Author : Nam Rae-in
Cast : Do Kyungsoo (D.O), Kim Jongin (Kai), KaiDo
Support Cast : Cari sendiri :p wkwkwk(s)
Genre : Romance, AU, Fluff, Yaoi, Sad, Angst, Tragedy. Author bingung :D
Length : Masih gelap, hahaha.
Ratting : T = Terserah :D wkwk
N.A : Author rusuh kembali permisa.. siapa lagi kalau bukan Raein.. *Moong.. wkwkwk ini adalah ff pertama YANG SAYA AKUI bener-bener gaje bin abal (?) jadi nih ff itu ceritanya gimana yaa? Author sendiri juga bingung ahahaha :D pokoknya nih ff nista banget deh,:D wkwkwkwk, ini ff entah mau di buat sequel atau enggak, tergantung mood author seeh hahahaha :D baiklah baiklah, intinya ini ff nistaa permisaa.. *iyeh thor, bawel lu ah~! Hohohoho langsung aja deh, happy reading readers.. ;)
N.A Tambahan : Whatever what do you want to be. I just wanna say, please don't be PLAGIAT and SIDER~! 100% dijamin asli dari otak criminal Raein..
Don't Like?
Just Leave~!
NamRaein_1106
—oo—OO—oo—
Dunia nyata boleh tidak masuk akal, tetapi dunia fiksi harus masuk akal. Begitu kata para penyair dan penulis. Lalu bagaimana mereka menjelaskan situasi yang sedang menghimpitku? Situasi di mana aku terjebak di anatara dunia nyata dan fiksi—bisa dikatakan mimpi. Tetapi aku berada dalam keadaan sadar dan menganggap semua ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi dan terlalu tabu untuk sebuah dunia nyata.
—oo—OO—oo—
Sekolah itu sudah sepi sejak satu jam yang lalu. Semua lampu kelas sudah di matikan, kecuali yang terdapat di lantai tiga bagian tengah. Lampu di sana masih menyala karena memang masih ada seseorang yang berada di sana.
Suasana di sepanjang koridor untuk deretan kelas 3 memang terlihat sepi, tapi seperti yang kalian ketahui, masih ada satu kelas yang lampunya masih menyala, yaitu kelas 2-2.
Hanya ada dua orang namja di dalam kelas itu. Baiklah, namja yang satu masih sibuk memandangi sebuah objek hidup di sebelahnya yang tengah tertidur pulas, hanya seperti biasanya namja itu tidak bosan-bosan melakukan hal ini, bahkan bisa dikatakan sebagai 'candu'.
Seorang namja yang tengah memperhatikan 'objek hidup' itu menempati meja di dekat jendela, tepat di barisan ke-3 dari belakang.
Kim Jongin duduk bersandar di kursi dengan kedua tangan ia lipatkan di atas meja dan menyanggah kepalanya di atasnya. Seulas senyum tidak ada bosannya ia uraikan menjadi senyum manis. Pergerakan kecil ia lakukan pada tangannya.
Sekarang, tangan kanan Jongin tengah membelai seulas surai lembut berwarna coklat caramel dengan lembut, sangat lembut karena takut, sedikit saja pergerakan yang ia buat dapat membangunkan seorang yang tengah tertidur di sebelahnya ini.
Entah apa yang membuat Jongin tergugah. Seulas senyum jahil mengembang begitu saja di kedua sudut bibirnya. Perlahan ia melepaskan belaian di surai itu dan mulai mencondongkan kepalanya menuju pipi seseorang yang tengah tertidur itu.
"Emm.. Kim Jongin jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan~!"
Sial, deru napas Jongin membangunkannya. Jongin hanya bisa menahan posisinya dan tanpa bergerak seinchipun, entah kenapa posisinya sekarang membeku, Jongin tertangkap basah, baiklah Jongin mengaku, ia tidak beruntung kali ini.
Do Kyungsoo duduk bersandar di kursi dengan kedua tangan yang mengucek matanya kemudian memposisikan kedua tangannya menyilang di dada. Keningnya berkerut dan matanya menyipit, sekedar membiasakan retinanya dengan cahaya kelas yang terang.
Kyungsoo memutar bola matanya menatap Jongin. "Mana yang lain?" tanya Kyungsoo dengan satu alis terangkat.
"Sudah pulang." Jawab Jongin enteng.
Mata Kyungsoo mengerjap satu kali, dua kali, barulah ia mengerti apa arti kata yang dilontarkan Jongin tadi.
Dengan gerakan tiba-tiba, punggung Kyungsoo bangkit dari sandaran kursi dan menatap kedua manik Jongin dengan lekat. Sementara Jongin hanya menatap Kyungsoo dengan tatapan berhenti-menatapku-Kyungsoo.
