The Only Hope For Me Is You

Characters : Skipper McGrath, Kowalski Bennett, Rico DiMaggio, James Private, Marlene Sullivan, Alfred Blowhole, and Alice Victor

OC : Flora McGrath as Skipper's sister

Disclaimer : I'm not own the Penguins of Madagascar, it's belong to Dreamworks and Nickelodeon

A/N : ini fanfic pertamaku jadi maaf jika masih banyak kesalahan. Hope you like it!


"...Kowalski... jangan..." gadis berambut hitam itu memohon dengan suara yang begitu lemah.

"Ayolah Kowalski, kau tidak ingin gadis ini terluka kan?" lelaki itu berbicara dengan suara yang memuakkan, "kalau begitu, serahkan benda itu kepadaku."

"Kowalski menatap pria itu dengan tajam, ia menggenggam erat sebuah benda. Kemudian matanya tertuju kepada seorang gadis yang terduduk lemah di lantai. Gadis itu, adalah gadis pertama yang mampu meluluhkan hatinya.

"...jangan..." gadis itu berkata lagi dengan lirih, lalu lelaki itu mengarahkan sebuah pistol ke kepala gadis itu,

"Mana yang kau pilih untuk kau serahkan? Benda itu, atau nyawa gadis ini?"


Chapter 1 : She's My Sister

Pagi itu, sekitar pukul 5 pagi, suasana sunyi dan sepi terasa di sebuah pemukiman di daerah New York City. Dan di sebuah rumah yang cukup besar, dengan arsitektur klasik di setiap sudutnya, tinggal empat orang agen rahasia yang bekerja untuk sebuah badan keamanan swasta. Mereka masih tertidur pulas, rasa lelah menguasai tubuh mereka setelah menyelesaikan sebuah kasus. Begitulah mereka, menyelidiki kasus-kasus yang cukup pelik, melawan dan mengungkap kejahatan, juga merupakan kelompok mata-mata terbaik yang dimiliki atasan mereka. Mereka menyukai pekerjaan itu, meskipun terkadang terlintas dalam benak mereka kalau pekerjaan ini cukup berat.

Di salah satu kamar di rumah itu, seorang lelaki berambut coklat kemerahan terbaring di atas tempat tidurnya. Tidurnya begitu pulas, dan tentu saja... tidak ada satu pun orang yang ingin tidur pulasnya terganggu. Skipper McGrath, sangat berharap hari ini ia bisa tidur setidaknya 1 jam lebih lama daripada biasanya. Namun sayang, telepon genggamnya berbunyi cukup keras, membuatnya harus terbangun 1 jam lebih awal dari biasanya. Ia menggeram, tangannya meraih telepon genggamnya di atas meja laci di samping tempat tidurnya.

Sebuah pesan masuk membuat telepon genggamnya berbunyi dan membangunkannya pagi-pagi sekali. Sayangnya, Skipper pasti tidak akan bisa melanjutkan tidurnya jika ia sudah terbangun. Ia pun membuka pesan itu. Pesan itu dikiriim oleh Flora, adik perempuan Skipper yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Perlahan, Skipper membaca pesan itu,

Skipper, bagaimana kabarmu? Aku harap kau baik-baik saja. Maaf jika aku membangunkanmu pagi-pagi. Aku akan berkunjung ke rumahmu, hari ini. Kalau bisa tolong jemput aku di Grand Central Station pukul 11.

Sipper sedikit terkejut, adiknya akan datang mengunjunginya. Ia hampir lupa kapan terakhir kali ia bertemu dengan adiknya itu, karena sepertinya itu sudah sangat lama sekali. Akhirnya Skipper beranjak dari tempat tidur, menyimpan telepon genggamnya dan masuk ke kamar mandi.


Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Skipper tengah bersiap-siap untuk menjemput adiknya di Grand Central Station. Ia terlihat sangat rapi dengan kemeja merah berlengan panjang dan rompi hitam yang ia kenakan. Kerapiannya itu menarik perhatian Private, seorang lelaki muda berambut pirang keemasan dan berkulit putih. Mata biru lautnya menatap Skipper dengan bertanya-tanya,

"Mau ke mana Skippah?" dengan aksen Brithisnya ia bertanya sambil mengunyah roti gandum.

"Aku harus menjemput adikku di Grand Central Station." jawab Skipper,

"Boleh aku ikut?"

"Tidak," kata Skipper sambil memasang jam tangannya, "aku membutuhkanmu untuk merapikan rumah. Dan eer... katakan pada Rico untuk menyiapkan makanan malam nanti."

Private mengangguk semangat, "aye aye Skippah! eh.. bagaimana dengan Kowalski?"

"Dia ikut denganku. Ngomong-ngomong, mana Kowalski dan Rico?"

