Disclaimer: Masashi Kishimoto
Luka: Biarkan Cinta Menyembuhkan
"Jangan mentang-mentang kau sudah mengenalnya sejak kecil, kau bertindak seolah lebih mengenalnya!" seru Sakura.
"Aku memang lebih mengenalnya." kata Karin dengan ekspresi datar.
"Kau!"
"Yo." Suara yang terdengar serak dan rendah itu membuat suara Sakura tertahan di tenggorokan.
Karin berjalan kearah Sasuke. "Mau pulang?"
"Ya. Kutunggu di gerbang, ya. Kulihat tasmu masih belum dibawa."
Melihat dekatnya Sasuke dan Karin, Sakura hanya dapat menggeram kesal, dan kemudian diam-diam meninggalkan tempat itu.
-X-
Selama bisa berada dekat dengan Sasuke, Karin tidak keberatan menyimpan perasaan sukanya. Mungkin didepan gadis-gadis yang menyukai Sasuke ia bisa terlihat seorang yang kuat, tetapi sebenarnya hari demi hari membuatnya merapuh.
Ia selalu menyimpan rasa ini karena... Sasuke masih terlihat menyimpan rasa kepada gadis kecil itu.
Gadis kecil yang pernah menjadi teman kecil mereka juga.
"Kau lama, Karin."
"Hm." Karin membenarkan letak kacamatanya, "Memang kau pikir jarak kelas dan gerbang sekolah itu dekat?"
Sasuke terkekeh pelan. "Yuk."
Mereka berdua berjalan menuju stasiun. Tanpa suara, karena mereka sulit membuka pembicaraan. Bahkan, setibanya di stasiun, mereka duduk disisi yang berbeda.
Karin membaca bukunya, sedang Sasuke sibuk memainkan ponselnya. Beberapa saat kemudian, senyum terukir dibibir Sasuke. "Hei, dia sudah kembali."
"Hn? Siapa?" tanya Karin, terlihat tidak penasaran.
"Naruto. Kau tahu kan, dia melakukan perjalanan keliling dunia tanpa sekolah?" tukas Sasuke.
"Aku tidak menyangka bila kau masih berhubungan dengannya." jawab Karin.
"Bukannya kau memiliki nomor ponselnya?" balas Sasuke.
Karin terdiam, tidak menyahut.
"Ah, aku tahu. Kau pasti sama sekali tidak berniat menghubunginya. Terutama sejak kejadian itu..."
"DIAM!" tanpa sadar suara Karin mengeras, dia beranjak dari duduknya. Dia menatap Sasuke kesal. "Jangan pernah ingatkan aku tentang dia. Dan tentang kejadian itu."
Sasuke menatap Karin lembut. Dia ikut berdiri. "Kalau begitu, aku pergi menemui Naruto. Baik-baiklah diperjalanan pulang."
"Ha'i." Karin menundukkan kepalanya, setelah beberapa saat, ia baru menatapi punggung Sasuke yang menjauh.
Sasuke yang masih menyimpan rasa untuk gadis kecil itu, atau...
Dirinya sendiri yang tidak dapat merelakan gadis kecil yang telah pergi?
-X-
"Akhirnya kau datang juga, Sasuke!" Naruto berseru, memeluk sahabatnya itu. Senyumannya melebar.
"Gubuk ini masih ada ya," kata Sasuke pelan. "Kau memperbaikinya lagi?"
"Ya. Tidak ada tempat untukku tinggal, jadi kuputuskan untuk berada disini." kata Naruto. "Karin-chan tidak ikut? Bukannya saat kita SMSan dia sedang bersamamu?"
"Kau tahu sendiri tentang Karin. Dia tidak pernah menyukai Hinata sejak dulu. Dan sejak Hinata meninggal, perasaannya terombang-ambing." ucap Sasuke, melangkah masuk kedalam gubuk yang pernah menjadi tempat bermain mereka semasa kanak-kanak.
