Asian Princess.

Cast:

Kim Ryeowook

Kim Jongwoon/ Yesung

Lee Hyukjae/ Eunhyuk.

Hallooooo, ini fanfic yang keberapa entah hehe. Author suka banget buat fanfic, tapi jarang dimasukin ke ffn, modem author sempet rusak ;' MAKASIH BANGET YANG UDAH MAU BACAAAA *cipok* Komen doong hehe komen apa aja dehhh

Author POV

Ryeowook terdiam, mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu memperlihatkan senyumnya. Namja yang dia cintai sedang lewat dihadapannya, dengan beberapa teman dekatnya. Mereka bercanda, tertawa, dan menyenggol satu sama lain. Ryeowook mengembangkan senyumnya, menyandarkan dirinya ke rak buku dibelakangnya.

Dan, sosok namja itu menghilang dari pandangan. Lee Hyukjae namanya. Ryeowook sudah mencintainya sejak lama. Tapi, Eunhyuk belum juga menyadari itu. Dan, senyuman Ryeowook berubah, saat sebuah kamus besar jatuh ke atas kepalanya, dan buku itu berguling kedekatnya. Ryeowook mendecak kesal, mengelus kepalanya pelan. Siapa yang menjatuhkan kamus ini?

Ryeowook menoleh keatas. BRUK! Jatuhlah lagi sebuah buku kehadapannya, tepat dihidungnya. "AKHHHHHHHHH" teriak Ryeowook kaget, menutupi hidungnya yang rasanya seperti berdenyut. Seorang namja membelakanginya, sepertinya tidak menyadari buku yang dijatuhkannya tadi. Ryeowook membuang nafas.

"Hei, kau menjatuhkan kamus kemukaku tahu!" teriak Ryeowook kesal, dan ia merasakan hidungnya mengeluarkan darah, dia mimisan.

Namja itu membalikan badannya. Dia tinggi, lebih tinggi dari Ryeowook, berkulit putih terang, bermata sipit. "Ah, kamusnya terjatuh kearahmu?" tanyanya, berjongkok dihadapan Ryeowook. Ryeowook mengangguk pelan, kepalanya berdenyut kecil. Sakit sekali.

Namja itu bernama Kim Jong Woon. Terlihat dari nametag didadanya.

Jongwoon segera meraih tasnya, yang berada diatas meja. Ia mengeluarnya sekotak tisu dan menyerahkannya ke hadapan Ryeowook. "Pakailah. Mimisan pasti cepat berhenti" ucap Yesung, duduk disebelah Ryeowook. Ryeowook mengambil 2 buah tisu, menghapus darah yang masih mengalir dari hidungnya.

"Akan kuantarkan pulang, ok?" tanya Yesung, meraih tas Ryeowook yang tidak terlalu jauh, membantu Ryeowook berdiri. "Aku tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri" ucap Ryeowook pelan, menyumpal hidungnya dengan tisu yang segera berubah warna menjadi merah.

"Tidak, tidak. Ayo ikuti aku" ucap Yesung perlahan, bangkit, dan berjalan meninggalkan perpustakaan yang sudah sepi. Ryeowook mengikutinya dari belakang, masih menyeka hidungnya dengan tisu.

Yesung berdiri disebelah mobil sedan kecil berwarna putih, keren sekali. PIP. Pintu mobil terbuka oleh remote yang diambil Yesung dari kantungnya. Ryeowook segera masuk dan menyandarkan dirinya di jok mobil yang empuk, saat Yesung masuk dan menyalakan mobil. "Maafkan aku, daritadi aku tidak sadar kamus itu terjatuh kearahmu" ucap Yesung, melirik Ryeowook pelan.

Ryeowook mengangkat bahu. Toh, apa yang perlu dipermasalahkan? Hanya buku kamus yang jatuh saja, tidak lebih. "Tidak masalah" ucap Ryeowook, menarik sabuk pengaman dan memakainya, "Kau tidak bersalah kok hyung"

Yesung adalah teman seangkatan Ryeowook, hanya saja mereka berbeda kelas. Yesung kelas XII-II dan Ryeowook kelas XII-III. Memang tidak begitu jauh, tapi inilah kali pertama mereka berbicara satu sama lain.