Private mengunyah roti gandum itu dengan cepat dan menelannya, "Rico sedang mandi, kalau Kowalski mungkin di lab."

"Ouh.." Skipper menghela napas, kemudian ia bergegas turun ke basement untuk memanggil Kowalski di laboratorium.

Skipper berjalan mendekati sebuah tembok, menekan sebuah plang berbunyi 'basement' yang tertempel di tembok. Sebenarnya, plang itu adalah kunci rahasia yang disamarkan. Setelah beberapa saat menunggu, plang 'basement' itu masuk ke dalam tembok dan berganti menjadi sebuah panel yang berisi tombol yang dilengkapi sensor sidik jari dan mata. Skipper memasukkan kodenya, menekankan ibu jarinya ke sensor sidik jari dan mendekatkan matanya ke sensor mata. Tak lama kemudian, setelah terlihat tulisan 'code accepted' tembok di hadapannya mulai bergerak. Perlahan, tembok itu terbuka, memberi jalan kepada Skipper untuk masuk ke dalam laboratorium.

Laboratorium itu berukuran sebesar 6 x 8 meter. Sebagaimana adanya sebuah laboratorium, di dalamnya banyak sekali alat-alat yang berhubungan dengan eksperimen dan sains. Skipper melangkah melewati tembok itu yang secara perlahan kembali menutup. Matanya yang berwarna coklat kemerahan seperti rambutnya menatap sosok yang sedang tertidur di meja laboratorium.

Lelaki itu, berambut hitam berantakkan yang panjangnya sudah hampir mencapai bahu. Ia tertidur begitu pulas. Ini sudah yang kesekian kalinya Kowalski tertidur di laboratorium. Skipper menghela napas, kemudian ia membangunkan Kowalski yang tidur.

"Kowalski?" ia mengguncang bahu Kowalski perlahan. Kowalski hanya mengerang dan bergerak sedikit. Ia tetap tertidur.

"Kowalski..." belum bangun juga.

"KOWALSKI!" Skipper menggebrak meja sambil sedikit berteriak. Terlonjak, Kowalski membuka mata toscanya dengan kaget.

"Oh! Ada apa Skipper?"

"Kau tahu ini jam berapa? Bergegaslah Kowalski, kau ingat kan hari ini kita harus menyerahkan surat pengajuan eksperimenmu ke Laboratorium Pusat?"

"Ya Skipper, maaf.. aku kurang tidur semalam."

"Jangan begitu. Kutunggu kau di mobil. Aku ingin kau sudah siap dalam 15 menit."

"Yes, sir."


Lima belas menit kemudian, Kowalski masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Skipper. Ia mengenakan kemeja hitam berlengan pendek. Skipper mengambil alih kemudi dan mereka pun meninggalkan rumah tepat pada pukul 10. 30 pagi.

"Kita ke Grand Central Station dulu, ada seeseorang yang harus kita jemput." kata Skipper sambil mengemudi.

"Baiklah," Kowalski tidak bertanya siapa yang akan mereka jemput terlebih dahulu, toh nanti juga ia akan melihat siapa yang mereka jemput.

Tak lama kemudian, tepat pada pukul sebelas, Skipper dan Kowalski sampai di Grand Central Station. Kowalski keluar dari mobil, ia mengikuti Skipper memasuki Grand Central Station. Skipper berhenti berjalan dan menunggu di dekat pintu masuk. Kowalski ikut menunggu bersamanya.

"Eer.. Skipper, sebenarnya siapa yang akan kita jemput?" tanya Kowalski pada akhirnya.

Skipper hendak membuka mulut untuk menjawab, tetapi urung karena seseorang memanggilnya, "Skipper!"

Dengan spontan, Skipper berbalik. Ia tersenyum kepada gadis yang memanggilnya. Kowalski pun berusaha melihat secara detail gadis yang berjalan mendekati mereka. Gadis itu... cantik... sangat cantik. Rambutnya yang hitam dan panjang, terurai melewati bahunya yang kecil. Kulitnya begitu putih, dengan pakaian yang juga putih, ia jadi terlihat seperti 'Woman in White'. Gadis itu melirik ke arah Kowalski dan tersenyum. Senyumannya membuat Kowalski diam terpaku. Ia hanya menatap gadis itu, lalu bergumam dalam hatinya... 'wow'

Skipper memeluk gadis itu, kemudian ia memperkenalkan kowalski kepada gadis itu, "Flora, perkenalkan, ini temanku, Kowalski. Ia membantuku dalam memecahkan berbagai kasus. He's very genius." kata Skipper. Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Kowalski sambil tersenyum. Kowalski menjabat tangan gadis itu, "Hai, namaku Kowalski."

Skipper berbicara lagi, "...and Kowalski, i present to you, Flora. She's my sister."