NEWTON I, NEWTON II, NEWTON III dipersembahkan oleh INDONESIAN KARA.
(Tokoh utamanya ialah Alfred dan Arthur. Kertas bercerita yang barusan Sarada baca, Boruto temukan di depan rumahnya, tergeletak tanpa siapa punya. Materinya Sains, dengan bumbu pendekatan Sosial.)
Hetalia - Axis Powers (c) Himaruya Hidekazu, Japan.
Naruto/Boruto (c) Masashi Kishimoto, Japan.
•••
Penulis tidak mengambil keuntungan material apapun atas pembuatan karya.
Rated: T (R-13). Genres: Family, Sci-Fi. Language: INDONESIAN (Bahasa Indonesia). Note: AU, OOC.
:- Alfred 'Freedom' Jones: 4 years old. ((masih zaman unyunya dia 3))
:- Arthur Kirkland: 23 years old. ((arthur tua amat wqwq /plak!))
:- Alice Kirkland: 7 years old.
:- Keluarga Kirkland membangun rumahnya di Indonesia. Ada kata AU di Note.
Boruto dan Sarada ialah pelajar biasa di Indonesia, yang tengah menempuh jenjang Menengah Atas tahun pertama.
((Jadi, Alternate Universes-nya emang sengaja dibikin kejauhan, wkwkwk.))
Fanfiksi recehan hasil nimbrung nan sesad ini secara khusus dipersembahkan kepada Freedom24! Andra, selamat menikmati tulisan laknat bagian USUK terselubung yang kerontang ide ini! XDD
.
.o0o.
Hukum
NEWTON I
{ inersia(l) }
"Setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan (kecepatan yang tetap), kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.
Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan). Hal ini berlaku jika dilihat dari kerangka acuan inersial.
•••
Satu anak kecil, duduk bersila di depan rumah bertingkat milik keluarga Kirkland, agak membungkuk punggungnya. Di sana, diam saja.
Sepria muda-yang beralis enam kali lebih tebal dari orang-orang pada umumnya-keluar dari rumah, mengherankan. Mengapa di pagi hari yang dingin macam hari dan jam ini, ada yang membuka pintu rumah?
Lebar-lebar, pula.
Arthur Kirkland, menggaruk bagian belakang kepalanya seraya menguap lebar (untunglah saja tidak ada tawon jail yang melintas), otot-ototnya terasa agak kaku.
Kletak! Tulang belakangnya bunyi, Arthur mendesah lega.
(Mungkin setelah ini, dia harus menyingkirkan kasur yang membuatnya bermimpi tentang dirinya sendiri yang tidur di atas batu ke dalam tong sampah terdekat.)
Menyipit, Arthur menangkap bayangan seseorang berambut pirang agak berantakan, dengan sejumput helai pirang yang mencuat seperti antena ponsel ...
... eh, Alfred?
"Alfie, apa yang kaulakukan di sana?" Alfred tidak menoleh.
Tentu saja, tiada jawab.
"Alfie?" Diulang, Alfred tak bergeming dari tempat awalnya barang satu sentimeter pun.
"Hei, Alfie?"
Nihil.
"Alfi- Alfred."
Diam.
"Alfred."
Diam (bab dua). Hampir berserupa dengan patung.
"Alfred." Suara Arthur naik satu oktaf.
Diam (bab ketiga).
"Al ... Fred?"
Diam (jilid empat).
"Alfred ..."
Ia diam seolah patung.
"Hei, Alfred ...! Kaudengar panggilanku, Al?"
Bagaikan (kembali) patung, patung berbungkuskan wujud manusia: diam.
"Alfred!"
Benar-benar, patung bersampulkan sampul istimewa, rupanya: rupa-rupa manusia.
Alfred membatu, diam saja, dan Arthur yang mencibir, "Dasar Newton Satu!"
Alfred tetap tidak bergeming dari tempatnya.
Arae? Alfred Newton Satu, semua panggilan yang Arthur panggilkan tidak mempan untuk membuat bocah empat tahun yang duduk di depan pintu rumah Kirkland tersebut bergerak (sebab kepalanya juga tak bergerak untuk menoleh) sedikitpun.
Dasar.
Alfred 'Freedom' Jones Newton Satu, bungkus rupa manusia isinya batu.
.
.o0o.
Hukum
NEWTON II
{ gerak }
Sebuah benda dengan massa (M) mengalami gaya resultan sebesar (F) akan mengalami percepatan (a) yang arahnya sama dengan arah gaya, dengan besarnya berbanding lurus terhadap F, dan berbanding terbalik terhadap M.
