Just You and Me
Genre: Family and Romance
Rating: T
Pairing: KaiShin (a bromance ... sort of)
Warning: TWOSHOT, AU, OOC, abal, typo, and SHONEN-AI ALERT!
Don't like? Don't Read!
.
Disclamer:
Detective Conan © Aoyama Gosho
Just You and Me © MSN1412
.
Summary: Mereka hanya sekedar saudara angkat. Tapi, Kaito ingin lebih dari itu.
Prologue: A New Brother
.
There's no other love like the love for a brother. There's no other love like the love from a brother…. ~Terri Guillemets~
.
.
.
Sendiri….
Di taman Beika dia hanya sendiri, duduk di bangku taman dengan buku yang ia bawa, sambil melihat kerumunan orang yang bermain dengan saudara mereka. Ada yang bermain petak umpet, layang-layang, bersepedaan bersama, main kejar kucing-tikus, semuanya bermain dengan saudara. Tersenyum … hanya itu yang dia bisa lakukan. Merasa senang melihat mereka yang masih bermain bersama dengan cerianya. Tapi tidak di hati kecilnya, hatinya ingin menangis … berharap kalau dia bisa bermain bersama seperti mereka. Dengan saudara yang ia punya.
Tapi, dia harus mengetahui kalau sebenarnya dia dilahirkan sebagai anak tunggal. Anak satu-satunya yang dimiliki oleh sebuah keluarga. Sebagian anak tunggal merasa senang karena tidak ada seseorang yang menganggu hidupnya, namun tidak oleh anak berumur 7 tahun ini. Ada pengharapan di dalam hati kecilnya kalau dia ingin sekali memiliki seorang saudara, terserah laki-laki maupun perempuan. Namun entah orang tuanya bakal mewujudkan harapan kecil itu atau tidak.
Daripada dia menangis karena melihat keceriaan orang-orang di situ, dia beranjak dari bangku taman dan mengambil bukunya, lalu pergi ke suatu tempat yang bisa dia jadikan untuk membaca. Tanpa membuat hatinya sakit.
'Aku harap … aku ingin mempunyai saudara yang bisa menemani kesepianku….'
xXxXxXxXxXx
'FIUUUUUUH'
Delapan lilin yang ditancap di kue ulang tahun mini dengan berbagai hiasan yang tidak terlalu mencolok, ditiup oleh anak itu dan disaksikan oleh kedua orang tuanya secara langsung. Kedua orang tuanya langsung memeluknya karena pertanda superhero kecilnya telah menginjak umur 8 tahun. Anak itu malah tersenyum datar melihat kedua orang tuanya memeluknya dengan bahagia. Namun, pelukan itu tidak membuat hatinya bahagia, entah mengapa.
"Otanjoubi Omedetou my little Holmes, Kudo Shinichi," ucap Yusaku.
"A … Arigatou, Tou-san," jawab Shinichi malu, setelah Yusaku memanggil dirinya dengan 'Holmes kecilnya'.
"Gak percaya Shin-chan kecilku sudah berumur 8 tahun sekarang~!" seru Yukiko selagi dia mengeratkan pelukannya ke Shinichi kecilnya.
"Okaa-saaan, jangan memanggilku begitu doong. Aku kan sudah 8 tahun!" gerutu Shinichi sambil melepaskan pelukan orang tuanya.
"Tapi kau masih tunggu 4 sampai 5 tahun lagi untuk masa pubertasmu. Jadi, kau masih Shin-chan kecilkuuu~," ucap Yukiko dengan suara lembut sambil mencubit pipi chubby-nya Shinichi.
Shinichi pun mengelus pipinya karena cubitan dari ibunya. Yukiko hanya melihatnya dengan tawaan kecil sedangkan Yusaku hanya tersenyum halus begitu melihatnya. Mereka tidak percaya kalau Holmes kecil mereka telah bertumbuh besar. Ya … waktu semakin cepat berlalu sampai-sampai mereka hampir tidak merasakannya.
Shinichi yang tadinya merintih kesakitan, kembali memasang wajah yang begitu datar. Dia menundukkan kepalanya hingga dia tidak mau menunjukkan perasaan yang sebenarnya kepada orang tuanya. Melihat itu, Yukiko merasa curiga kalau tahun ini Shin-chan malah tidak bahagia karena ulang tahunnya. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Shin-chan kenapa? Apa Shin-chan tidak suka perayaan ulang tahun kecil-kecilan tahun ini?" tanya Yukiko halus selagi dia mengelus rambut Shinichi.