Tiba-tiba, ponsel Yesung berdering. Kendaraan sudah memasuki jalan besar, tangan Yesung mencoba meraih ponsel yang terletak di dashboard mobil. "Ryeowook, bisa kau angkat telponnya? Aku yakin itu dari Eunhyuk"

Ryeowook POV

Aku membelalak tidak percaya. Dari... Eunhyuk?

"Aku harus mengangkatnya?" tanyaku, mengenggam ponsel Yesung dengan tangan kecilku, mencengkramnya senang. Kulihat Yesung mengangguk kecil, dan berbelok kearah kanan. Aku memencet tombol, lalu menempelkan ponsel itu ditelingaku.

"Yoboseyo, lama sekali Jongwoon,..." terdengar suara dari ujung sana. Jantungku berdebar tidak menentu, pertama kalinya aku mendengar suaranya lewat telpon! Keren!

"Yoboseyo.. ini Ryeowook, Yesung sedang menyetir. Ada apa?" tanyaku, kurasakan tubuhku gemetar. Kudengar decakan dari ujung sana.

"Ah, Ryeowook? Kau sedang bersama Yesung? Haha tolong bilang padanya kalau besok dia harus ikut turnamen basket, ok?"

Aku membulatkan mataku, tersenyum kecil. "Akan kubilang padanya" ucapku, mantap.

"Baiklah, sampai jumpa"

Aku mematikan ponsel Yesung, menaruhnya kembali di dashboard mobilnya. "Apa katanya?" tanya Yesung, terdengar penasaran. "Kau besok harus ikut turnamen basket" ucapku singkat, masih teringat obrolan kami di telpon barusan. Kulirik Yesung, dia mengangguk-angguk mengerti.

"Dimana rumahmu?"

"Di Renvid, nomor 34"

Yesung POV

Aku mengintip melalui jendela kecil diruang ganti. Inilah pertama kalinya aku mengikuti turnamen basket, lagi. Beberapa bulan, atau hampir 1 tahun, kakiku cedera. Aku jadi tidak bisa bermain basket atau bola seperti dulu lagi. Tapi sekarang, tentu saja sudah boleh. Aku tidak kapok bermain basket, karena aku mencintai basket.

Kulihat Ryeowook sedang duduk diantara beberapa anak ditribun kanan. Aku menyunggingkan senyum kecil, senang bisa melihatnya duduk disitu. Aku menarik nafas panjang, berusaha menenangkan diriku yang sepertiny grogi menghadapi turnamen setelah aku cedera.

"Kau sudah siap?" terdengar suara dibelakangku. Aku menoleh cepat, Eunhyuk berdiri dihadapanku dengan senyum mengembang. Aku mengangkat bahu kecil, berjalan mendekatinya. "Aku akan berusaha sebisaku" ucapku agak ragu, mengambil botol kecil diatas meja dan meneguknya perlahan. Eunhyuk masih saja tersenyum, melirik kearahku.

"Ada apa? Apa ada sesuatu diwajahku? Kenapa sedari tadi kau tersenyum sendiri?" tanyaku curiga.

"Kekasihku datang menyaksikan pertandingan basket ini. Tentu saja aku terus tersenyum" jawabnya, aku menggedikan bahuku, duduk didekatnya.

Yah, Eunhyuk memang anak paling populer disekolah kami. Tentu saja aku dibawahnya, haha. Dia punya segalanya, menurutku. Tapi, dia sudah punya kekasih. Dan kurasa, Eunhyuk benar-benar mencintainya, bukan cinta palsu. Yah, tidak begitu penting sih.

"Kau harus segera mencari pacar, bukan?" goda Eunhyuk sambil menyenggol bahuku pelan, membuatku terhuyung kearah kanan. Aku mendelik kepadanya. "Pacar bukanlah segalanya. Lagi pula aku sedang menikmati masa singleku tahu" balasku.

Peluit berbunyi. Tanda pertandingan akan dimulai. Setelah berhigh five dengan anggota timku, kami segera keluar dari pintu ruang tunggu berbondong-bondong, membusungkan dada masing-masing.