Dapat disimpulkan, rumus [F = M . a].
Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap waktu.
•••
Pukul dua belas siang waktu setempat, sang putera fajar telah menakhtakan dirinya pada singgasana hari, memberikan panas dan cahayanya ...
... dan apesnya, beberapa nasib apes menimpa jiwa dan raga Arthur yang memang sudah ngenes dengan seribu satu beruntunan nasib apes dengan bumbu-bumbu segala rasa yang dicap dengan dan oleh teramat ngenes.
'What?'
Siang ini Arthur diperintah-perintah secara seenak jidat oleh Scott Kirkland, kakaknya yang lebih tua empat tahun dari Arthur, untuk menyapu dan membersihkan pelataran rumah.
Arthur jelas tidak terima. Tidak terima dengan tindakan kakaknya yang (menurutnya) semena-mena.
Idih, mentang-mentang dia ini putera semi bungsu keluarga Kirkland, bisa diperintah dan diperbudaksementarakan oleh kakak-kakaknya, begitu?
Tetapi karena Arthur ingat Scott itu sifat 'gelap'nya bagaimana, maka dia rela saja. Segera ia meraih sapu lidi dan serokan yang teronggok menganggur di halaman belakang.
Sebarang cangkul pun tidak lupa dia bawa. Scott meminta (baca: memperbudak) Arthur untuk menanamkannya beberapa jenis bunga dan tetanaman yang hijau-hijau di pekarangan depan.
"Kautidak mau, bukan, lima atau sepuluh tahun lagi suasana dan suhu lingkungan rumah Kirkland ini menyamai neraka, Arthur?" ucap Scott ketika Arthur meminta penjelasan dengan muka memelas bercampur sebal.
Ketika Arthur mengilahkan diri tentang mengapa harus dirinya yang menanam 'yang hijau-hijau' itu, lagi-lagi Scott menjawab dengan santainya, "Karena kau itu jugalah anggota dari keluarga besar Kirkland, Arthur Kirkland."
Demi doujinshi Wasemtalia edisi 2KR level hard, itu penekanan di kata terakhir.
Tentu saja, karena lagi-lagi Arthur ingat betul sifat Scott ketika 'sisi gelap (nan galak)'nya menguar, maka Arthur terpaksa menuruti permintaan bernadaisikan perbudakan Scott.
Arthur menggumam sembarangan.
Ah. Sudahlah, biarkan saja. Hitung-hitung, Arthur menuang sedekah kepada orang malas (satu cangkir plastik menimpuk kepala Arthur atas gumamannya barusan), ehm, orang malas macam Scott (cangkir lainnya menyusul timpukan cangkir pertama ke kepala Arthur).
Maka dari itu, selesai menemukan beberapa peralatan bersih-bersih dan menanam tetanaman (termasuk lima lusin scones buatannya yang berasa sebelas-dua belas dengan arang, boleh jadi akan ia gunakan sebagai pupuk jadi-jadian), Arthur beranjak separuh semangat (sebenarnya teramat sangat malas banget sekali di dalam hatinya, hingga menggunakan kata-kata tidak efektif barusan) keluar dari bangunan rumah.
.
0.o.o.0
.
Hari ini sangat panas.
Dan- hei, tunggu sebentar, sudah berapa jam Alfred berdiam diri dengan pose duduk bersila ditambah tulang punggung yang agak membungkuk itu di depan rumah, heh?
Mengaku geram, seorang Arthur Kirkland mengancam seram seorang anak kecil bernama Alfred 'Freedom' Jones dengan mengangkat sebatang cangkul yang dibawanya tinggi-tinggi.
Tak lupa, dengan wajah seram. Mata melotot, gigi yang tampak saling beradu atas-bawah ...
... Owalah, rupanya Arthur hanya ingin membun ...
HEEEHHH?! ARTHUR MAU MEMBUNUH ALFRED YANG (tidak) UNYU-UNYU ITU, KAH!?
"HEH, YOU GIT! PERGI DARI SANA, ATAU KUBOCORKAN KEPALAMU SEGERA, ALKAMFREEDOM JONES!" Demi mendengar teriakan yang bernafsu membunuh itu, Alfred beranjak, segera berlari menjauhi tempat kejadian (peneriakan) tanpa menoleh.
Arthur melongo. Astaga, jika saja Alfred itu kendaraan bermotor yang ada speedometer-nya, mungkin Arthur sudah tahu sesuatu kurang penting yang ingin dia ketahui: Kecepatan Alfred berlari.