"Astaga Jongin! Jam berapa sekarang?!" tanya Kyungsoo dengan tergesa-gesa. Nadanya sedikit berteriak, membuat objek yang mendapat pertannyaan hanya memutar bola matanya malas.
Jongin sedikit mengubah posisinya untuk melihat jam yang terpasang di pergelangan tangan kananya. "Jam setengah sembilan malam." Jawab Jongin.
Kyungsoo kembali menyandarkan punggunya di kursi. "Sial, aku ketiduran lagi tepi, hey Kim Jongin! Kenapa kau membiarkan aku tertidur saat tambahan kelas malam berlangsung?!" gerutu Kyungsoo sebal.
Sementara Objek yang di kenai sangsi hanya menyunggingkan seulas senyuman kemudian bergumam. "Chagi-ya, siapa yang tega membangunkan malaikat yang tengah tertidur heum?" jawab Jongin sedikit menaikan kedua alisnya. Baiklah, bukan Jongin namanya kalau tidak berhasil membuat pipi Kyungsoo merona.
Kyungsoo hanya terlihat salah tingkah dan tersenyum sedikit kaku. "Astaga Kim Jongin, jangan menggodaku sekarang." Ujar Kyungsoo memperingatkan Jongin.
Sementara Jongin hanya tertawa puas kemudian memutar pandangannya menuju tebaran soal-soal yang berada di mejanya. Dengan tatapan serius Jongin mulai menggoreskan ujung pensilnya ke atas kertas tersebut. Dari sisi samping terlihat bahwa Jongin sangatlah tampan.
Kyungsoo mencondongkan badannya dan melihat apa yang sedang Jongin lakukan. Dengan kedua tangan yang ia lipatkan di atas meja dan menggunakan tangan sebagai bantalan dagunya. Hening sejenak, karena Kyungsoo sedang memperhatikan aktivitas Jongin.
Kening Kyungsoo berkerut dan matanya menyipit menatap lekat-lekat setiap lembaran-lembaran soal yang sedang Jongin kerjakan, terlihat Jongin hanya berputar-putar pada satu nomor. Kyungsoo hanya menatap Jongin dengan tatapan datar.
Satu menit, berlalu..
Sepuluh menit berlalu..
Dan, Jongin masih tetap berkutat dengan satu soal yang tidak kunjung ia selesaikan, namun Jongin masih terlihat tenang, tapi tidak dengan Kyungsoo, hanya rasa lelah yang ia rasakan sekarang.
Kyungsoo bangkit dari kursinya kemudian berjalan menuju jendela besar di samping meja guru dan memandang ke bawah, memperhatikan pelataran sekolah yang sudah terlihat sepi. Langit sudah gelap. Ia melirik Jongin yang masih setia dengan soal-soal yang sedang ia kerjakan. Kyungsoo yakin Jongin tidak bergerak satu nomorpun!
Dengan langkah perlahan Kyungsoo kembali memposisikan dirinya duduk di sebelah Jongin. Kyungsoo sedikit menggerakan rahang bawahnya karena melihat Jongin benar-benar tidak bergerak satu nomorpun!
Kyungsoo masih sabar menunggu seorang Kim Jongin menyelesaikan soal—yang Kyungsoo tahu itu adalah nomor terakhir. Sesekali Kyungsoo melihat Jongin menggelengkan kepalanya kemudian mulai meremat kertas corat-coretannya menjadi bola kertas kecil.
Kyungsoo hanya menyunggingkan senyum melihat 'namjachingu'nya bertingkah sangat menggemaskan ketika sedang frustasi seperti ini.
Kyungsoo sedikit menguap dan Jongin tahu itu.
Jongin menarik napas kemudian berdehem tanpa mengalihkan pandangan dari soal-soal yang sedang ia kerjakan sekarang ini. "Chagi-ya, seandainya kau lelah kau boleh pulang duluan, aku masih harus menyelesaikan soal ini, baru aku bisa pulang." Ujar Jongin.
"Aku, tidak selelah yang kau kira Jongin."
Kyungsoo hanya menghela napas kesalnya.
"Baiklah Kim Jongin, coba kita lihat sejauh mana kau menghabiskan kertas-kertas itu hanya untuk satu nomor terakhir." Desis Kyungsoo sambil mengambil pensil di dalam tempat pensilnya dan mengambil secara paksa lembar soal yang berada di depan Jongin saat ini.
Kyungsoo menajamkan pandangannya pada soal-soal dan kertas corat-coret milik Jongin, alis Kyungsoo sedikit terangkat setelah mengetahui kesalahan Jongin, sedetik kemudian ia tertawa dan memutar bola matanya menatap Jongin yang tetap memperhatikan soal-soal itu.
"Hey, kau sedang bercanda Kim Jongin?"