Shinichi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Terus … Shinichi mau sebuah hadiah dari Kaa-san dan Tou-san?" tanya Yusaku menambahkan.
"Yang benar, Tou-san?" tanya Shinichi balik selagi dia mengangkatkan kepalanya pelan. Yukiko pun langsung mengarah ke Yuusaku dan mencegahnya karena ucapannya tadi, tapi dia hanya memberikan sebuah isyarat 'Biarkan saja, Yukiko.' ke istrinya.
Yusaku mengangguk pelan. "Kamu ingin apa saja, kita bakal mengabulkan keinginanmu," ucap Yuusaku tersenyum.
"Kalau begitu …" Shinichi mulai berpikir sejenak dan merasakan kalau dia telah siap untuk mengharapkan apa yang dia inginkan selama ini dari hati kecilnya.
" … Aku ingin mempunyai saudara laki-laki!" harap Shinichi ke arah orang tuanya.
Mereka langsung speechless begitu mendengar sebuah harapan dari anak satu-satunya itu, sebuah pengharapan yang mana mungkin mereka bisa wujudkan. Yukiko kembali mengelus rambut Shinichi pelan dengan lembutnya, kembali berbicara kepada Shinichi.
"Lho? Kenapa Shin-chan ingin punya saudara laki-laki? Katanya Shin-chan lebih suka menjadi anak tunggal daripada punya saudara?" tanya Yukiko.
"Aku … merasa sendirian saja kalau menjadi anak tunggal. Aku ingin mengisi hidupku dengan mempunyai saudara yang bisa menjadi teman mainku. Lagipula, hidupku merasa tidak lengkap tanpa seorang saudara," keluh Shinichi pelan.
"Tapi Shinichi, kau harus menunggu 9 bulan untuk mempunyai saudara yang kau u—"
"AKU MAUNYA HARI INI! DARIPADA HARUS MENUNGGU BEBERAPA BULAN!"
Yusaku dan Yukiko tersentak mendengar Shinichi yang masih saja bersikeras ingin mempunyai saudara laki-laki. Tapi mau bagaimana, mereka telah kehabisan ide untuk menyuruh Shinichi mengganti hadiah lain untuk hadiah ulang tahunnya. Tiba-tiba, Yusaku mempunyai ide. Dia menyuruh Yukiko untuk berbicara masalah ini, dan menyuruh Shinichi untuk pergi ke perpustakaan kecilnya.
"Yuu-chan. Bagaimana ini…? Shin-chan ingin sekali memiliki saudara. Tapi, mana mungkin kita—"
"Kita bisa, kok." Yusaku memotong perkataan Yukiko, sambil memegang kedua pundak Yukiko. "Tadi aku punya ide, bagaimana kita mengadopsi salah satu anak yang ada di Panti Asuhan Beika untuk menjadikan saudaranya Shinichi?" saran Yusaku.
"Bisa sih. Tapi, apa sempat?" tanya Yukiko khawatir.
"Tidak ada kata terlambat, sayang. Kau bisa pergi ke Panti Asuhan dan mengadopsi anak yang mungkin cocok untuk keluarga kita dan Shinichi. Kayaknya kau sedikit ahli kalau berkaitan dengan ini," ucap Yusaku menambahkan.
Yukiko memikirkan ide ini sejenak, lalu dia mengangguk setuju dengan ide suaminya. Yusaku langsung melepaskan sentuhan pundaknya, lalu memanggil Shinichi untuk bersiap-siap ganti baju pergi ke Panti Asuhan untuk mencari saudara yang cocok baginya. Shinichi langsung bahagia tidak main, dan langsung berterima kasih berkali-kali kepada mereka. Betapa bahagianya dirinya karena orang tuanya menyetujui permintaan kecilnya dan segera mewujudkannya, tepat pada hari ulang tahunnya.
'Kami-sama, betapa senangnya hari ini karena aku akan memiliki saudara baru~!'
xXxXxXxXxXx
"KAITO-KUUUUUUUN!"