"Larinya Alfie ... Percepatannya kira-kira berapa, ya?" gumam Arthur, masih melongo. Wahai, cepat sekali lari anak itu.
Demi melihat sudah sampai mana Alfred berlari, Arthur melangkah maju hingga ke pucu-
Cess!
-k keramik depan. Oh, ada "danau" ompolnya ...
"ALFREEEDDD! BLOODY GIT, KAOOO!"
"HUE!"
Larinya Alfred makin cepat, demi mendengar namanya yang diteriakan dengan hawa nafsu membunuh dari Arthur yang sekarang pula mengejar-ngejarnya.
Lagi pula ...
"Tolong!"
"DASAR NEWTON DUAAA!"
"Huwaaa! Monster Alis Tebal mengejarkuuu!"
... Dasar, Alfred "Freedom" Jones Newton Dua, ketahuan kekuatannya bisa membikin danau dari ompolnya secara semena-mena.
.
.o0o.
Hukum
NEWTON III
{ aksi - reaksi }
Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik dan segaris.
Artinya jika ada benda "A" yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda "B" akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A.
F dan –F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.
•••
Pukul empat petang, tepat saat Arthur selesai dengan semua tugas "perbudakan berupahkan lelah" dari Scott kepadanya.
Dua puluh jenis bunga dengan lima bibit untuk setiap jenis telah dia tanam di halaman depan yang rumputnya hijau-hijau dan pendek-pendek.
Arthur menyeka keringat di dahi hingga hidung dan pipi, napasnya memburu karena lelah. Dia bertarung kuat dengan panas matahari selama empat jam.
Ditambah acara kejar-mengejar (tidak jelas) antara ia dan Alfred (yang beralasankan suatu alasan konyol) tadi benar-benar menguras tenaga (Arthur. Alfred mana punya kata "lelah" berikut sinonim-sinonim kata tersebut dalam kamus kehidupannya).
Aroma parfum (mahal yang percuma saja dia semprotkan empat-lima jam yang lalu ke baju yang Arthur kenakan) milik Arthur tidak lagi tercium aromanya, sekarang tersisa bau keringat yang (agak) menyengat.
Sementara Arthur sibuk berkipas-kipas menggunakan daun waru (yang berukuran kecil, tenu saja) yang ia dapatkan dari halaman belakang, Alfred 'Freedom' Jones dan Alice Kirkland bermain dengan Alnestra, gadis Indonesia tulen (juga teman Alice di kelas empat), tetangga sebelah.
Arthur samar mendengar suara tawa dan kata-kata bernada gurau dari Alnestra dan Alfred. Mereka berdua ini, kalau disandingkan dalam acara komedi, sepertinya akan membuat penontonnya terbahak tawa oleh gurauan mereka.
Alice hanya terdengar suara tawanya, biarpun sesekali menanggapi atau menambahkan, suara tawanya keras juga, bahkan Arthur dapat mendengarnya (karena biasanya, Alice tidak pernah mengeluarkan suaranya keras-keras, kecuali jika suasana dan keadaan yang mengharuskan untuk berkata lantang-lantang).
'Syukurlah, Alfred dan Alice bisa beradaptasi dan berteman dengan orang-orang di sini,'pikir Arthur, sekali lagi ia menyeka keringat yang terus mengucur. Bau.
E-eh, sebentar. Yang membuat keringat berbau apak itu sebenarnya bukan keringat itu sendiri, sih, tetapi bakteri-bakteri yang bereaksi (ketika keringat mengucur keluar melalui pori-pori tubuh) dengan mengeluarkan bau tidak sedap ...,
... sih?
Alfred tiba-tiba duduk di samping Arthur, tangannya menggenggam sebatang es stik yang berperisa dan berwarna merah ...
Sabar, Arthur! Sabar! Cuaca boleh gerah, tapi mulut ...
... Eh, mulut kan harus di ... Ngin.
"Al, Alfie," panggil Arthur pada Alfred yang dengan amat bernafsu menggigiti ujung dari es stik tersebut untuk membukanya.
Sebentar ...
Wahai, sungguh nikmat sekali dingin yang terasa dari es stik itu ...
Arthur meneguk liurnya, bermuka ingin pada es stikyang seolah melambai-lambai, menggoda dengan hawa dinginnya.
"Alfie ... Alfie ..."
Alfred seolah tutup telinga. Nafsu sekali ia menikmati es stik tersebut. "Inyi enyak nyekali, hmmm... (Ini enak sekali, hmmm...)"