Jongin mengangkat wajah dan menoleh pada Kyungsoo, kedua alisnya saling bertautan menunjukan seulas ekspresi bingung. "Apa maksudmu? Aku sedang bercanda? Ck, bagaimana kalau konteksnya dirubah menjadi kau yang bercanda?" jawab Jongin sedikit acuh.
Kyungsoo hanya mendengus mendengar ucapan Jongin, namun Kyungsoo malah tertawa kemudian, semakin membuat Jongin frustasi. Dengan pandangan dongkol Jongin menarik soal dan kertas corat-coretannya kembali.
"Kau salah pada tahap ini Jongin. Seharusnya kau mengkalikan keduanya barulah kau bisa menemukan hasilnya." Ujar Kyungsoo.
Kyungsoo sedikit mengangkat alisnya kemudian tersenyum kepada Jongin. "Jadi siapa yang terlihat sudah lelah?" tanya Kyungsoo dengan sedikit nada mengejek pada Jongin. Namun, Jongin hanya tersenyum dan kembali fokus pada soal-soal yang sudah ia tuntaskan.
Kyungsoo menatap langit-langit kelas dengan sedikit bosan, berulang kali ia menyibukan diri dengan hal-hal yang menurutnya dapat mengurangi tingkat kebosannannya. Dan beberapa cara yang ia lakukan, setengah gagal setengah berhasil, dan sisanya gagal total.
Jongin tengah membereskan semua kertas-kertas yang berserakan di mejanya dengan perlahan, sesekali ia mengendurkan ototnya yang terasa pegal.
Sayup-sayup Jongin mendengar suara ponsel berbunyi, dengan gerakan reflex Jongin melirik ponselnya yang ia taruh di atas meja, Jongin hanya mengendikkan bahunya ketika mendapati ponselnya tidak melakukan apapun, tetap diam di tempat dengan lampu layar padam.
Dan, oh bagus, ternyata ponsel Kyungsoo tadi yang berbunyi.
Jongin menghentikan aktivitasnya sejenak dan memandang Kyungsoo dengan tatapan aneh. Hah, baiklah Kyungsoo sedang menjentikan jari lentiknya di layar smartphonenya dengan kedua alias saling bertautan dan wajahnya mendadak berubah pucat pasi. Astaga Jongin tidak tahu kenapa dengan kekasihnya itu.
"Dari siapa?" tanya Jongin kemudian.
Tanpa mengalihkan pandangan, Kyungsoo menjawab pertanyaan Jongin. "Dari Chanyeol." jawab Kyungsoo pendek dan segera melempar ponselnya ke dalam tas kemudian secara mendadak ia mengapit lengan Jongin yang tengah membetulkan posisi tas di punggungnya.
Jongin sedikit tersentak. "Astaga, pelan-pelan chagi-ya. Chanyeol? Kenapa dia?" tanya Jongin lagi, kali ini nada Jongin lebih pada nada menyelidik pada Kyungsoo seraya mengimbangi langkah Kyungsoo yang menariknya buru-buru.
Hanya helaan napas panjang yang diutarakan Kyungsoo pada Jongin, kemudian bibir manisnya menjawab. "Sesuai dengan mimpiku dan perkiraan kita kemarin. Kita harus pergi sekarang. Secepatnya."
Seketika Jongin terkejut. "Apa? Kenapa? Jadi? Jangan katakana kalau Luhan.." Jongin sedikit menggantungkan ucapannya ketika mendapati Kyungsoo hanya berhenti melangkah, pandangannya lurus tetapi menerawang, badannya serasa lemas dan hampir saja limbung ke lantai kalau ia tidak menahannya.
Sesaat, Jongin hanya bisa menelan kasar ludahnya, pandangan bola matanya tidak fokus, terlalu banyak yang dipikirkan, napasnya memburu, sama dengan Kyungsoo, tidak ada yang berbeda. Apa yang mereka alami sekarang ini seperti dejavu, persis ketika mereka berada di dalam alam bawah sadar.
"Katakan pada Chanyeol, di mana Baekhyun sekarang."
Kyungsoo hanya terdiam dan tidak berusaha menjawab perintah kategori wajar dari Jongin.
Kyungsoo hanya terdiam ketika Jongin dengan panik mengatakan itu, dan hal ini semakin membuat Jongin yakin, tidak hanya pikirannya saja yang menganggap bahwa dunia nyata boleh tidak masuk akal, tetapi dunia fiksi harus masuk akal. Lalu sekarang mereka sedang berada di dunia mana? Fiksi—bawah alam sadar—atau mereka sedang berada di dalam dunia nyata? Lalu bagaimana jika semua yang terjadi di bawah alam sadar terjadi di dunia nyata?
Sesuatu memang benar sedang terjadi terjadi…
Terawang di dunia fiksi dan benar-benar terjadi di dunia nyata.
...
—oo—To Be Continue—oo—
Terserah ini mau gimana, akhir kata
REVIEW PLEASE~!
