Disclaimer: Masih selalu punya Mashashi Kishimoto ^^d

Genre: Family, hurt

Yey! Selesai juga cerita ini. Maaf kalau pendek ya? Saya membuat fic ini lewat hape. m(_ _)m

OK, selamat membaca!

Harap tekan tombol BACK/KEMBALI jika tidak suka. hehehe

Prequel Selamanya:

Kisah Kita

Cip cip cip

Sinar matahari menerobos melalui celah-celah tirai kamar seorang pemuda berambut biru dongker. Ia hanya menggeliat sesaat sekadar menanggapi sambutan selamat pagi dari sang mentari. Tak lama kemudian, ia sudah tenggelam di balik selimutnya.

Cklek!

Mendengar seseorang yang mendekatinya, rasa malasnya semakin menjadi-jadi. Ia tahu siapa yang datang. Sudah 5 tahun ia bersikap seperti itu. Ia tak bosan, begitu pula dengan wanita yang kini duduk di sampingnya. Benar-benar malas untuk bangun. Bahkan jika bisa, ia tak ingin bangun dan menarik wanita disampingnya untuk kembali ke pelukannya. Ia akan benar-benar melakukan itu jika bukan karena takut tak diacuhkan oleh wanitanya karena ia berani menyeretnya ke tempat tidur lagi.

"Tuan Uchiha..." Panggilnya dengan kelembutan, "Aku tahu Anda sudah bangun. Ini sudah cukup untuk bangun siang di hari libur."

"Hn..." Ia menjawab dengan nada seolah-olah malas membuka mata.

"Aku tahu Anda sudah bangun. Baiklah. Itu berarti Anda melewatkan makanan kesukaan Anda." Godanya.

"Eh?" Lelaki itu menyingkap selimut dr wajahnya. Masih berpura-pura malas untuk bangun.

"Hm?" Wanita itu tersenyum dengan nada tanya.

"Baiklah, aku bangun. Tapi...bisakah aku mendapatkan itu?"

"Lima tahun bersamamu, tak mungkin aku tak hafal kebiasaanmu, tuan Uchiha." Ucapnya lalu mengecup singkat bibir tuan Uchiha di depannya. Si Uchiha tersenyum sesaat.

"I love you...my lovely..."

"Love you too..." Balas wanita itu.

Wajah yang tampak dingin jika di mata orang lain itu, tampak ramah jika di depan wanitanya. Senyumnya, tak ia berikan ke sembarang orang. Kehangatan sikapnya, hanya pada wanita yang ia cintai. Ia tak peduli pada wanita-wanita di luar sana yang memuja ketampanan dan sikap cool-nya. Ia tak peduli pendapat wanita lain. Hanya peduli pada pendapat wanitanya. Ia akan menjadi dingin seperti musim salju di depan wanita lain, tapi menjadi sehangat musim semi ketika di depannya. Ia adalah laki-laki yang angkuh untuk wanita lain, tapi begitu romantis untuk nyonya Uchihanya.

Ia pun beranjak dari tempat tidurnya. Melangkah menuju kamar mandi, meninggalkan nyonya Uchiha merapikan tempat tidurnya. Setelah itu, ia bergegas menuju ruang makan. Nyonya Uchiha, dan nona Uchihanya sudah menunggunya sedari tadi.

"Tou-chan malas! Huh!" Protes si Nona Uchiha sembari menggembungkan kedua pipinya. Gemas. Itulah yang ada di benak Sasuke.

"Hukum tou-chan, Hikari." Timpal Hinata, sang Nyonya Uchiha diiringi tawa kecil.

"Wah, rupanya tuan putri-tuan putriku berencana menghukumku ya, hm?"

"Huh!" Lagi, Hikari menggembungkan kedua pipinya. "Hikari saja sudah bangun dan membantu kaa-chan."

"Benarkah?" Sasuke tersenyum.

"Iya!" Hikari menjulurkan lidah, menanggapi candaan ayahnya.

"Pintar sekali putri ayah." Sasuke tersenyum tulus pada gadis berusia 3,5 tahun di depannya.

"Sudah, sudah. Ayo makan. Kalau dingin, tidak enak loh." Sela Hinata.

"Selamat makan!" Ucap keluarga Uchiha itu.

Begitu hangat atmosfer diantara mereka. Hinata, sudah menikah selama 5 tahun dengan Sasuke dari keluarga Uchiha setelah berpacaran hanya dalam waktu 1 minggu. Singkat bukan? Mereka pun dulu kenal karena ketidaksengajaan.