Lagi, Arthur menelan paksa liurnya.
Alfred, cuteness overload.
"Alfie ..."
"Nyam, nyam!"
"Alfie ... Boleh aku minta es stikmu?"
Demi mendengar adanya pecutan gaib atas panggilan yang tak diinginkan, Alfred berdiri, dan menjauh lima langkah dari Arthur. "Tidak boleh! Beli sendiri!"
Lima perempatan merah imajinatif tercetak di kepala Arthur.
"Alfie! Aku cuma minta sedikit! Aku kepanasan juga gara-gara kamu!"
"Yeh, kok salahku, sih? Salahmu sendiri mengejar-ngejarku tadi pagi!"
"Tapi itu juga gara-gara kamu! Alfred Newton Satu! Bungkus manusia isi batu!"
"Nyeh! Enak saja! Pokoknya, es stik ini seratus persen milikku! Kamu tidak boleh memintanya!"
Perempatan imajiner warna merah di kepala Arthur sekonyong bertambah banyak.
"ALFRED 'FREEDOM' JONES NEWTON SATU DAN DUA!"
Tarik-menarik, terjadi. "ALFREEEEDD!"/"ARTHUUUURRR!"
Srek!
'What the-'
Scott menjauhkan koran dari wajahnya, menatap datar pada mereka berdua yang tengah adu tarik-menarik es stik di senja hari yang lumayan cerah ini.
Apa-apaan? Alfred empat tahunan dan Arthur dua puluh tiga tahun itu rebutan es stik dengan tidak awesome-nya. Dari tampangnya, jelas Arthur kesulitan mengimbangi kekuatan Alfred yang lumayan besar, walaupun tubuhnya itu kecil nun gendut (ini kenyataan).
Scott mendengus, lantas berucap, "Dasar, generasi USUK Newton Tiga. Tarik-menarik, rebutan es stik, bagai bocah saja." Tentu itu dikhususkan kepada Arthur, sebab Alfred memang masih bocah.
Bosan dengan berita koran yang isinya receh-receh bagai dunia receh yang penuh dengan recehan yang ditebar, contohnya:
.
MISTERI GALON AIR BERSUARA 'GLUBUK-GLUBUK' SENDIRI SECARA MISTERIUS AKHIRNYA TERKUAK!
.
Atau yang seperti ini:
.
DIDUGA KUAT KARENA PUTUS CINTA LIMA KALI, DITIKUNG SERATUS KALI, DI-PHP-IN TIGA RATUS KALI, DITIPU LIMA RATUS KALI, DAN JADI OBAT NYAMUKNYA ORANG PACARAN TUJUH RATUS LIMA PULUH KALI,
PEMUDA YANG BERSEMATKAN NAMA HONDA KIKU INI,
NEKAT GANTUNG DIRI DI ANAKAN POHON PISANG.
PARA ANGGOTA #MEZUMTALIA DAN #WASEMTALIA SPONTAN MENGGAMPAR PEMUDA TAMPAN-TAMPAN RADA SESAD INI, MAU BUNUH DIRI KOK DI ANAKAN POHON PISANG.
HONDA KIKU PUN LANGSUNG SAJA MEMINTA MAAF DAN SESUJUDA-
.
"Dasar koran receh!" Sekali lagi Scott mendengus, seusai melemparkan koran laknat itu ke luar. Dia mengambil buku Sains yang tergeletak di meja.
Dan kebetulan sekali, setelah membuka halamannya secara asal, menemukan materi tentang gaya Newton beserta sejarahnya.
"... Newton Empat ada tidak, sih? Scott Kirkland Newton Empat, Uring-Uringan Di Tempat."
Ah, mana ada.
Malah bikin judul cerita pula kau, Scott.
...
I
D
.
K
A
R
A
...
"Boruto, kaudapat cerita ini dari mana?" Yang si penanya dapati adalah Boruto yang sedang berkutat dengan belasan soal bermata pelajaran Sains dan Sosial.
"Eh, ah, aku temukan itu di meja yang ada di depan rumahku. Karena kertasnya begitu lecek dan sepertinya tidak ada yang mau memilikinya, ya sudah. Aku simpan saja untuk tambahan hapalan." Sarada kembali menatap kertas bercerita yang dia pegangi.
Arthur Kirkland dan Alfred 'Freedom' Jones. Sarada merasa asing dengan kedua namanya. Siapa?
