AN Dua chapter dalam satu kesatuan, sebuah fic yang saya dedikasikan untuk semua yang menyukai Sakura dan Sasuke—baik mereka sebagai pasangan, atau individu. Dan percaya bahwa sesuatu yang everlasting itu ada—sekalipun kita terpaut jarak atau waktu, atau bahkan dimensi, cinta mampu menembus batas realitas. Dua sisi dari sebuah kata—yang dibuat dalam bentuk monolog oleh Sakura dan Sasuke. Cinta tak harus berakhir bahagia, bukan?


Heartbroken Sonata

Sakura


-

HOPE

-

Aku boleh memiliki harapan kecil?

Meskipun hanya sekejap saja harapan itu sudah terbawa angin. Meskipun aku tahu harapan itu akan menghilang bagai debu. Meskipun nanti harapan itu akan terpecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang tak terlihat lagi.

Namun, aku boleh berharap, kan?

Kukira semua akan baik-baik saja. Aku dan kamu, di antara kita ada sebuah rahasia kecil. Rahasia yang sebetulnya mengenai kehidupanmu. Rahasia yang sebetulnya menjadi pertanda bagi masa depan.

Seharusnya aku menyadarinya waktu itu. Seharusnya aku segera menghentikanmu. Seharusnya...

Tapi semuanya sudah lewat. Entah sudah berapa lama aku mencoba melupakan dirimu. Mungkin kau tak ingin menanyakan kabarku, tapi aku ingin berkata kalau aku hampir melupakan bahwa kau pernah ada dalam kehidupanku.

Ah, hampir.

Lalu, mengapa saat ini aku berada di pinggir jendela, melamun?

Karena aku belum melupakanmu. Tepatnya, aku tak bisa. Masih ada serpihan kecil dirimu di dasar hatiku, yang siap menghunjam saat aku mulai akan menghapuskan ingatanku akan dirimu.

Hari ini adalah hari yang sama seperti hari itu.

"Terima kasih..."

-

-


-

NAIVE

-

Setiap orang mungkin bermimpi ingin menjadi dewasa, namun aku tak ingin mengambil kedewasaan itu. Yang ingin kembali aku selami adalah masa kecil. Saat kita masih anak-anak yang polos. Masih bersih, tak mengerti apapun.

Naif? Ya, kau boleh bilang aku naif. Kau boleh bilang aku ini kekanak-kanakan, karena tak mau menghadapi realita. Bahwa aku hanya penggemar kisah dongeng belaka. Bahwa aku adalah gadis kecil yang selalu ada dalam buaian orang tua, ada dalam pelukan kasih sayang oleh semua orang, dan mengalami hal-hal yang membahagiakan.

Secercah harapan mulai muncul saat kau mengatakan sekelumit masa lalumu padaku. Namun tidak, itu tak pernah terjadi lagi. Kau akan selalu jauh, jauh, tak tercapai. Meskipun aku berusaha sekuat apapun menggapaimu, mencoba meraih tanganmu.

Sekali saja, aku ingin menolongmu yang terjatuh—kau tak pernah membiarkan aku melakukannya sedikit saja. Apapun yang kulakukan, selalu kaulah yang lebih dulu menyelamatkanku, melindungiku, menjagaku, sekalipun aku menganggap aku sudah melakukan apa yang aku bisa untuk melindungimu. Selalu kau yang melakukannya. Dan tanpa berkata apa-apa, kau kembali berlalu.

Kau tahu? Rasanya sakit. Sakit sekali.

Memang. Aku mengakuinya. Aku tak sama denganmu yang sudah mengalami kepahitan sejak kecil. Kita berbeda. Apa yang menurutku menyakitkan, belum tentu menyakitkan untukmu.

Namun, apa karena itulah aku tak dapat menjadi penopangmu? Apakah karena itu aku tak bisa bersamamu?

"Kau memang menyebalkan."

-

-


-

FIDELITY

-

Empat tahun berlalu begitu lambat sejak hari itu, saat kau memutuskan bahwa kau akan menempuh jalanmu sendiri.

Aku masih di sini. Berjalan dengan kehidupanku sendiri. Memutar roda waktu yang tak akan pernah berhenti. Begitu pula kau. Aku tak tahu kau berada di mana, dan kau juga tentu tak ingin memberitahuku. Karena seperti katamu, kehidupan kita berbeda.

Dan seperti katamu, kita akan memulai kehidupan kita masing-masing. Kau benar. Mungkin kita tak akan pernah bertemu lagi, dan ya, aku sudah siap untuk itu. Hidup ini keras, tak selamanya semua berjalan seperti yang kita inginkan. Aku tahu itu.

Namun kau tak akan pernah tahu. Di balik kehidupan yang keras, aku selalu mengukir dongengku. Aku selalu menyimpan harapanku. Meskipun aku tahu harapan itu setipis jaring laba-laba, meskipun aku tahu harapan itu begitu ringkih dan mudah terbawa angin—kemudian terlupakan.

Aku masih menyimpan harapanku bersama dengan serpihan kecil tentang dirimu, mencoba menuliskan cerita kita. Dengan sedikit harapan yang tersisa. Dengan sekilas kata-kata terakhir yang terus terngiang di telinga. Dengan sedikit bayanganmu yang menghilang saat aku hampir kehilangan kesadaranku.

Bahwa masih ada cahaya di dasar hatimu yang dulu ingin kau kubur dalam-dalam demi meninggalkan kami semua. Aku ingin terus menyimpan kenangan itu, mencoba merangkainya menjadi sebuah dongeng—fantasi tentang bayangan kerinduan dan cinta.

Meski aku tahu itu hanya sekedar khayalan semata.

Namun, aku boleh berharap, kan?

Berharap kau akan kembali lagi setelah kau mengucapkan sepatah "terima kasih" saat itu.

-

-

Ah, ternyata aku masih mencintaimu...

-

-


FIN

"You never find yourself until you face the truth."—Pearl Bailey


Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Silakan lanjutkan ke bagian berikutnya, karena dua chapter ini adalah satu. Heartbroken Sonata: Sasuke

Terima kasih sudah membaca.

©Blackpapillon