Rasa sunyi dan damai di Panti Asuhan Beika langsung pecah seketika, begitu seorang pengasuh berteriak menuju anak asuhnya yang berumur 7 tahun, telah membuat sebuah keonaran yang membuat seluruh pengasuh Panti itu resah. Mau bagaimana resah, kalau anak asuh yang paling bandel itu sudah mencoret-coret telapak meja untuk meja makan, mendekorasi ruang makan menjadi ruang pesta sesuai dekorasi, terus mengecat semua rambut anak-anak asuhan lainnya menjadi beragam warna. Merah, kuning, hijau, biru, mewarnai suasana Panti dengan lelucon dan sulap kecilnya.
Anak asuh yang bernama Kaito itu, masih saja berlari-lari mengelilingi seluruh Panti dan menghindari semua anak-anak yang sedang bermain untuk menghindarkan dirinya dari pengasuh yang akan menangkapnya. Namun Kaito sangatlah lincah, sehingga sebagian pengasuh hampir menyerah untuk menangkap Kaito. Kecuali satu orang….
"Mau kemana lagi kau, Kuroba-kun?"
… Seorang gadis berambut pendek pirang strawberi menghampiri tepat di depannya, sehingga Kaito memberhentikan larinya dan telah terpergok oleh salah satu pengasuh yang paling dia takuti, pikirnya. Kaito hanya memberikan senyuman cengirnya ragu-ragu, berharap kalau pengasuh dingin itu bisa memaafkannya. Tapi dia hanya memiringkan alisnya, dan menarik Kaito paksa ke suatu tempat untuk memberikan pengarahan karena kelakuannya yang telah dia lakukan.
"Shiho-neee~! Aku tidak akan melakukan hal lelucon lagi. Aku janji, Shiho-neee!" rengek Kaito sambil meminta ampun berkali-kali ke Shiho. Namun Shiho tidak mendengarnya dan membawanya ke ruang Pengurus Panti.
"Kau bisa berjanji ke Nee, kalau kau telah mendapatkan pengarahan dari Pengurus karena semua kejadian ini," jawab Shiho dingin. Begitu dinginnya sampai-sampai Kaito melihat Shiho dengan merinding ketakutan kepada pengasuh yang satu ini. Benar, pengasuh dengan tipe ini sangat ditakutkan oleh Kaito. Tapi dia berpikir sejenak, untuk apa ada seorang pengasuh yang sedingin ini? Tidak seperti pengasuh lainnya yang telah dibuatnya resah.
Ketika mereka tiba di ruang Pengurus, Shiho mengetuk pintu perlahan-lahan sambil menunggu respons dari dalam.
"Masuklah…."
Shiho membuka pintu itu perlahan-lahan, dan melihat seorang wanita berambut pirang bergelombanf dan seorang anak kecil yang sedang bertamu dengan pengurus Panti. Merasa terganggu, Shiho menutup pintu kembali dan menyuruh pengurus Panti untuk kembali bertamu. Namun pengurus Panti malah bersikeras untuk menyuruh Shiho masuk.
"Maaf telah menganggu waktu kalian," ucap Shiho pelan.
"Ada apa lagi, Shiho-san? Apa Kaito-kun berbuat onar lagi?" tanya pengurus Panti itu ke Shiho. Sambil keluarga Kudo yang pada saat itu menanyakan untuk mengadopsi salah satu anak di sini, melirik arah Shiho yang masih berdiri di depan pintu.
Dengan wajah dinginnya, Shiho menarik pelan badan Kaito sampai-sampai Kaito meringis kesakitan. Ingin melepaskan dirinya dari pengasuh yang benar-benar ia takuti itu, sambil merengek kembali berteriak 'tolong' berkali-kali. Pengurus Panti itu hanya mengeluh dan menepuk jidatnya, karena anak asuh yang dia anggap spesial itu berbuat onar lagi.
Tapi Shinichi beranjak dari duduknya, dan terbelalak keheranan begitu melihat anak yang ditarik paksa oleh Shiho. Kaito yang merengek tadi itu, langsung meredakan rengekannya di saat melihat anak di ruangan itu melihatnya dengan terheran-heran. Begitu pun juga dengan dirinya, dia melihat anak itu seperti dia melihat refleksinya sendiri. Mereka mencoba untuk menggerakkan tangannya, seperti refleksi dari cermin yang tak transparan, meskipun model rambut mereka berbeda. Kaito tersenyum menyeringai, lalu mengulurkan tangannya di depan Shinichi.