Lima tahun lalu, Sasuke bertemu Hinata saat acara festival kembang api. Saat itu Hinata tengah mencari-cari Hanabi, adik kandungnya, yang tersesat. Saat tengah mencari-cari, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang. Ia berusaha menarik diri, namun gagal. Laki-laki itu terlalu kuat. Ditambah lagi suasana yang ramai dan karena kimono yang ia kenakan. Tiba di depan sebuah salah satu penjual, barulah laki-laki itu berhenti.

"La- eh?" Sasuke tak jadi melanjutkan kata-katanya begitu melihat seorang gadis tak dikenal terengah-engah di depannya. "Kau siapa?" Tanya Sasuke dengan tampang innocent-nya.

"Kk...kau yang si...hah..apa?" Jawab Hinata, "Kau tt...tiba-tiba saja menarikku!" Hinata kesal. Tapi ia hanya bisa tertunduk menyembunyikan rona merahnya. Sedangkan yang ditanya justru bengong.

Sasuke masih mengamati gadis bermata lavender itu. Wajahnya yang mungil terbingkai beberapa helai rambut indigonya, sedang yang lainnya dijepit ke atas di belakang. Cantik. Pikir Sasuke.

Karena tak kunjung menjawab, akhirnya Hinata meninggalkan Sasuke dan kembali mencari Hanabi. Sasuke pun tersadar dari lamunannya. Namun terlambat, gadis itu sudah hilang ditelan kerumunan orang yang memadati festival. Ia pun teringat hal yang harus dilakukannya. Mencari Sakura, saudara tirinya, yang hilang karena dia salah menarik orang.

Penasaran akan gadis itu, Sasuke mencari tahu. Bukan hal yang sulit. Tak berapa lama, ia sudah dapat menemukan Hinata. Ternyata ia seorang guru TK di TK Himawari yang tak jauh dari tempat kerjanya. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Itulah yang dirasakan Sasuke. Selama satu minggu, ia berusaha mendekati Hinata.

Niat dan sikap baiknya, untung saja ditanggapi dengan baik pula oleh Hinata. Entah karena apa, lambat laun ia juga jatuh hati pada Sasuke. Tepat seminggu setelah usahanya mendekati Hinata, Sasuke melamarnya. Diwakili setangkai mawar merah dan sebuah cincin, Sasuke melamar Hinata untuk menjadi istrinya. Ya, istri, bukan pacar. Sasuke sudah benar-benar jatuh hati pada sosok Hinata. Dia tak peduli meski baru mengenal gadis itu sebentar. Ia hanya peduli, ia tak ingin kehilangan gadis itu. Butuh waktu beberapa menit untuk Hinata menerima lamaran Sasuke yang mendadak itu. Tapi tetap saja, akhirnya jari manis Hinata dihiasi cincin dari Sasuke. Bagi Sasuke, cinta bisa dijalin setiap waktu. Hatinya benar-benar sudah terpaut pada bidadari itu. Ia tak ingin kehilangan Hinata.

"Sasuke, tadi Naruto menelfon. Dia mengajakmu keluar." Ujar Hinata sembari membereskan meja makan.

"Hn. Mau apa si baka-dobe itu?"

"Mungkin saja dia ingin sekadar berbicara dengan sesama pria."

"Baiklah, aku akan menghubunginya nanti."

"Oh iya. Sasuke..."

"Hn?"

"Nanti aku ke rumah Ino, dia memintaku untuk membantunya bersiap."

"Pertunangannya dengan Sai? Perlu aku antar?"

"Iya. Eh...tak usah. Aku bisa sendiri," Hinata pergi ke dapur yang tak jauh dari ruang makan. "Hikari, nanti main di rumah Obaa-san dulu ya?"

"Baa-chan? Ya, Hikari mau!" Sahutnya kegirangan.

"Baiklah, nanti kaa-chan antar."

"Hinata, aku pergi pukul 8."

"Iya, Sasuke. Tapi jangan lupa kau mandi..." Goda Hinata dengan sedikit tawa kecil, "Jika tidak, Naruto harus memakai masker seperti Kakashi."

"Hn? Apa kau sedang mengejekku, Nyonya Uchiha?" Ucap Sasuke, yang entah sejak kapan, tangannya sudah melingkar di pinggang Hinata. Hinata memang sudah terbiasa atas tingkah Sasuke yang sering mengagetkannya. Walaupun sudah terbiasa, ada satu hal yang tak akan pernah hilang darinya, yaitu rona merah yang selalu menghiasi wajahnya setiap Sasuke memperlakukannya dengan mesra. Meski itu hanya sebuah pelukan seperti sekarang ini.