"Yah, membaca isinya yang menurutku lumayan berfaedah, menambah satu lagi alasan mengapa aku menyimpannya, sih," Boruto berkata tanpa menoleh dari buku materi tebalnya.
"Memangnya, apa alasan lainnya? Kalau kaukata 'satu lagi', itu berarti ada alasan lainnya, bukan?"
Boruto mengangkat kepala. "Aku lemah dalam pelajaran Sains. Termasuk juga dalam materi gaya Newton ini; aku sering terbolak-balik membedakan Hukum Newton Satu, Newton Dua, dan Newton Tiga, Sarada."
Sarada mengerti.
Di balik segala sifat periang, menggebu-gebu, dan agak kurang acuh pada nilai ujian yang didapatkan, Boruto menyimpan kekhawatiran. Mungkin saja Sarada hanya mengetahui salah satunya, ya, salah satunya.
Barangkali, masih ada banyak kehawatiran yang tersemat dalam pikiran Boruto yang belum pernah Sarada lihat. "Aku juga ingin membahagiakan orangtuaku, Sarada. Aku ingin melihat mereka bahagia di hari tuanya, bukan menambah beban mereka."
"Boruto," panggil Sarada, seraya menepuk pelan bahu kanan orang yang dia panggil barusan. "Kaupasti bisa membahagiakan kedua orangtuamu. Kaubisa."
Boruto menoleh ke arah lain, tatapannya menyendu kala melihat tinta merah yang mencetak angka "40" di kertas ulangan Ilmu Pengetahuan Sosial-nya. Dua kali. "Kelemahanku banyak, Sarada. Aku ragu dengan kata-katamu..."
"Namun aku tidak, aku yakin dengan kata-kataku tadi, Boruto," potongnya, seringai tipis Sarada sunggingkan. "Boleh jadi, di sekolah ini, hanya aku yang yakin dengan kemampuanmu yang lain, selain olahraga dan beladiri. Namun, jika kamu percaya dengan dirimu berikut segala usahamu, menerima kekuranganmu beserta kelebihan-kelebihannya, aku yakin, yakin sekali kamu takkan mengecewakan mereka."
Pemuda yang menatap Sarada beralih menatap lurus dengan kepala yang tertunduk.
"Sarada ..."
"... Ya?"
"... Kata-katamu barusan seperti ibuku, semangatmu seperti ayahku, Sarada." Yang namanya diucap, memerah sedikit kedua pipinya.
"E- eh? Benarkah?" Boruto mengangguk sebagai jawaban.
"A- Ah, aku anggap itu sebagai pujian. Terima kasih, Boruto."
Boruto melukis senyum. "Sama-sama."
Sarada kembali menatap kertas di tangannya. "Oh, dan ngomong-ngomong, apa kaukenal dengan tokoh dalam cerita ini? Aku merasa asing..."
"Hetalia."
Sarada mengerjap. ".. Hah?"
"Fandom Hetalia - Axis Powers," ulang Boruto. "Anime Jepang yang menceritakan tentang sejarah dari Perang Dunia Kedua, di mana negara-negara yang bersangkutan menjadi personifikasi alias 'negara yang diorangkan', dan sejarahnya dijelaskan dengan cara yang menyenangkan," jelas Boruto.
Paham. Gadis di depan Boruto mengangguk.
"Oh, kukira ... ."
Sejenak, hanya hening.
Tiga puluh detik.
"Sarada, mau tidak, menemaniku untuk menonton anime sejarah enam musim ini berdua?"
Deg.
'Sarada, Sarada, Sarada, Sarada ... Tenang ...!'
"Ehm, maksudku sekalian mengajariku materi-materi pelajaran yang kurang aku mengerti, Sarada."
'Oh, kan.'
"Mau, tidak?" Pintaan Boruto membuyarlenyapkan lamunan Sarada.
Sarada tersenyum sebagai balasan. "Dengan senang hati."
•
END.
•
#INDONESIANKARAbaliklagi!
Syukuran #123 fanfiksi!
#ComebackEntry!
A/N: Ini SCI-FI ada, FAMILY ada, FRIENDSHIP ada, HUMOR juga ada (biarpun tak meyakinkan), DRAMA juga masuk.
Yeah, sekalian buat amunisi pas IFA2018 nanti. Wkwk, ikut meramaikan!
Ingat! Ada kata AU yang telah saya cantumkan berulang kali dalam fanfiksi ini.
Terima kasih, ya, untuk yang sudah membaca.
Komentarnya ditunggu! :D
sign,
INDONESIAN KARA.