*PLOOP*
"Ha'i! Mawar merah untukmu, my little prince~!" seru Kaito begitu memberikan setangkai mawar merah ke Shinichi. Shinichi langsung tersipu malu dan menerima tangkai mawar dari Kaito. Kaito masih tersenyum menyeringai ke Shinichi begitu melihat pipi Shinichi yang langsung memerah. Manis, pikirnya.
"Ko … Konnichiwa, boku wa Kudo Shinichi," sapa Shinichi sambil mengulurkan tangannya ke Kaito sambil tersipu malu.
Kaito langsung memeluk Shinichi begitu saja, Shinichi hampir saja teriak karena pelukan seorang anak asuhan yang secara tiba-tiba. Pelukan itu dilepasnya kembali, dan dilihatnya muka Shinichi yang semakin memerah.
"Boku wa Kuroba Kaito~! Yoroshiku ne, Shinichi!" sapa Kaito dengan nada childish-nya. Shinichi masih saja tidak bisa bergerak satu pun dan masih saja memerah karena Kaito.
Di sela-sela perkenalan Shinichi dengan Kaito, Yukiko melihat pemandangan itu seluruhnya sambil tersenyum. Yukiko berkemungkinan kalau Kaito sepertinya cocok untuk menjadi saudara Shinichi, dan mengarahkan pandangannya kembali ke pengurus Panti. Dia mengetahui apa maksudnya, lalu menyuruh Shiho untuk membawa Shinichi dan Kaito untuk keluar dari tempatnya, dan bermain di taman bermain yang telah disediakan.
xXxXxXxXxXx
"Kuroba Kaito, huh? Apa itu sudah menjadi keputusan yang tepat?" tanya pengurus Panti untuk memastikan.
Yukiko mengangguk pasti. "Ya, setelah dilihat kejadian tadi kemungkinan Shin-chan bakal mempunyai interaksi dengan Kaito-kun, meskipun sedikit demi sedikit," ucapnya.
"Hmm … tapi, apa anda tidak keberatan untuk mengurus Kaito? Tadi dilihat sendiri kalau Kaito itu susah sekali diatur," keluh pengurus Panti.
"Tidak kok. Tadi saya melihat Kaito-kun yang bersikap baik dengan Shin-chan dan Shin-chan malah terinteraksi oleh Kaito-kun, dan sepertinya saya berpikir kalau Kuroba Kaito cocok untuk menjadi saudara angkat barunya," ucap Yukiko kembali.
"Kalau anda tidak keberatan … bolehkan saya menjadikan Kaito-kun sebagai anak angkat saya?" pinta Yukiko sekali lagi. Pengurus Panti langsung memikirkan sejenak tentang keputusan terakhir dari Yukiko, dia telah menganggap Kaito sebagai anak asuhnya yang spesial karena semua ulahnya, keonarannya, dan sulap kecilnya tadi. Namun apa daya, dia harus rela melepaskan anak asuh spesialnya untuk sekali lagi.
"Baiklah kalau anda ingin membuat Kuroba Kaito untuk menjadi anak angkat anda," kata pengurus Panti untuk keputusan terakhir. Yukiko pun langung bahagia begitu permintaannya diterima begitu saja. Akhirnya, Yukiko bisa juga mengadopsi Kaito sebagai anak angkatnya, dan juga saudara angkat Shinichi.
Yukiko kembali bertanya ke pengurus Panti, tentang alasan Kaito harus berada di Panti Asuhan ini. Ternyata, setelah di ceritakan oleh pengurus Panti, Kaito telah kehilangan kedua orang tuanya setahun yang lalu. Ayahnya, Kuroba Toichi yang berprofesi sebagai pesulap, mengalami kecelakaan begitu mengadakan pertunjukkan sulap di sebuah panggung show terkenal. Sedangkan ibunya, Kuroba Chikage yang ingin menolong suaminya pada saat itu, ikut mengalami kecelakaan itu pula. Sampai-sampai Kaito terpaksa harus hidup sendiri tanpa kedua orang tuanya, dan di asuh oleh Konosuke Jii, asisten ayahnya.
Tapi beberapa hari kemudian, Jii tertabrak oleh truk besar di saat dia berjalan kecil untuk relaksasi. Kaito pun tersayat hatinya begitu mendengar kepergian salah satu keluarganya lagi. Mulai saat itu, Kaito tidak mempunyai siapa-siapa lagi, dan memutuskan untuk dibawa ke Panti Asuhan Beika untuk melanjutkan hidupnya dengan anak-anak lain yang telah tidak mempunyai orang tua.