"Dasar kepiting rebus," goda Sasuke setelah meninggalkan sebuah kecupan di pipi Hinata, dan tentu saja membuat wajah Hinata semakin merah, "Aku pergi dulu ya...Hinataku." Bisik Sasuke dengan nada mesra.

"Ii...iya..." Jawabnya yang masih belum melepas dari rona di wajahnya. Tapi sebelum Sasuke sempat membuka pintu, Hinata menarik bajunya dari belakang.

"Ada apa, Hinata, hm?"

Tak menjawab, Hinata tiba-tiba mengecup singkat pipi Sasuke. Membuat Sasuke keheranan. Tentu saja ini bukan kebiasaan. Jarang sekali Hinata memberinya ciuman atas kemauannya sendiri. "Hati-hati di jalan ya?" Pesan Hinata.

Sasuke tersenyum, "Iya," Ia membuka pintu, "Kau juga, Hinata."

Sepanjang perjalanan Sasuke masih teringat perlakuan Hinata tadi. Senyuman geli, senang, dan rasa heran bercampur. Ia lalu membawa mobilnya melaju ke kediaman Uzumaki. Hari ini ia diajak si pirang itu membicarakan sebuah bisnis dan pasti sedikit pembicaraan antar lelaki. Apa itu? Author juga tak tahu, karena bukan laki-laki...hehe *diinjek-injek*. Sasuke memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Tiga puluh menit kemudian, ia sudah sampai di depan kediaman Uzumaki. Naruto pun juga sudah menunggunya. Setelah Naruto masuk ke mobil, mereka melaju ke tempat tujuan. Rupanya mereka pergi ke sebuah cafe yang berada di dekat bukit. Suasana yang nyaman untuk mengistirahatkan pikiran meski sambil membicarakan bisnis.

Duk!

Sebuah suara yang mengisyaratkan mobil Sasuke menabrak sesuatu, membuat Sasuke melihat kaca spion. Rupanya ia menabrak sebuah pohon saat terlalu mundur memarkir mobilnya. Setelah sedikit memajukan mobil, ia turun untuk mengecek bagian belakang mobilnya. Untung tak apa. Tapi perhatiannya justru lebih tertuju ke bawah, pada ban mobilnya. Rupanya, ban mobil Sasuke berada tepat di sedikit semak lavender, dan membuat beberapa lavender itu patah.

Deg!

Tiba-tiba ia teringat pada si mata lavender. Sejenak perasaannya menjadi cemas. Tapi segera ia menyingkirkan perasaan itu.

"Ada apa, teme?" Tegur Naruto.

"Tak apa."

Mereka lalu mengambil sebuah tempat di beranda kafe. Empat jam sudah cukup lama bagi 2 pria itu untuk membicarakan masalah serius. Sebenarnya kali ini Naruto ingin meminta pertimbangan Sasuke. Ia ingin memberikan kejutan untuk istrinya, Sakura yang juga merupakan adik tiri Sasuke, 2 minggu lagi di peringatan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-5 tahun.

"Hei, teme! Bagaimana kalau kita memberikan kejutan untuk Sakura dan Hinata bersamaan?" Usul Naruto tiba-tiba.

"Hn?"

"Ulang tahun pernikahan kita jatuh di hari yang sama, kita beri saja kejutan bersamaan."

"Hn..." Sasuke berpikir sejenak, "tak buruk, kupikir. Baiklah, aku setuju."

"Bagus!"

Dengan gaya ala bapak-bapak, *digeplak NaruSasu* eh gaya ala pria dewasa, mereka mulai mendiskusikan kejutan untuk istri mereka. Ya, mereka ingin memberikan hal spesial untuk bidadari masing-masing. Tak terasa matahari sudah condong ke barat. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Ketika mengemudikan mobilnya, Sasuke tampak gelisah. Perasaannya makin tak karuan.

Omake

Uwaaaaahh! Dalam satu hari dapat 7 review! Buat author baru, itu sangat menyenangkan. Arigatou gozaimasu. _

sesuai request, ini ada cerita prequelnya. Wait..ini prequel, kan? O.o

Yaa... pokoknya saya sangat berterimakasih! _

erimakasih sudah membaca bagian satu, dan silahkan lanjut ke bagian kudua! :D