." Orochimaru berkata sambil melilitkan lidah-lidah panjangnya ke tubuh Sasuke. Tak jelas maksudnya untuk apa.
"Ba-baik, Orochimaru-sama." Kabuto kemudian bersimpuh. "Kalau begitu, saya mohon diri. Ada pekerjaan yang belum saya selesaikan, Orochimaru-sama." Dan ia menghilang dalam kepulan asap.
Orochimaru tak menatap sedikitpun ke Kabuto yang baru saja pergi. Ia hanya terus menerus menjilati sekujur tubuh Sasuke.
"Orochimaru, tidak usah berlama-lama. Lakukan saja yang seharusnya kau lakukan sekarang." Nada bicara Sasuke seakan-akan memerintahkan Orochimaru melakukan sesuatu.
"Baiklah kalau itu maumu, Yang-Mulia-Sasuke." Orochimaru menyeringai, lalu lidah-lidah ularnya mengeluarkan gigi-gigi tajam. Ia menusukkan salah-satunya ke pundak Sasuke, tempat seal dimana ia memberikan kekuatan kepada Sasuke. Dan kemudian satu per satu lidah-lidah ular itu ditusukkan ke bagian lain.
"Arghh…" Sasuke setengah berteriak, giginya mengatup dengan keras, menahan rasa sakit gigitan ular-ular Orochimaru. Sebelum akhirnya jeritan itu menjadi lepas, yang membuat rembulan di luar pun malu menampakkan dirinya.
--xx--
HAH!! Siap juga akhirnya. Setelah hampir setahun hiatus, akhirnya nulis lagi :D. Saya mohon maaf kalau cerita ini tidak jelas apa maksudnya, sedikit sekali dialog, deskripsi tidak jelas DX maafkan saya!!
Di atas, yang bagian lidah-lidah ular si Bakoro pada tau kan? Itu tuh ular yang keluar dari mulutnya. Kalau bagian yang digigit Bakoro itu, yang seal bulat di belakang leher Sas-gay.
Kritik dan saran diharapkan untuk membuat fanfict dodol ini menjadi lebih baik. Karena itu, jangan segan-segan untuk mengklik tombol review dibawah ini :D