Setelah Yukiko mengurus data-data Kaito dan diberikan bukti sertifikat untuk membuktikan kalau Kaito telah menjadi anak angkatnya, Yukiko dengan didampingi oleh pengurus Panti, keluar dari ruangannya dan menyuruh Shinichi dan Kaito yang masih bermain bersama untuk datang ke hadapannya.
"Nah Shin-chan, tampaknya kau telah mempunyai saudara baru," sahut Yukiko girang.
"Waaaah … mana Kaa-san? Mana?" tanya Shinichi tidak sabaran, sambil celingak-celinguk mencari saudara baru yang Yukiko maksud.
Dengan senyum, Yukiko menepuk kepala Kaito perlahan sehingga membuat Kaito heran. Shinichi pun mengarah ke arah Kaito, dan kedua matanya pun terbelalak tidak percaya. Apa saudara angkat yang Kaa-san maksud itu….
"Selamat ya, Kuroba Kaito-kun. Kau telah resmi menjadi anak angkat keluarga Kudo," ucap Yukiko ke Kaito dengan tawaannya.
Raut muka Kaito yang heran itu, berubah menjadi berbinar-binar setelah mengetahui kalau Kaa-san Shinichi bakal menjadikan dirinya anak angkatnya. Dan artinya, Kaito telah resmi menjadi saudara angkat Shinichi. Kegembiraan Kaito pun sama seperti Shinichi, dia tidak percaya kalau anak asuhan yang telah menjadikan dia dan Kaito sahabat, telah menjadikan mereka menjadi sepasang saudara. Shinichi dan Kaito pun memandang satu sama lain, dan berpelukan dengan erat dan bahagia.
"Aku tidak percaya kalau sekarang aku telah menjadi saudaranya Shinichi," ucap Kaito bahagia.
Shinichi malah tertawa kecil dan menjawab, "Hahaha … aku juga."
Yukiko, pengurus Panti, dan Shiho melihat pemandangan itu dengan tersenyum halus. Sebagian anak asuh yang melihat Kaito akan diadopsi oleh keluarga Kudo, merasa memiliki sedikit rasa iri di hati kecil mereka. Namun di sisi lain, mereka bakal kehilangan seorang teman yang telah memberikan keceriaan di Panti selama ini.
Kaito bergegas ke kamarnya untuk mengemaskan semua pakaiannya, dan bersiap meninggalkan Panti Asuhan Beika ke keluarga barunya alias kediaman Kudo. Yukiko dan Shinichi mengucapkan terimakasih berkali-kali ke pengurus Panti dan Shiho yang mendampinginya. Mereka berdua ingin mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya ke Kaito, apalagi Shiho … dia berminta maaf terhadap Kaito karena bersikap dingin ketika mengasuhnya. Karena waktu yang terbatas, Yukiko beserta Shinichi dan anggota keluarga baru mereka, Kudo Kaito, bergegas meninggalkan Panti Asuhan sambil mengucapkan salam perpisahan.
Sesaat mereka telah jauh dari pandangan mereka, Shiho pun mengeluh, melirik pengurus Panti yang memasang wajah sendu karena kehilangan salah satu anak asuhnya lagi.
"Anda tidak bakal melupakan Kuroba-kun, 'kan? Semua kenakalannya selama ini," ucap Shiho datar.
"Yah … sepertinya," jawabnya singkat, lalu mereka melakukan kembali aktivitas di Panti Asuhan … tanpa seorang Kuroba Kaito.
xXxXxXxXxXx
Setelah beberapa menit ditempuh, mereka bertiga telah sampai di kediaman Kudo. Begitu Kaito melihat rumah barunya, Kaito hanya bisa tercengang, merasa kagum kalau dia bakal tinggal di kediaman yang sebesar ini. Shinichi langsung menyuruh Kaito untuk masuk ke dalam kediamannya. Begitu mereka masuk, dilihatlah Yusaku yang sepertinya telah menunggu kepulangan mereka bertiga.
"Bagaimana, Yukiko?" tanya Yusaku memastikan.
Yukiko hanya melirik Shinichi yang menarik tangan Kaito, lalu langkah kecil Shinichi dan Kaito berhenti begitu Yusaku melihat mereka berdua. Apalagi Kaito sendiri.