Sasuke duduk disalah satu kursi yang telah disiapkan Naruto. Ekspresinya sulit dibaca.
"Sasuke, apa kau sendiri belum bisa melepaskan kepergian Hinata-chan? Aku tahu kau menyukainya, tetapi ini sudah bertahun-tahun." Naruto berkata. "Kukira kau jadian dengan Karin-chan karena kalian tetap bersama bahkan setelah kejadian itu."
"Lalu mengkhianati Hinata?"
"Astaga, Sasuke, Hinata-chan sudah tiada." tegas Naruto. "Walau disaat terakhirnya Hinata-chan berkata ia menyukaimu, bukan berarti kau tidak boleh berhubungan dengan siapapun!"
Sasuke memejamkan matanya, tangannya terkepal erat. Ia teringat dengan ekspresi Karin di stasiun tadi ketika mengingat masa lalu. "Kau benar. Aku belum bisa melepaskan kepergiannya. Sama seperti Karin."
"Jadi, selama ini kalian berdua ngapain saja?" tanya Naruto dengan perasaan kacau. Tadinya dia mau bertemu dengan Sasuke untuk bersenang-senang, bukan membicarakan masa lalu. Salahkan Sasuke yang memulai pembicaraan duluan.
Sasuke berdiri, menatap mata biru Naruto. "Aku pulang dulu. Jaa."
Beberapa saat setelah Sasuke pergi, ponsel Naruto bergetar. Sebuah pesan masuk. Nomor ponselnya terlihat asing.
Mungkin kita bisa bertemu, di restoran Mc'D besok. Akan kuSMS waktunya.
Karin.
"Ah, mereka." desah Naruto, memandangi langit-langit gubuk. Dia sudah bisa melepaskan kepergian gadis itu, tetapi hatinya tetap memiliki luka.
Luka itu rasanya sakit dan perih.
Bahkan, setelah pergi untuk menghibur dirinya sendiri, saat kembali luka itu masih terasa sama.
-X-
Karin menatap lekat foto masa kecilnya. Foto itu masih setia dipajang dimeja belajarnya, tak pernah ia buang karena tidak tega. Ada empat anak dalam foto itu, dirinya, Sasuke, Naruto, dan... Hinata.
Nama itu tidak pernah Karin ingat sama sekali beberapa tahun ini. Karena saat mengingatnya, ada sebuah luka yang seolah dikorek kembali. Hinata yang manis, lembut dan ceria. Berbeda dengan dirinya yang pendiam dan nggak memiliki sisi manis sama sekali. Pantas bila Sasuke menyukainya, kan?
Karin tidak pernah dekat dengan Hinata. Ia cenderung tidak menyukainya. Ia hanya dekat karena Sasuke dan Naruto selalu mengajak mereka bermain bersama. Ketika Sasuke memandangi Hinata diam-diam, yang bisa dilakukan Karin hanya memandangi Sasuke juga.
Lalu, ia mengingat hari itu ketika mulai memejamkan matanya. Kali ini, Karin tidak mencegah pikirannya.
"Sasuke. Kenapa sih selalu memandangi Hinata?" tanya Karin.
"Suka." jawab Sasuke dengan ekspresi datar. Tetapi perlahan-lahan raut wajahnya berubah, terlihat malu-malu. "Aku menyukainya."
"Hinata." Karin menoleh dengan tatapan kesal, menatapi Hinata dan Naruto yang sedang berjongkok sambil bermain pasir yang ada disekitar gubuk. "Apa kau menyukai Sasuke?"
Wajah Hinata berubah bingung. Naruto menatap Hinata lekat-lekat. "Jawab, Hinata. Jawab." desisnya.
"Tidak usah dijawab Hinata!" Sasuke cepat-cepat berseru. "Aku kan tidak menyukaimu."
Naruto berdiri. "Kalau begitu," kemudian tangannya terulur untuk menarik Hinata ikut berdiri juga. "Aku yang menyukaimu, Hinata."