Semoga tim kami menang.

Ryeowook POV

Pertandingan baru saja dimulai. Aku menopang wajahku, selain suka menonton pertandingan basket, ini lebih dari biasanya. Sekarang aku menonton orang yang kusukai bermain basket. Keren bukan? Aku melirik kesebelahku. Leeteuk hyung sedang tersorak kencang kearah lapangan. Entahlah, dia terlihat bersemangat sekali. Dengan muka merah kepanasan, dia tetap berteriak-teriak.

Ya, baru saja Eunhyuk memegang bola dan mengopernya ke arah Yesung. Yesung? Dia ikut bermain basket? Tak kusangka. Ya! Eunhyuk berhasil memasukan satu gol ke ring lawan! Dia berseru senang dilapangan, menari tidak jelas. Ya Tuhan, mukaku rasanya merah sekarang.

Pertandingan terus berlanjut. Wajahku merah dan basah oleh keringat. Aku meraih tissu dipangkuan Leeteuk hyung dan mengusap dahiku, berusaha berkonsentrasi pada pertandingan dihadapanku.

Ya, Eunhyuk lagi-lagi memegang bola. Ia mendribel super cepat, melemparkannya pada Kyuhyun.

Kyuhyun mendribel dan berlari ke ring lawan dan... AKH SAYANG SEKALI TIDAK MASUK! Aku berseru kesal, sayang sekali.

Pertandingan terus berlanjut. Tinggal 2 menit lagi. Skornya 2-0. 2 untuk tim Eunhyuk. Aku merasa bahwa mereka pasti menang. Mereka tangguh, tidak mungkin kalah bukan? Aku terus mengikuti arah kemana Eunhyuk berlari, berputar, bahkan meneguk minuman tadi. Aku merasa bahwa aku berada disini untuk dirinya.

PRIIT. Pertandingan selesai. Skor tetap 2-0. Aku berseru kencang, sampai suaraku serak. Aku melihat Eunhyuk, Kyuhyun, Yesung, LeeJoon, dan Hongki berhigh five ria dipinggir lapangan. Dengan badan penuh keringat dan wajah memerah mereka tertawa dan merayakan kemenangan mereka. Aku ingin turun kelapangan, memberikan handuk kecil dipangkuanku untuk Eunhyuk.

Setelah berdebat dengan perasaanku, akhirnya aku turun kelapangan. Dengan berbekal keberanian dan handuk, aku berjalan semakin dekat dengannya. Semakin dekat, dan sekarang tim mereka berdiri dihadapanku. Aku membuka mulut, berusaha mengeluarkan suaraku yang habis akibat berteriak tadi.

"Eun... hyuk..." panggilku tanpa suara. Dia tidak menoleh. Apa suaraku kurang kencang? "Congrats babe" terdengar suara dibelakangku, suara yang jelas lebih kencang dari suaraku. Anggota tim dihadapanku menoleh kebelakang, kearahku. Aku yang penasaran, menoleh kebelakang. Berdiri Lee Donghae, seorang teman disekolahku juga. Anak yang manis.

"Babe" terdengar suara Eunhyuk dibelakangku, aku menoleh kembali. Eunhyuk segera menghampiri Donghae dan berdiri dihadapannya. Mereka bertatapan dan tersenyum satu sama lain. "Ini handuk untukmu, selamat" ucap Donghae lagi, menyerahkan handuk kecil kehadapan Eunhyuk. Aku belum mengerti situasi ini.

"Thank you, darl. Apa kau kecapean?" tanya Eunhyuk, merangkul Donghae dan menatap anggota timnya, juga menatapku. Dia tersenyum lebar dan mengacungkan jempolnya. Aku baru sadar.

Mereka... berpacaran.

Pegangan tanganku pada handuk kecil itu mengendur, lalu handuk itu jatuh perlahan keatas tanah. Tanpa berkata apa-apa lagi, aku berlari meninggalkan tempat itu secepat kaki ini bisa membawaku. Kurasakan mataku panas, dan air mataku mengalir.