"Ko … Konichiwa Oji-san. Boku wa Kuroba Kaito," sapa Kaito terhadap Yusaku.
Yuusaku meresponsnya dengan senyuman halus, "Konnichiwa Kaito-kun. Boku wa Kudo Yuusaku, dan mulai hari ini juga … Kaito-kun bisa panggil aku 'Tou-san' dan Yukiko 'Kaa-san'. Sepakat?"
"Baiklah Ji—To-Tou—Tou-san!" Lidah Kaito masih kaku untuk mengucapkan Tou-san dan Kaa-san kepada orang tua barunya. Wajar saja, sudah setahun ini Kaito tidak mengucapkan kedua kata itu lagi setelah kedua orang tua kandungnya telah meninggalkannya Kaito karena kecelakaan besar yang menimpa mereka.
"Ayo Kaito, kita main di atas dulu, yuk! Sambil aku menunjukkan kamar kita berdua!" bujuk Shinichi. Kaito pun mengangguk pelan, dan ditarik kembali oleh Shinichi ke kamar barunya. Melangkahkan kaki kecilnya ke anak tangga demi tangga dan menuju ke lantai atas. Sementara itu, Yusaku dan Yukiko hanya bisa tersenyum melihat kedua anak mereka. Sepertinya bakal akur, pikir mereka.
Begitu mereka telah sampai ke kamar mereka, Shinichi membuka pintu perlahan dan menyuruh Kaito untuk melihatnya.
"Ku persembahkan untukmu … kamar tidur untuk kita berdua!"
Begitu Shinichi dan Kaito memasuki kamar tidur mereka, Kaito terkesima akan kamar barunya yang telah di tata rapi. Ranjang tidur ber-King Size untuk mereka berdua, dua meja belajar yang berdekatan, lemari baju yang sepertinya cocok untuk menata baju Kaito dan Shinichi, dan sebuah kamar mandi yang cocok untuk mereka mandi bersama. Shinichi pun menyuruh Kaito untuk menyimpan semua bajunya ke lemari yang dia tunjukkan. Entah mengapa Kaito merasa beruntung, memiliki saudara angkat yang begitu manis. Tapi entah mengapa pula, hati kecilnya merasakan suatu hal yang sepertinya tidak boleh ia rasakan. Mau bagaimana dia rasakan, kalau mereka berdua telah menjadi saudara angkat, 'kan?
Setelah mereka merapikan baju-baju mereka, Kaito dan Shinichi langsung mandi bersama. Namun Shinichi merasa gugup karena seumur hidup belum pernah mandi bersama, apalagi sama saudara angkatnya. Mereka mandi sambil mengusap punggung mereka secara bergantian di dalam bath tub yang ukurannya begitu besar sehingga memuatkan mereka berdua, lalu berceria bersama di saat mandi.
Kaito hampir sedikit terganggu dengan nyanyiannya Shinichi yang begitu false, dan hampir ketakutan ketika Shinichi secara iseng-iseng menganggunya dengan memberikan sabun dengan motif ikan. Dari situ Shinichi mengetahui kalau Kaito benar-benar phobia terhadap ikan.
Setelah mereka mandi, mereka bergegas menuju tempat yang di sukai Shinichi … Perpustakaan. Di situ, Shinichi menunjukkan Kaito sebuah buku yang sangat ia sukai, buku novel tentang detektif terkenal Sherlock Holmes. Tapi, Kaito malah menyipitkan kedua matanya dan beranggap kalau buku novel tentang pencuri budiman terkenal Arsene Lupin yang lebih bagus daripada Holmes. Sampai-sampai, mereka berdua malah berdebat tentang hal-hal Holmes vs Lupin. segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Untunglah Yusaku bisa meleraikan mereka berdua dan beranggap kalau Holmes dan Lupin itu sama kuat. Sehingga Yusaku menceritakan tentang Lupin dan Holmes secara bergiliran.
Malam semakin larut, Yusaku menghentikan ceritanya dan menyuruh Shinichi dan Kaito untuk mengistirahatkan diri mereka. Mereka pun melangkahkan kakinya menuju kamar tidur mereka dengan sedikit terhuyung-huyung karena rasa kantuk mereka. Untuk menghilangkan rasa kantuk mereka, Kaito memegang erat tangan Shinichi sambil Shinichi kembali tersipu malu. Untunglah di lorong yang mengarah kamar mereka gelap tanpa setitik cahaya pun, sehingga Kaito tidak dapat melihat muka merahnya Shinichi.