"Naruto." Hinata melafalkan nama anak lelaki berambut kuning itu, lalu cepat beralih menatap Sasuke. "Sasuke."
Sasuke menatap Hinata nanar. Perasaan menyesal menyelimuti hatinya saat Hinata justru tersenyum kearahnya, melepaskan genggaman Naruto. "Ta... tapi aku menyukaimu, Sasuke."
Naruto menggeram kesal, kemudian berlari meninggalkan mereka. Wajah Hinata berubah panik, lalu ikut berlari menyusul Naruto, bahkan kakinya tidak menggunakan alas kaki sama sekali karena tertinggal didalam gubuk.
"Hinataaa!" teriak Sasuke.
Hinata menoleh.
"Jangan pergi!" seru Sasuke. "Kenapa kau harus mengejarnya?"
"Etto... karena Naruto menyukaiku!" seru Hinata tanpa berpikir panjang. Ia tersenyum kecil. "Tapi aku menyukaimu! Jaa!"
Sasuke hanya memandang punggung Hinata yang menjauh, tanpa berniat ikut berlari mengejarnya. Begitu juga dengan Karin, masih merasa kaget dengan kejadian barusan.
Ketika hari menjelang sore dan hanya Naruto yang kembali ke gubuk, mereka bertiga tahu ada yang tidak beres dengan Hinata. Saat mereka berkunjung ke rumah Hinata, mereka baru ketahui kalau Hinata mengalami kecelakaan saat mencari Naruto.
Kakinya yang tak menggunakan alas kaki tersandung batu, dan ia menabrak sebuah bis yang melintas dengan kecepatan cukup tinggi.
-X-
Ada sebuah rasa sesal yang tidak pernah hilang dalam hatinya, dan justru menimbulkan luka. Ia menyesal mengapa dirinya begitu sulit untuk jujur, kenapa gadis kecil itu pergi tanpa tahu apa isi hatinya yang sebenarnya.
Beberapa hari setelah kecelakaan itu, Sasuke enggan untuk bertemu Naruto dan Karin yang berkunjung ke rumahnya. Dia mengurung diri, dan mendapat mimpi yang sama berhari-hari. Sampai suatu kali, Karin memaksa untuk bertemu, menyelinap jendela dikamarnya, menemukannya yang terpuruk.
Karin memeluknya, berkali-kali meminta maaf. Karin yang membimbingnya untuk keluar rumah, menemukan dirinya lagi, walau berbeda dengan yang dulu.
Tanpa dirinya sadari, Sasuke masih berada dimasa lalu, tidak pernah melangkah maju.
-X-
To Be Continue... *plak*
Cerita ini terinspirasi dari anime Anohana dengan banyak sekali perubahan *jelas* dan fantasiku berkeliaran untuk merubah kisah Anohana menjadi kisah yang berbeda, hahaha xD karena tidak terbiasa membuat enam karakter sekaligus, aku membuatnya menjadi empat karakter. Mungkin hal itu yang membuat karakter Sasuke Karin Naruto Hinata dalam cerita ini 'sangat' OOC. Karena itu, mohon maklumnya :)
Kemudian, aku juga tidak akan menambahkan kisah supranatural munculnya Hinata/Menma yang sudah meninggal seperti kisah Anohana. Karena, membuat cerita supranatural sulit, lho T.T aku juga tidak sedang dalam mood menulis genre supranatural.
Kenapa Karin? Kenapa nggak Sakura? Hm. Mungkin sebelum pertanyaan itu ada keluar, aku mau menjawab: karena aku menginginkan karakter yang seperti Tsuruko! Karin dan Tsuruko sama-sama menggunakan kacamata ^^
Lalu, kisah ini akan berakhir happy ending kok! *ngasih kode* soalnya, aku termasuk author penyuka happy ending :3
Oke, sepertinya sudah banyak catatan dariku, hohoho. Padahal besok hari terakhir UKK, tapi malah nekat bikin fanfict :p sampai bertemu di chapter berikutnya, terima kasih telah membaca, ya!