Setelah mereka tiba di kamar mereka, Shinichi dan Kaito langsung mengarahkan diri mereka ke ranjang tidur dan naik untuk membaringkan mereka berdua. Sambil bersamaan, mereka menarik selimut dan langsung menatap satu sama lain, secara lurus. Kaito hanya mengeluarkan seringai imutnya ke Shinichi, tapi Shinichi hanya bisa tersenyum kecil ke Kaito.
"Ne, Kaito…."
"Hm?"
"Kalau besok aku bangun, apa aku masih bisa melihatmu lagi?" tanya Shinichi pelan.
"A … Apa maksudmu, Shin-chan?" tanya Kaito balik sampai-sampai dia keceplosan untuk memanggil Shinichi dengan sebutan 'Shin-chan'. Entah mengapa Kaito lebih suka sebutan 'Shin-chan' daripada sebutan biasa.
"Kau datang hanya untuk menemaniku sebagai saudara, tapi aku takut kalau esok aku hanya terbangun dari sebuah mimpi. Terbangun sebagai anak tunggal lagi," ucap Shinichi lirih.
Merasa iba, Kaito mengecup dahi Shinichi dan mendengkap badan Shinichi begitu erat. Saking malunya, Shinichi tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dekapan Kaito membuat Shinichi melupakan masalah tentang yang ia bicarakan, dan juga dekapan Kaito telah membuat hati Shinichi terasa hangat.
"Daijoubu Shin-chan, mulai besok Kai-chan akan menemani Shin-chan bagaimana suka atau duka hidup yang akan kita hadapi," ucap Kaito lembut selagi mengeluskan rambut Shinichi.
Shinichi langsung tersenyum datar, Kaito pun langsung bahagia melihat Shinichi bahagia kembali. Entah Shinichi berpikir, begini ya … rasanya memiliki seorang saudara? Saudara yang selalu menemani suka maupun duka. Saudara yang selalu ada di dekatnya.
"Ayo kita tidur, Shin-chan. Kata Kaa-san, kita bakal masuk sekolah bersama, 'kan?" ajak Kaito.
Shinichi mengangguk pelan, dan memejamkan kedua matanya perlahan-lahan. Memasuki sebagian jiwanya ke alam mimpinya, berharap kalau ini bukanlah sebuah mimpi. Kaito yang melihat Shinichi telah tertidur di depannya, merasa bahagia dan memasang senyuman datar ke Shinichi. Mereka memang telah menjadi sepasang saudara, tapi di sisi lain … Kaito ingin lebih dari hubungan saudara dengan Shinichi. Kaito menggeleng-gelengkan kepalanya, dan melupakan semua harapan yang sangatlah sia-sia. Mulai besok, Kuroba Kaito—atau Kudo Kaito berjanji untuk tidak melepaskan dan melindungi saudara angkatnya, bagaimanapun resikonya.
Dengan diam-diam, Kaito mengecup pipi Shinichi tanpa memberitahukan Shinichi. Untung saja Shinichi tidak merasakan kecupan manis itu, dan mengucapkan 'oyasumi' kepada Shinichi sebelum dia menjelajah alam mimpinya.
'Mulai besok, kita akan selalu bersama…. Hanya kau dan aku…,' batin Kaito dalam hati dan kembali tidur dengan dirinya yang masih mendekap badan Shinichi.
.
.
.
Ends of Prologue….
A/N: sebuah Twoshot yang dibikin sebelum tahun baru, dan sebenarnya ini harus di post sebelum tahun baru tapi koneksi abal orz. dan ini keinspirasi oleh fic 'You and I' karya Shimizu Hikaru tapiii ... aku mencoba untuk membuat versiku sendiri XD
dan ini twoshot pertamaku, pertama prolog dan akhirnya epilog :) that's all :D dan mungkin aku akan post yang epilog sebelum aku masuk sekolah orz
BTW, hari ini (alias 1 Januari) ada Movie 14 ditayang~! *hype* KidCo momentnya meeeeen~! kufufufufu~ XD *heh* /yaah meskipun dubbingnya sesuatu banget-_-
.
at last, sankyuu telah membaca fic ini! :D last word, review? :)
Jaa matta-neee~ :D
Love and Peace, MSN412...
